Acep Nurodin (1003036)
Galih Prabawa (1002111)
Pembangunan Ekonomi Jepang Pasca Perang Dunia II
Pembangunan ekonomi
negara jepang di mulai sejak tahun 1868 saat lahir politik penting yang di
kenal sebagai Restorasi Meiji, produksi mesin dan pembaharuan di mulai pada
masa ini. Dan keharusan untuk bertindak menciptakan pembaharuan dari berbagai
aspek dengan menghancurkan sistem feodal dan membukan jalan baru bagi system
politik baru Ancaman dari negara barat
menciptakan kesadaran. Seperti telah diketahui, saat ini Jepang merupakan
negara yang tidak bisa disangsikan kepesatan pembangunannya.Jepang masuk dalam
5 besar negara pemberi pengaruh dalam perekonomian dunia.Perhatikan saja,
banyak barang – barang rumah tangga yang kita pakai berasal dari Jepang,
terutama elektronik dan alat memasak.Padahal, Jepang merupakan negara yang
kalah perang dalam perang dunia II.Namun, bangsa Jepang dapat bangkit dengan
cepat.
Di perang dunia II,
Jepang menyerang Pearl Harbour pada 7 Desember 1941 yang akhirya membawa
amerika pada perang dunia II dan di kenal pula sebagai perang pasifik. Pearl
Harbor adalah pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di pulau Oahu, Hawaii,
barat Honolulu.
Banyak dari
pelabuhan dan daerah sekeliling merupakan pangkalan Angkatan Laut bawah laut
Amerika Serikat: Mabes Armada Pasifik Amerika Serikat. Penyerangan itu membawa
luka yang cukup dalam untuk Amerika.Jepang menyerang pangkalan tersebut pada
pagi buta saat pasukan Amerika sedang tidak siaga untuk berperang.
Kemarahan Amerika
direalisasikan pada tanggal 6 Agustus 1945 dan 9 agustus 1945.Pada kedua
tanggal tersebut, secara berurutan, Amerika menyerang Hiroshima dan Nagasaki
dengan bom atom.Kerusakan yang ditimbulkan oleh pengeboman tersebut sangat di
luar dugaan.Jepang segera lumpuh seketika, menyerah tanpa syarat pada sekutu
tanggal 14 Agustus 1945.Bom atom ini membunuh sebanyak 140.000 orang di
Hiroshima dan 80.000 di Nagasaki pada akhir tahun 1945. Sejak itu, ribuan telah
tewas akibat luka atau sakit yang berhubungan dengan radiasi yang dikeluarkan
oleh bom tersebut.
Yang membuat
seluruh dunia kagum adalah ketangkasan Jepang dalam penanganan setelah
penyerangan.Jepang tidak butuh waktu lama untuk segera bangkit dan menguasai
keadaan.Hanya dalam kurun waktu 30 tahun, jepang segera menjadi salah satu
jantung perekonomian dunia.
A.
Perkembangan Pembangunan Ekonomi Jepang
Pada saat Jepang
menyerah tanpa syarat kepada pihak sekutu tahun 1945 akibat dari kekalahan dari
sekutu tersebut menimbulkan suatu gejala konflik yang terjadi di intern negara,
pada keadaan ekonomi sudah sangat terpuruk. Pada bulan Agustus 1945 produksi
industri merosot sangat tajam, jumlahnya hanya merupakan persentase yang kecil
jika dibandingkan dengan tingkat produksi di tahun sebelumnya.
Produksi pangan
yang sebelumnya dapat dipertahankan pada tingkat yang relatif tinggi, tetapi
pada tahun 1945 turun sekitar 30%.Akibatnya pada akhir tahun 1945 terjadi
krisis pangan yang berlangsung sampai awal tahun 1946.Kondisi tersebut
diperparah dengan lumpuhnya aparat pemerintah dalam mengumpulkan dan
mendistribusikan barang berdasarkan harga yang telah ditentukan.Kekalahan
perang ini menghilangkan kepercayaan rakyat kepada pemerintah dan menciptakan
keadaan yang hampir mengarah pada anarki.
Pemboman sekutu
telah menghancurkan sekitar 25% kekayaan nasional Jepang. Pemboman tersebut
antara lain menyebabkan terjadinya kekurangan perumahan yang sangat luas di
kota-kota besar Jepang. Lepasnya daerah-daerah jajahan menyebabkan hilangnya
sumber-sumber alam yang sebelumnya dapat diperoleh Jepang untuk kepentingan
dalam negerinya.Kondisi awal pasca PD II yang dialami Jepang dipersulit dengan
pendudukan yang dilakukan pihak sekutu di negeri tersebut.Pihak sekutu
menerapkan kebijakan non responsibility terhadap keadaan yang dialami Jepang
pada awal pasca PD II.
Sekutu
memberlakukan pelucutan senjata, liberalisasi, unifikasi wilayah dan
desentralisasi ekonomi di Jepang. Sekutu yang dimotori oleh Amerika Serikat,
menginginkan kemakmuran dan kekuatan ekonomi di Jepang saat itu tidak
terkonsentrasi, tetapi harus lebih disebarluaskan (desentralisasi) dan
dijadikan perusahaan publik dalam kerangka demokrasi.
Periode tersebut
jepang tidak begitu terlihat seperti membuka kertas baru melainkan seperti
mengalami perubahan arah. Kebangkitan jepang dari kehancuran bukan karena
keajaiban semangat juang yang tinggi , disiplin ketat , dan kerja keras yang di
sertai nilai-nilai luhur, rakyat- rakyat jepang tidak terus-terusan jatuh pada
keterpurukan akan tetapi mereka bangkit dan mulai mencari peluang kerja baru
untuk menhasilkan produk yang bermutu caranya mereka mendatang para ahli dari
amerika serikat dan hasilnya di olah kembali oleh para tenaga ahli di jepang
agar sesuai dengan aspek budaya mereka.kemudian dengan mengimpor berbagai buku
dari barat yang kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa jepang, kemudian
mengirim beberapa tim pengusaha jepang ke amerika dan belajar beragam disiplin
ilmu, setelah ilmu di serap mereka meniru ciptaan barat dan berusaha
memperbaikinya sehingga menjadi barang yang lebih baik, bermutu tinggi dan
sesuai dengan kebutuhan hidup orang asia Saat itu di Jepang ada 4
konglomerat-keluarga (zaibatsu) yang dikenal dengan “the big four”, dan 14 yang
lebih kecil. Mitsubishi yang merupakan “the big four” pada saat itu harus
tunduk pula pada aturan sekutu.Kemudian aset Mitsubishi dibagikan ke seluruh
pekerja dan penduduk lokal dalam bentuk saham, sehingga pada tahun 1946
Mitsubishi berubah menjadi perusahaan independent.
Pada kenyataannya
perusahaan yang terdesentralisasi mengalami banyak kesulitan dalam permodalan,
produksi, dan pendistribusian hasil produksinya, sehingga akhirnya mereka
saling menggabungkan saham mereka dan membentuk group (keiretsu), menjadi
Mitsubishi keiretsu atau Mitsubishi group.
Jadi secara
historis, zaibatsu (konglomerat keluarga) yang muncul di era Edo dan berkembang
di era Meiji, pada tahun 1946 harus berubah menjadi perusahaan publik yang pada
perkembangannya berubah menjadi keiretsu (perhimpunan antara para pemegang
saham). Perkembangan selanjutnya antara keiretsu ini saling bergabung dan
menjadi komposisi perusahaan seperti yang ada di Jepang saat ini.Jadi bisa
dikatakan bangsa Jepang memang telah memiliki skill tinggi sejak jaman Edo
(1600-1867).
Pasca Perang Dunia
II ini juga Jepang terjadi perubahan politik yang sangat signifikan, dengan
munculnya beberapa partai politik. Penetrasi ideology melalui system
perpolitikan dijadikan sebagai jalan masuk untuk menambil simpati rakyat yang
trauma dengan system perpolitikan sebelumnya yang harus dibayar dengan jutaan
nyawa yang harus mati di medan perang.
Beberapa partai
politik bermunculan, diantaranya partai sosialis, demokratis dan liberal.Pada
awal masuknya Jepang menjadi Negara industry di bagian politik terjadi kemajuan
dalam kebijaksanaan partai politik.System politik tahun 1955 dan system politik
1960.Sebelum kedua system politik tersebut Yoshida Shigeru menggunakan kekuatan
di bawah Amerika dan ikatan perjanjian San Fransisco.Namun kebijakan tersebut
mendapat tantangan dari para oposisi yang mulai melakukan pergerakan untuk
kembalinya ke politik internasional sehingga berimplikasi terbentuknya partai
Demokrasi Jepang tahun 1954 yang dipimpin oleh Hatiyama Ichiro.
Antara partai
liberal dan demokrasi memiliki sedikit perbedaan, terutama permasalahan
kebijaksanaan di bidang internasional,UUD keamanan Jepang Amerika. Sedangkan
kesamaan dari kedua partai tersebut dapat terlihat dalam kebijakan pemerintah
dan politik, yaitu :
1)
Secara ekonomi menjaga kebebasan
2)
Setelah perang berahir mempertahankan adat dan budaya serta kebiasaan
para leluhur dengan menghargai nilai-nilai yang ada.
3)
Memegang teguh perjanjian antara Jepang dan Amerika untuk membangun
kembali kekuatan militer.
Namun pada ahirnya
partai demokrasi dan liberal menjadi satu partai.
Pemulihan ekonomi sudah berjalan cukup jauh
sehingga memungkinkan industrinya memasok banyak peralatann selain dari
senjata.Ekonomi dunia sedang berada di periode pertumbuhan yang cepat.Jepang
yang memiliki pasar dalam negeri yang berkembang pesat, pemerintah yang siap
mengucurkan modal dan penduduk yang memiliki kecenderungan menabung uang yang
tinggi berada pada posisi untuk meraih manfaat dari perekonomian dunia
tersebut. Pada tahun 1960 laju ekonomi Jepang mencapai 13,2 persen, laju
pertumbuhan ini terus dipertahankan selama sepuluh tahun berikutnya selain itu
juga bermunculuan beberapa partai politk.[6]
Selain itu jepang juga mengusahakan bantuan melalui diplomasi luar
negerinya untuk mendapat simpati ataupun dukungan dari Negara lain. Ozawa
Ichiro menyatakan bahwa setelah Perang Dunia II Jepang Menetapkan Lima pokok
garis besar politik Luar negerinya sebagai upaya menstabilkan hubungan internasional
yang berlangsung antar Negara-negara di seluruh kawasan internasional, adapun
lima pokok garis besar tersebut adalah;
1)
Mempertahankan kepentingan nasionalnya, yaitu menjadikan tujuan dasar
dari politik luar negeri Jepang adalah untuk kepentingan negeri Jepang sendiri.
2)
Partisipasi global, artinya sebagai Negara maju Jepang memiliki tanggung
jawab untuk ikut serta membangun kerjasama internasional yang tidak sebatas
pada permasalahan ekonomi saja tetapi juga politik.
3)
Tujuan-tujuan diplomatic, yaitu menjadikan Jepang sebagai Negara yang
kuat dan memiliki tujuan diplomasi yang mapan dengan cara mengembangkan
kemampuan strategi untuk mencapainya.
4)
Aliansi Amerika Serikat-Jepang, yaitu Jepang harus kembali
mempertahankan hubungannya dengan AS sebagai tonggak untuk mewujudkan keamanan
dan kemampuan strategi untuk mencapainya.
5)
Kawasan Asia-Pasifik, yaitu Jepang harus mengakui arti penting kawasan
Asia Pasifik. Dimana hal tersebut merupakan bentuk diplomasi “pilar kembar”
Jepang sebagai anggota dalam komunitas Asia-Pasifik dan juga kelompok
Negara-negara demokrasi maju.
B.
Hubungan Amerika dan Jepang Serta Pengaruh
Amerika Sebagai Negara Adikuasa Dalam Perkembangan Ekonomi Jepang Pasca PD II
Pada perkembangan
selanjutnya tahun 1946 pihak sekutu merubah kebijaksanaan yang sebelumnya
bersifat non responsibility menjadi sikap mendorong perekonomian
Jepang.Perubahan tersebut dapat terjadi karena Amerika Serikat yang pada
dasarnya menentukan kebijaksanaan pendudukan sekutu di Jepang memiliki
pandangan yang positif terhadap peranan Jepang di Asia pasca PD II.
Dengan adanya
perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang merupakan perang
pengaruh ideologi.Menyebabkan hubungan Amerika Serikat dengan Jepang semakin
membaik, hal tersebut dikarenakan Amerika Serikat memiliki suatu keinginan
bahwa Jepang dapat menjadi negara yang mampu menjadi kekuatan pengimbang
terhadap komunisme di Asia.
Setelah sekutu
mengakhiri pendudukannya di Jepang, hubungan antara Amerika Serikat dan Jepang
masih terjalin dengan baik.Hubungan yang terjalin dengan baik tersebut
dibuktikan dengan adanya sistem Bretton Woods.Salah satu bagian dari sistem
baru tersebut adalah General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang dibentuk
berdasarkan anggapan bahwa perdagangan bebas adalah sarana terbaik untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.Bagi Jepang yang pembangunan ekonominya
sangat tergantung pada perdagangan luar negeri, sistem ekonomi baru tersebut
sangat bermanfaat dan berharga.Sistem tersebut tidak hanya memungkinkan Jepang
meningkatkan volume perdagangan dan memperoleh manfaat yang lebih besar, tetapi
juga meningkatkan efisiensi dengan ditempatkanya perusahaan-perusahaan Jepang
ke dalam ajang persaingan Internasional dan memperluas pasar.Tetapi perusahaan
yang berorientasi dalam negeri pun harus mengalami persaingan dengan adanya
sistem tersebut, karena terjadinya liberalisasi impor dan pengurangan tarif
impor.Namun Jepang dapat bersaing dalam hal tersebut dimana ekspor semakin
dapat ditingkatkan dan impor dapat ditanggulangi dengan baik. Hal tersebut
karena Jepang didukukng oleh SDM dan hasil produksi yang sangat berkualitas dan
dapat bersaing dengan negara lain.
C.
Faktor-Faktor Pendukung Pembangunan Ekonomi
Jepang
Selain adanya
dukungan dari Amerika serikat dalam perkembangan pembangunan ekonomi di negara
jepang , ada beberapa factor pendukung lainnya yang muncul dari berbagai aspek.
Bangsa Jepang dari segi budaya menerapkan sistem kerja kolektif dan bukan
merupakan bangsa yang senang meniru. Mereka selalu berusaha belajar dari
kemajuan dan kesalahan bangsa lain tanpa harus mencontoh seutuhnya. Seorang
ilmuan di Jepang benar-benar memiliki andil yang sangat besar dalam proses
pembangunan bangsa. Ketika para ilmuan jepang belajar teknologi maupun
perekonomian di Amerika maupun negara Eropa, saat studi tersebut selesai,
mereka akan dengan bangga kembali ke tanah airnya dan menerapkan apa yang
didapat dengan beberapa modifikasi keunikan sistem sosial dan sistem budaya
yang mereka miliki.
Bangsa Jepang
memiliki rakyat yang cukup nasionalis.Ekonomi modern berkembang secara simultan
dengan identitas budaya nasionalnya.Banyak pengamat Barat menyebut bahwa
identitas kebudayaan dan institusi sosial adalah embrio kapitalisme
Jepang.Ilmuwan barat menjuluki kebangkitan perekonomian Jepang sebagai sebuah
pengecualian menyimpang (anomaly) dan paradoksal.
Bagi ilmuwan Jepang
teori ekonomi barat hanya dianggap sebagai “bahan baku.” dan bukan alat yang
langsung bisa dipakai.Para perencana ekonomi Jepang tidak pernah percaya bahwa
untuk menjadi negara maju, nilai-nilai tradisional harus dipinggirkan seperti
yang terjadi di Barat.Mereka sangat percaya bahwa nilai nilai tradisional
justru harus dipertahankan sebagai penyeimbang.Itulah kenapa bangsa jepang
dapat tumbuh pesat secara perekonomian namun masih dengan ciri negara Timur
yang khas. Life-time employment, seniority based system, dan traditional family
system adalah contoh-contoh nilai dan institusi tradisionil Jepang yang
dipertahankan.
Dengan adanya
industrialisasi pada dasarnya tidak sesuai dengan masyarakat tradisional,
karena industrialisasi memerlukan lembaga dan nilai-nilai baru.Tetapi
industrialisasi yang terjadi di Jepang tidak menghilangkan nilai-nilai
tradisional yang telah ada.Bahkan nilai-nilai tradisional yang telah ada
tersebut tetap dipertahankan selama berlangsungnya kemajuan industri.
Keluarga
tradisional memberikan dasar untuk lembaga ekonomi baru yang diperlukan oleh
industrialisasi, sehingga perusahaan-perusahaan Jepang mencerminkan keluarga
tradisional. Sebagaimana halnya anak-anak di dalam sebuah keluarga, maka para
karyawan tetap bekerja di dalam satu perusahaan sampai mencapai usia pensiun.
Bagi pimpinan perusahaan sulit memecat mereka seperti seorang ayah yang sulit
menolak mengakui anaknya sendiri. Seperti halnya usia menentukan kedudukan
seseorang dalam keluarga, usia itu pun memainkan peranan penting dalam
menentukan kedudukan seseorang pada hirarki persusahaan. Hubungan ayah-anak ini
diterjemahkan kedalam suatu bentuk hubungan kekeluargaan yang fiktif disebut
sebagai oyabun-kobun.Dalam pabrik, mandor adalah oyabun dan bawahannya kobun.
Tugas utama seorang oyabun adalah melatih dan mengawasi kobun, tetapi oyabun
juga memiliki tugas yang sama pentingnya yaitu untuk memberikan perhatian
terhadap keperluan emosional dan keperluan sosial kobun.
Dari tinjauan
mikro, salah satu aspek yang mendorong keberhasilan Jepang dalam membangun
sumberdaya manusia pasca perang dunia II adalah membudayakan sistem “Kerja
Kelompok” (Team work).Yaitu suatu sistem dimana para insinyur Jepang dikirim ke
Barat untuk belajar harus kembali ke Jepang dengan membawa ilmu pengetahuan dan
teknologi.Kemudian, ilmu dan teknologi yang mereka bawa harus diajarkan kepada
semua anggota kelompoknya.
Sedangakan dilihat
dari aspek makro pembangunan, Jepang memprioritaskan kebijakan pemerataan
pembangunan.Diantara Negara-negara maju, Jepang adalah negara yang paling
tinggi tingkat pemerataan hasil-hasil pembangunannya.Bukan hanya dari aspek
pendapatan tetapi juga meliputi fasilitas publik seperti pendidikan, kesehatan,
infrastruktur-fisik, dan lain-lain.Rakyat jepang masa sekarang sudah menikmati
fasilitas - fasilitas tersebut.Bahkan untuk daerah pedesaan di pegunungan,
mereka mendapatkan fasilitas jalan, air minum dan listrik kurang lebih seperti
di Tokyo, Kyoto, Osaka dan kota-kota besar lainnya.
Untuk sumber daya
pembangunan, jepang memang berbeda dengan negara - negara maju lainnya.Bangsa
Jepang sangat sedikit menggunakan sumberdaya yang berasal dari hutang luar
negeri terutama pada dekade awal pembangunan industri.Sementara Negara-negara
eropa seperti Belgia, Perancis, bahkan Rusia justru menggantungkan pada foreign
capital (hutang luar negeri) yang difasilitasi oleh “British Capital” dan
“French Capital” pada era tahun 1800-an.
DAFTAR PUSTAKA
Alvin
Y.So, Suwarsono.(2000). Perubahan Sosial dan Pembangunan.Jakarta : LP3ES.
Budiman,
Arief. (2000). Teori Pembanguan Dunia Ketiga.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Kunio, Yoshihara. (1983). Perkembangan
Ekonomi Jepang.Jakarta : Gramedia
cukup menambah wawasan, saya sangat terpukau akan artikel ini
BalasHapusTerimakasih, semua infonya
BalasHapus