Senin, 04 November 2013

Pembangunan Negara Republik Rakyat China pada masa Den Xiaoping

Indra Jaya Simatupang (1005723)
Vialli Agung Sadino (1001371)

ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi ini dimulai ketika Den Xiaoping mengeluarkan kebijakan perombakan tata ekonomi RRC. Gagasan perombakan ini dituangkan dalam gagasan empat bentuk modernisasi RRC. Empat bentuk modernisasi ini mencakup bidang pertanian, industri, iptek, dan militer. Gagasan ini dikemukakan pada sidang pleno ketiga kongres Sentral Komite ke–XI Partai Komunis Cina (PKC) pada tahun 1978. Sidang ini menjadi arena kritik kesalahan-kesalahan Mao Tse Tung dalam menangani berbagai masalah, termasuk bidang ekonomi. Serangan tersebut terutama dilancarkan oleh Deng Xiaoping. Deng Xiaoping melihat pertumbuhan ekonomi negara-negara tetangga terutama Jepang dan Korea Selatan lebih maju dibandingkan dengan RRC. Sehingga memberi inspirasi bagi Deng Xiaoping untuk merekomendasikan perombakan tata ekonomi RRC. Menurut Deng Xiaoping hal ini perlu dilakukan karena kemunduran ekonomi RRC dapat memberi peluang terhadap keresahan sosial di dalam negeri, hal ini juga dapat memberi kesan dan citra negatif bagi RRC.
Reformasi ekonomi dimulai di sektor pertanian. Pada tahun 1978, Deng kembali menghidupkan kebijakan sistem intensif Liu Shaoqi yang diperkenalkan pada awal tahun 1960an. Kebijakan ini termasuk pasar bebas, kepemilikan tanah pribadi, dan tanggung jawab petani dalam mengatur tanah pertanian mereka sendiri menurut kontrak penetapan quotabkeluarga setiap rumah tangga. Kebijakan ini menemukakan dua tipe kontrak yaitu :
1. Baochan daohu, yang mengharuskan rumah tangga memenuhi quota negara dan keperluan wilayahnya.
2. Baogan daohu, membolehkan rumah tangga untuk memperoleh hasil produksi yang lebih setelah terlebih dahulu memenuhi kebutuhan negara dan desanya.
Pemerintahan Deng juga menghapuskan sistem komune rakyat dan diganti dengan pemerintahan administrasi setempat. Keuntungan sistem ini adalah meningkatkan semangat petani untuk bekerja lebih keras dan meningkatkan pendapatannya. Deng berhasil memperoleh dukungan dari 800 juta petani. Deng Xiaoping juga lebih mementingkan hal-hal yang tidak searah pemikiran Mao Tse Tung, seperti penekanan pentingnya pertumbuhan ekonomi, pemberian kebebasan terbatas, orientasi keuntungan material, pemekaran kembali nilai-nilai tradisional, dan konfusianisme. Langkah selanjutnya yang dilaksanakan Deng Xiaoping adalah upaya mengurangi pengaruh kebijakan Mao yang dianggap merupakan panghalang bagi kebijakan modernisasi Reformasi di Cina hanya terbatas pada reformasi ekonomi, dengan membuka ekonomi Cina dengan dunia luar, memperkenalkan ekonomi pasar, dan mengundang investor asing ke Cina.
Deng Xiaoping yang juga terkenal sebagai seorang pragmatis mengajak para untuk meninggalkan sementara masalah-masalah ideologi seperti masalah pertentangan kelas, penguasaan alat-alat produksi secara ketat oleh negara, dan bentuk penerapan ideologi kaku lainnya. Di sisi lain Deng Xiaoping mendorong RRC ke arah upaya-upaya peningkatan produksi nasional meskipun perlu melakukan manajemen kapitalistik yang sangat kontradiktif dengan ideologi komunis.
Langkah ekonomi reformasi Cina diikuti dengan mengembangkan industri manufaktur, untuk memperluas dan meningkatkan usaha kecil menengah dan wiraswasta. Bukan Cuma reformasi di pedesaan, reformasi di perkotaan juga dilakukan dengan memprioritaskan untuk memperkuat perusahaan negara dengan memisahkan kepemilikan dari fungsi operasional, memperkenalkan sistem tanggung jawab kontrak perindustrian, serta perusahaan-perusahaan besar milik negara dapat dengan sukarela menjadi perusahaan bersama dengan tanggung jawab yang dibatasi.
Cina memprioritaskan kepada sektor ekonomi yang dapat menghasilkan pertumbuhan yang pesat tanpa intervensi pemerintah yang besar. Cina juga membuka untuk penanaman modal asing (PMA). Untuk membawa Cina ke dalam perekonomian global, kebijakan yang diambil adalah kebijakan pintu terbuka (Kaifang Zhenzheb). Tujuan kebijakan ini adalah untuk memperlancar jalannya modernisasi melalui pengembangan teknologi dan kemampuan serta menarik para investor. Selain itu, kebijakan pintu terbuka juga menerapkan 3 cara alih teknologi yaitu joint venture counter trade dan zona eksklusif khusus. Hasilnya adalah ekspor dan produksi Cina meningkat dengan tajam dan dalam waktu yang singkat tanpa pengeluaran dana pemerintah yang besar. Reformasi ekonomi di bidang administrasi juga dilakukan bertahap dan berhasil mengatasi hiperinflasi dan depresiasi. Pemerintah juga mendirikan lembaga-lembaga yang memungkinkan untuk mengendalikan inflasi, juga pembaharuan sistem perbankan dan pengembangan pasar modal.

1 komentar:

  1. Model Ekonomi Modern
    Pertengahan dekade 90-an, China semakin meneguhkan eksistensi model perekonomiannya yang baru. Model perekonomian China ditandai dengan mobilisasi modal dan tenaga kerja secara besar-besaran, investasi asing, industri dalam skala besar, dan campur tangan pemerintah. Kemampuan China dalam memobilisasi modal dan tenaga kerja telah meningkatkan pendapatan per kapita hingga tiga kali lipat dalam satu generasi, dan mengurangi lebih dari 300 juta kemiskinan.
    Akan tetap China mendominasi barang-barang manufaktur tetapi lemah dalam industri teknologi, sedangkan India sebaliknya. Dalam setiap dimensi perekonomian, seperi konsumen, investor, produsen, dan penggunaan energi dan komoditi, China termasuk dalam kelas berat. Konsumen dan perusahaan China selalu menuntur teknologi dan feature terbaru. Pada dekade selanjutnya, China akan dapat menguasai buruh, industri, perusahaan dan pasar di dunia dan menggantikan dominasi Amerika.
     Berkah Dalam Keterbatasan
    Kondisi geografis yang sangat luas, sebagian besar gurun tandus dan pegunungan, membuat hanya sebagian kecil saja tanah di China dan India yang layak dihuni. Kesulitan geografis, diperburuk dengan profil demografis, kemiskinan merupakan permasalahan ekonomi yang lambat laun diserap sebagai kondisi sosial dengan perlakuan kebijakan take it or leave it. Pilihan politik sosialis-komunis di China menghalangi rakyat China untuk memupuk kekayaan pribadi, bahkan alih-alih menyejahterakan, sistem politik yang berlaku menjadikan rakyat China harus rela hidup dalam kemiskinan.
    Nasib sebagian besar China perantauan di berbagai negara tidak banyak berbeda dengan saudara mereka di tanah leluhur. Bedanya, sejak zaman kolonial para perantau berhasil membangun kedekatan dengan penguasa, sehingga memudahkan mereka menguasai dan mengelola sumber daya ekonomi. Hal ini bahkan menjadi kunci penyelamat (safety key) yang memberi jalan kesejahteran ketika Pemerintah Republik Indonesia (orde baru) melarang etnik China untuk bergiat di kancah politik, militer dan pemerintahan.
    Deng Xiao Ping menyadari semakin terpuruknya perekonomian China, namun masih berkeras diri ingin memertahankan komunisme. Hasilnya sebuah kompromi, investasi asing diterima, namun intervensi politik ditolak. Solusinya, menghimpun investasi domestik, meningkatkan kualitas pendidikan, membangun akses ke pasar global, memilih teknologi yang tepat, dan pemerataan hasil pembangunan dengan menyediakan pembiayaan bagi usaha kelas kecil dan menengah. Bagi perantau etnik China, ketika akses kepada profesi sosial politik dilarang (di Indonesia), atau ketika pemerintah menerapkan kebijakan proteksi ekonomi bagi pribumi (di Malaysia) maka kedua kelompok etnik ini dengan leluasa memasuki sektor ekonomi, berwirausaha, yang tidak banyak digeluti oleh pribumi (istilah yang diciptakan untuk membedakan warga asli dan perantau asing).

    BalasHapus