PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK ISLAM IRAN
PASCA REVOLUSI 1979 PADA MASA
PRESIDEN MAHMOUD AHMADINEJAD (2005-2012)
ARTIKEL
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Sosiologi Antropologi Pembangunan
DISUSUN
OLEH:
AGUNG PURNAMA
(0900620)
JURUSAN
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
2013
A.
KERANGKA
TEORITIS PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK ISLAM IRAN
Dalam mengkaji kemajuan Negara Republik Islam Iran, Teori Depedensi
Klasik dapat dijadikan sebagai kerngka berfikir. Teori ini berpandangan, jika
Negara Dunia Ketiga ingin maju maka ia haru lepas dari ketergantungan terhadap
Barat. pernyataan lain dikemukakan leh Andre Guinder Frank. Menurut Frank,
Negara Dunia Ketiga tidak akan dan tidak perlu mengikuti arah pembangunan
Negara-negara Barat, karena memiliki pengalaman kesejarahan yang berbeda, yang
Negara barat tidak pernah merasakan sebelumnya (Suwarsono dan Alvin, 2006: 95).
Hal inilah yang ditunjukan oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Ketika terpilih menjadi Presiden Iran,
ia merubah segala kebijakan yang kebarat-baratan menjadi hal yang lebih
mencirikan Identitas bangsa Iran. Salah satu contoh agendanya adalah mewajibkan
berbusana muslim kepada seluruh wanita Iran ditempat-tempat umum, memisahkan
antara laki-laki dan perempuan, jangan sampai terjadi campur baur yang
berlebihan, baik disarana-sarana transfortasi umum, lift atau di kantor-kantor
perusahaan dan pemerintahan. Begitu juga ia melarang tayangan Iklan yang
dianggap menyelipkan pesan-pesan tak bermoral.
Dengan demikian Jelaslah bahwa program
utama Ahmadinejad adalah bahwa masyarakat Iran harus kembali kepada ruang
lingkup dan pemikiran social yang berlandaskan akidah yang telah dirintis oleh
Imam Khomeini ketika mendirikan Republik Islam Iran. Ahmadinejad bertekad untuk
untuk meluruskan beberapa kesalahan yang telah dilakukan oleh kaum reformis dan
modernis yang mulai dekat dan tergantung kepada Barat.
Dalam teori Depedensi klasik menurut Dos
Santos, tindakan pengawasan ketat dan monopoli modal asing, dan pembiyayaan
pembangunan dengan modal asing, serta penggunaan teknologi maju pada tingkat
Internasional dan Nasional merupakan sebab utama mengapa Negara dunia ketiga
tidak mampu mencapai posisi menguntungkan dalam interaksinya dengan Negara
maju, yang pada gilirannya menjadikan Negara dunia ketiga mereproduksi
keterbelakangan, kesengsaraan dan marginalisasi soial didalam batas
kewilayahannya (Suwarsono dan Alvin, 2006: 101).
Hal tersebut mungkin disadari olah garda
revolusi Iran sehingga ketika Ahmadinejad terpilih menjadi Presiden, hal ini
merupakan sebuah keputusan yang tepat dalam pandangan kaum konservatif yang
telah dicanangkan beberapa tahun yang lalu. Menurut kelompok tersebut perlu
adanya langkah strategis untuk meluruskan kembali jalan republic menuju prinsip
revolusi yang original dan manhaj Khatami yang asli. Dimana pada saat itu
muncul beberpa ancaman dengan semakin naiknya pengaruh aliran reformis dan
program-programnya semasa presiden Khatami.
Dimulai dari seruan untuk menambah
pembangunan, pengembangan dan pembaharuan demokrasi, ekonomi dan social dari
dalam. Hingga bersikap moderat, terlalu terbuka dan terlalu bersikap positif
terhadap masyarakat Internasional, AS dan masyarakat Eropa dalam berpolitik
luar negeri. semua itu dianggap terlalu berbau barat yang sewaktu-waktu dapat
memunculkan keterbelakangan, kesengsaraan dan marginalisasi soial didalam
wilayah Iran.
B.
DEMOGRAFIS
REPUBLIK ISLAM IRAN
Iran
berbatasan dengan Azerbaijan (panjang perbatasan: 432 km) dan Armenia
(35 km) di barat laut, Laut Kaspia di utara, Turkmenistan
(992 km) di timur laut, Pakistan (909 km) dan Afganistan
(936 km) di timur, Turki
(499 km) dan Irak
(1.458 km) di barat, dan akhirnya Teluk Persia
dan Teluk Oman
di selatan. Luas tanah total adalah 1.648.000 km² (daratan: 1.636.000 km²,
perairan: 12.000 km²).
Lansekap
Iran didominasi oleh barisan gunung yang kasar
yang memisahkan basin drainage atau dataran
tinggi yang beragam. Bagian barat yang memiliki populasi terbanyak
adalah bagian yang paling bergunung, dengan barisan seperti Pegunungan Kaukasus, Pegunungan Zagros dan Alborz, yang
terakhir merupakan tempat titik tertinggi Iran, Gunung
Damavand pada 5.604 m. Sebelah timur terdiri dari gurun di dataran rendah
yang tak dihuni seperti Dasht-e Kavir yang asin, dengan danau garam yang kadang
muncul. Ladang lapang luas ditemukan di sepanjang pesisir Laut Kaspia
dan di ujung utara Teluk Persia, di mana Iran berbatasan dengan
sungai Arvand (Shatt al-Arab).
Iklim Iran kebanyakan kering atau setengah
kering, meskipun ada yang subtropis sepanjang pesisir Kaspia. Iran memiliki beberapa iklim yang berbeda. Di sisi
utara negeri itu (dataran pesisir Kaspia) suhu amat rendah membekukan dan tetap
lembap selama beberapa tahun terakhir. Suhu musim panas jarang mencapai
29 °C. Penguapan tahunan adalah 680 mm di bagian timur dataran dan lebih
dari 1700 mm di sisi barat dataran. Di barat, permukiman-permukiman di lereng
Pegunungan Zagros mengalami rendahnya suhu. Daerah-daerah itu memiliki musim
dingin yang hebat, dengan rerata suhu harian membekukan dan curah saljunya
keras. Lembah timur dan tengahnya kering, yang curah hujannya kurang dari 200
mm dan bergurun. Suhu musim panas rata-rata melebihi 38 °C. Dataran
pesisir Teluk Persia dan Teluk Oman di Iran selatan memiliki musim dingin yang
sejuk dan mengalami musim panas yang lembap dan panas. Penguapan tahunan berkisar
dari 135 mm hingga 355 mm.
Iran
adalah sebuah negara yang multi suku dan agama. Etnik mayoritas ialah etnik Persia
(51% dari rakyatnya,) dan 70% rakyatnya adalah bangsa Iran,
keturunan orang Arya. Kebanyakan
penduduk Iran bertutur dalam bahasa yang tergolong dalam keluarga Bahasa Iran, termasuk bahasa Persia.
Kumpulan minoritas Iran ialah Azeri (24%), Gilaki dan Mazandarani
(8%), Kurdi
(7%), Arab
(3%), Baluchi (2%) Lur (2%) Turkmen
(2%), dan juga suku-suku lain (1%). Penutur ibu Bahasa Iran diperkirakan
sebanyak 40 juta di Iran, dan jumlah keseluruhannya (merangkumi negara-negara
lain) adalah 150-200 juta. Penduduk Iran pada tahun 2006 ialah 70 juta.
Sebanyak dua pertiga jumlah penduduknya di bawah umur 30 tahun dan persenan
penduduk yang melek huruf 86%. Tingkat pertambahan penduduknya semenjak
setengah abad yang lalu tinggi dan diperkirakan akan menurun di masa depan.
Kebanyakan
penduduk Iran adalah muslim, di mana 90% Syiah dan 8% Sunnah Wal Jamaah. 2% lagi
adalah penganut agama Baha'i, Mandea, Hindu, Zoroastrianisme,
Yahudi
dan Kristen.
Zoroastrianisme,
Yahudi
dan Kristian diakui oleh
pemerintah Iran dan turut mempunyai perwakilan di parlemen. Agama Baha'i
tidak diakui.
C.
PEMBANGUNAN
NASIONAL REPUBLIK ISLAM IRAN
Sejak
pertama kali naik menjadi Presiden, Ahmadinejad langsung disuguhi oleh
permasalahn dan tantangan bidang perekonomian yang harus ia selesaikan. Salah
satu sector yang dilirk Ahmadinejad untuk meningkatkan taraf ekonomi Iran adalah
sector Industri. Sector ini dianggap mampu untuk secara signifikan mempercepat
tingkat pertumbuhan penyerapan angkatan kerja dari kalangan generasi muda Iran
yang pada saat ini jumlah presentasenya mencapai 50% dari jumlah keseluruhan
rakyat Iran.
Salah satu dampak buruk yang diwariskan sistem perekonomian
Rezim Pahlevi dan masih berpengaruh hingga kini adalah ketergantungan Iran
terhadap pendapatan minyak bumi. Minyak mulai menjadi primadona sejak Britania
dan Stalin (Soviet) saling mengincar minyak murah dari Iran, Perdana Menteri
saat itu, Ahmad Qavam berhasil memanfaatkan momentum dengan membuat perjanjian
dengan kedua pihak. Minyak utara diserahkan pada Soviet dengan syarat penarikan
Pasukan Merah dari Azerbaijan sehingga pasukan Iran dapat menduduki wilayah
tersebut, Britania mendapat minyak selatan melalui konsensi Anglo-Iranian Oil
Company (AIOC) dan pembangunan British Imperial Bank of Persia. Namun
nasionalisasi minyak terjadi ketika Perdana Menteri Dr. Ahmad Mossadeq memaksa
Majelis meratifikasi UU nasionalisasi minyak pada tanggal 28 April 1951
(Anshari, 2008: 43).
Namun setelah dinasionalisasi minyak justru malah membuat
Iran ketergantungan yang berlebihan. Akibatnya struktur ekonomi menjadi rapuh,
namun dengan usaha keras pemerintah Republik Islam Iran, ketergantungan
terhadap pendapatan minyak pun perlahan-lahan mulai dibatasi. Sebagai misal,
pada tahun 2007-2008 ini, komposisi pendapatan minyak dalam anggaran negara
Iran kurang dari 50 persen. Sebaliknya, dalam beberapa tahun terakhir pendapatan
dari sektor non-minyak makin naik secara signifikan. Berdasarkan sejumlah data,
pendapatan Iran di sektor non-minyak pada tahun 2006 mengalami peningkatan 47
persen atau sekitar 16 miliar USD. Peningkatan ini membuat situasi ekonomi Iran
relatif bisa bertahan meski harga minyak dunia mengalami fluktuatif.
Di sisi lain, untuk memanfaatkan secara optimal cadangan
minyak, Iran berupaya meningkatkan produksi komoditas petrokimia dan olahan
minyak lainnya agar lebih bermanfaat dan bernilai. Sehingga pada periode
2007-2008, produksi petrokimia Iran meningkat lebih dari 30 juta ton.
Rencananya tiga tahun lagi, produksi di sektor ini akan ditingkatkan menjadi 58
juta ton.
Salah satu produksi industri Iran yang berhasil diekspor
sejak beberapa tahun terakhir adalah produk otomotif. Iran mengekspor kendaraan
penumpang dan barangnya ke berbagai negara seperti Syria, Turkmenistan,
Afghanistan, Azerbaijan, dan Venezuela. Iran juga menjalin kerjasama
pembangunan pabrik mobil dengan sejumlah negara. Pada tahun 2006, Iran
mengeskpor lebih dari 30 ribu kendaraan senilai 350 juta USD. Pembangunan di
bidang infrastruktur, seperti pembangunan jalan, rel kereta api, jembatan,
jalan tol dalam kota, dan kereta api bawah tanah (subway) merupakan langkah
pembangunan paling kentara pasca revolusi.
Kemajuan lain ekonomi Iran pasca Revolusi Islam adalah
meningkatnya investasi asing, padahal Iran saat ini masih berada di bawah
tekanan sanksi ekonomi AS. Tahun lalu, investasi asing di sektor perminyakan,
yang merupakan salah satu bidang yang paling dikhawatirkan oleh AS, mengalami
peningkatan sekitar 9 persen. Begitu juga di bidang gas, tingkat eksplorasi,
produksi, dan ekspor di bidang ini mengalami peningkatan signifikan. Pada bulan
Februari 2011 menteri perminyakan Iran melaporkan adanya penemuan ladang gas
baru dengan cadangan gas sebesar 11 triliun kaki kubik. Iran adalah negara
pemilik cadangan gas terbesar kedua di dunia, setelah Rusia. Selain itu,
Teheran juga telah menjalin beragam kontrak kerjasama di bidang gas dengan
negara-negara lain. Sebagai contoh, baru-baru ini Iran dan Austria
menandatangani kontrak ekspor gas senilai 50 miliar USD dan kerjasama produksi
gas dengan Malaysia senilai 16 miliar USD.
Salah satu slogan utama Revolusi Islam Iran adalah
meningkatkan taraf hidup rakyat, khususnya kalangan menengah ke bawah dan
mewujudkan keadilan sosial. Karena itu, pemerintah Republik Islam Iran berusaha
keras meningkatkan taraf hidup masyarakat berpendapatan rendah. Program
kunjungan ke daerah Presiden Ahmadinejad beserta kabinetnya merupakan upaya
serius pemerintah untuk menyentuh secara langsung persoalan rakyat di berbagai
daerah sehingga bisa diupayakan tindakan yang lebih cepat untuk mengatasi
persoalan daerah. Selama dua tahun pertama masa kepemimpinannya, Presiden
Ahmadinejad berhasil mengunjungi 30 propinsi. Kini, di paruh kedua masa
kepemiminannya, dia pun melaksanakan kembali rangkaian safari ke berbagai
daerah untuk menganalisa dan menindaklanjuti kebijakan sebelumnya.
Masih di bidang pembangunan keadilan sosial, Pemerintahan
Ahmadinejad juga mengeluarkan program pembagian 'saham keadilan'. Lewat program
ini, saham perusahaan-perusahaan negara dibagikan kepada kalangan masyarakat
berpendapatan rendah, sementara hasil keuntungannya akan dikembalikan lagi
kepada mereka.
Kendati Iran pasca revolusi, menghadapi beragam tekanan dan
embargo, namun para ilmuan dan teknisi militer Iran tidak pernah menyerah untuk
memajukan kekuatan pertahanan negaranya. Tak heran bila kini Iran berhasil
meraih keberhasilan yang tidak pernah diduga sebelumnya di bidang persenjataan
modern. Republik Islam Iran telah meningkatkan pembangunan dibidang pertahanan.
Angkatan bersenjata RII, saat ini berhasil membuat dan mengembangkan berbagai
bentuk roket, seperti roket darat ke darat, darat ke laut, dan darat ke udara.
Begitu pula di bidang pembuatan helikopter dan pesawat tempur, para ilmuan Iran
berhasil mencapai kemajuan yang menarik di bidang ini. Sejumlah pesawat tempur
berteknologi tinggi baik berjenis tanpa awak maupun standar, berhasil dibuat oleh
Iran.
Angkatan darat militer Iran juga berhasil membuat peralatan
perang modern lainnya seperti, tank, panser, meriam, dan beragam bentuk senjata
personal. Begitu pula di matra laut, kekuatan pertahanan laut Iran juga
berhasil menorehkan prestasi gemilang. Seperti pembuatan beragam jenis kapal
perang dan perahu cepat militer, rudal balistik, peluru
kendali, terpedo supersonik, speedboat berpeluru kendali, pesawat terbang tak
berawak serta beragam persenjataan penting lainnya.
Di bidang perangkat militer elektronik, Iran juga berhasil membuat gebrakan
baru di bidang ini. Tak heran jika kini Iran menyatakan siap mengadapi ancaman
perang elektronik.
Kemajuan mengagumkan Iran di bidang industri militer
membuat sejumlah negara kian tertarik menjalin kerjasama dengan Iran. Saat ini,
Iran telah mengekspor hasil-hasil industri militernya ke 57 negara. Dan saat
ini Iran memiliki system yang dapat menembakkan kepala-kepala nuklir yang
diarahkan pada sasaran-sasaran tertentu. Iran memiliki kemampuan tangkis
militer yang mampu memukul target-target AS di kawasan teluk dan Irak, hingga
Tel Aviv, setelah ia berhasil mengembangkan rudal, terutama yang paling
menonjol Rudal Sahab 3 yang bisa membawa tiga hulu ledak perang sekaligus,
sehingga bisa menyesatkan system pertahanan darat dan rudalrudal anti penangkis
(El-Gogary, 2008: 262).
Berikut adalah gambaran Program pengembangan Rudal Iran,
Adel El-Gogary mengemukakan bahwa;
Saat ini Iran memiliki
serangkain rudal dan Bom misil yang lengkap: Rudal jarak dekat hingga 150 km, rudal
Jarak menengah yang berdayya jelajah antara 300-500 km meliputi Shihab 1 yang
merupak tiruan yang dikembangkan dari rudal Scud B Rusia yang hanya berdaya
jelajah 300 km dan Sahab 2 yang merupakan tiruan dari rudal Scud C yang berdaya
jelajah hingga 550 km. Ada Juga varian lain dari rudal-rudal Iran produksi
local yang dikenal dengan nama “Zilyal”. diyakini bahwa ia merupakan varian
rudal-rudal China yang dikenal dengan rudal “Tor-M 1” dan berdaya aktif antara
300-800 km. Selain itu Iran juga mengerjakan Produksi Rudal Shihab 4 yang
berdaya jelajah 6,3 ribu km. rudal ini diyakini sebagai imitasi dari rudal
Rusia yang dikenal dengan nama “SS-N-4 SLBM” dan diperkirakan akan diaktifkan
(on Duty) pada tahun 2007. Laporan-Laporan lain mengisyaratkan bahwa saat ini
Iran tengah mengembangkan rudal balistik lintas benua yang diberi nama Sahab 5
dengan daya jelajah mencapai 500 km (El-Gogary, 2008: 270).
Di bidang Sains dan tekhnologi, Baru-baru ini, pada
februari 2011 Iran berhasil menorehkan prestasi baru di bidang teknologi
antariksa. Pembangunan stasiun peluncuran antariksa dan peluncuran roket
pembawa satelit Safir merupakan kesuksesan terbaru Iran di bidang ini. Rocket Kavoshgar 3
(Explorer 3, dalam bahasa Inggris), membawa satu hewan pengerat, dua kura-kura
dan beberapa cacing ke antariksa, dan membawa semua hewan itu kembali ke Bumi
dalam keadaan hidup. Roket penelitian dengan panjang 10 kaki itu juga dapat
membawa data elektronik dan gambar tayangan langsung ke Bumi.
Selain
itu, Iran juga mengumumkan adanya tiga satelit baru buatan dalam negeri –Tolou
(Sunrise), Mesbah 2 (Lantern 2), dan Nvid (Promising Sign)– serta satu mesin
baru pembawa satelit, yang diberi nama Simorgh 3. Menteri Pertahanan Ahmad
Vahidi mengumumkan keberhasilan peluncuran pesawat antariksa itu selama upacara
yang diselenggarakan di Teheran untuk memperingati Hari Teknologi Antariksa
Iran.
Di
bidang kedokteran. Iran mencapai kemajuan yang
signifikan. Para pakar sains dan teknologi di Iran berhasil mencapai kemajuan
yang pesat, bahkan tergolong sebagai lompatan ilmiah. Teknologi nano sebagai
salah satu dari empat teknologi paling bergengsi dan rumit di dunia, telah
bertahun-tahun menjadi fokus perhatian dan penelitian para ilmuan Iran.
Teknologi ini bahkan bisa memperbaiki molekul dan sel-sel badan yang rusak.
Hingga kini, Iran tergolong sebagai negara maju di bidang teknologi nano dan
berhasil memproduksi sejumlah komoditas dengan bantuan teknologi nano.
Prestasi Iran juga dibuktikan di bidang stem cell atau sel
punca. Selama bertahun-tahun, para ilmuan Iran telah mengembangkan teknologi
sel punca untuk pengobatan dan keperluan kedokteran lainnya. Sel punca ini
mampu memproduksi beragam jenis sel tubuh manusia, karena itu, sel ini memiliki
peran yang amat vital. Para ilmuan Iran juga berhasil memanfaatkan teknologi
sel punca untuk menyembuhkan beragam penyakit akut yang selama ini sulit
diobati. Seperti penyembuhan penyakit buta dan beragam kasus lainnya. Namun
prestasi paling berkesan di bidang ini adalah keberhasilan para ilmuan Iran mengkloning
seekor kambing dengan memanfaatkan sel punca. Prestasi ini merupakan bukti
kemajuan Iran di bidang kedokteran, khususnya dalam reproduksi sel punca. Pusat
Riset Ruyan merupakan lembaga penelitian yang berhasil mengembangkan teknologi
stem cell atau sel punca di Iran. Pusat Riset Ruyan adalah salah satu sentra
penelitian sel punca janin di Iran. Di lembaga ini, sains berkembang pesat.
Kemajuan dibidang kedokteran juga dicontohkan dengan adanya
pembuatan obat IMOD. Obat ini berfungsi untuk meningkatkan fungsi ketahanan
tubuh di hadapan virus AIDS. Keampuhan obat ini bahkan telah diakui oleh
otoritas kedokteran dunia. Tanggal 3 Februari 2011 para pakar farmasi Iran juga
berhasil mengeluarkan obat baru Angi Pars, obat ini berfungsi untuk
menyembuhkan luka penyakit diabetes atau kencing manis, sehingga bisa mencegah
terjadinya amputasi. Saat ini bisa dikatakan bahwa di kawasan Timur Tengah,
Republik Islam Iran terbilang sebagai negara paling maju di bidang kedokteran.
Isu nuklir Iran adalah topik yang paling hangat dibicarakan
dunia Internasional saat ini. Namun, dibalik polemik yang sengaja dihembuskan
Barat untuk menentang kemajuan Iran di bidang ini, ternyata Iran menyimpan
prestasi yang mengagumkan di bidang nuklir. Meski Iran berada di bawah tekanan dan
embargo, namun negara ini tetap berhasil mencapai prestasi cemerlang dalam
teknologi nuklir. Selama ini, negara-negara Barat, khususnya AS memanfaatkan
nuklir untuk membuat bom pemusnah massal, karena itu mereka juga berpikir bahwa
Iran memanfaatkan teknologi nuklir untuk kepentingan militer. Padahal,
teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk keperluan yang positif, seperti sebagai
sumber energi listrik. Atas dasar inilah, Iran mengembangkan teknologi nuklir.
Langkah ini dilakukan untuk menjadikan nuklir sebagai sumber energi alternatif.
Selain dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, teknologi nuklir juga bisa
digunakan untuk keperluan kedokteran, dan rekayasa genetika di bidang pertanian
dan peternakan.
Untuk menghilangkan adanya kecurigaan Barat terhadap
program nuklir sipil Iran, para pejabat tinggi Tehran telah berkali-kali
menggelar dialog dengan negara-negara Barat dan menjalin kerjasama yang
transparan dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Presiden Ahmadinejad
mengumumkan, bahwa Republik Islam Iran secara resmi telah memasuki fase
industrialisasi produksi bahan bakar nuklir. Upaya ini merupakan salah satu
bentuk tekad nyata Iran untuk mencapai kemandirian di bidang nuklir.
Kemandirian
tersebut akan membuat rakyat Iran sangat berhak untuk berbangga dengan
negerinya. semua kemajuan tersebut adalah buah dari berjalannya program nuklir
Iran. Semua kemajuan tersebut secara tidak langsung telah membuktukan bahwa
tuduhan musuh-musuh Iran tersebut adalah tidak benar. Pada kenyataannya
teknologi nuklir yang dikembangkan justru telah menghasilkan kemajuan di dalam
negeri bukan untuk senjata pemusnah missal yang ditujukan merusak perdamaina
dunia seperti yang dituduhkan oleh AS dan Sekutunya.
Wallahu
A’lam
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, Ali M. (2008). Supremasi Iran; Poros Setan atau Super Power Baru?. Jakarta: Jahra
El-Gogary, Adel. (2008). Ahmadinejad The Nuclear Savior of Tehran; Sang Nuklir MembidasHegemoni AS dan Zionis.
Depok: Pustaka Iman.
Esposito, John L. dan Voll, John (1999). Demokrasi di Negara-Negara Muslim, Problem dan Prospek. Bandung: Mizan.
Lapidus, Ira M. (1999). Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: Raja Grofinda Persada.
Sihbudi, Riza dkk. (1995). Profil Negara-Negara Timur Tengah. Jakarta: Pustaka Jaya.
Suwarsono & Alvin. (2006). Perubahan Sosial dan Pembangunan.
Jakarta: LP3S.
Tamara, Natsir. (1988). Revolusi Iran. Jakarta: Sinar Harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar