Minggu, 20 Januari 2013

PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK ISLAM IRAN PASCA REVOLUSI 1979 PADA MASA PRESIDEN MAHMOUD AHMADINEJAD (2005-2012)


PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK ISLAM IRAN
PASCA REVOLUSI 1979 PADA MASA
PRESIDEN MAHMOUD AHMADINEJAD (2005-2012)

ARTIKEL

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Sosiologi Antropologi Pembangunan

DISUSUN OLEH:
AGUNG PURNAMA
(0900620)












JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN  INDONESIA
2013

A.    KERANGKA TEORITIS PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK ISLAM IRAN
Dalam mengkaji kemajuan Negara Republik Islam Iran, Teori Depedensi Klasik dapat dijadikan sebagai kerngka berfikir. Teori ini berpandangan, jika Negara Dunia Ketiga ingin maju maka ia haru lepas dari ketergantungan terhadap Barat. pernyataan lain dikemukakan leh Andre Guinder Frank. Menurut Frank, Negara Dunia Ketiga tidak akan dan tidak perlu mengikuti arah pembangunan Negara-negara Barat, karena memiliki pengalaman kesejarahan yang berbeda, yang Negara barat tidak pernah merasakan sebelumnya (Suwarsono dan Alvin, 2006: 95). Hal inilah yang ditunjukan oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Ketika terpilih menjadi Presiden Iran, ia merubah segala kebijakan yang kebarat-baratan menjadi hal yang lebih mencirikan Identitas bangsa Iran. Salah satu contoh agendanya adalah mewajibkan berbusana muslim kepada seluruh wanita Iran ditempat-tempat umum, memisahkan antara laki-laki dan perempuan, jangan sampai terjadi campur baur yang berlebihan, baik disarana-sarana transfortasi umum, lift atau di kantor-kantor perusahaan dan pemerintahan. Begitu juga ia melarang tayangan Iklan yang dianggap menyelipkan pesan-pesan tak bermoral.
Dengan demikian Jelaslah bahwa program utama Ahmadinejad adalah bahwa masyarakat Iran harus kembali kepada ruang lingkup dan pemikiran social yang berlandaskan akidah yang telah dirintis oleh Imam Khomeini ketika mendirikan Republik Islam Iran. Ahmadinejad bertekad untuk untuk meluruskan beberapa kesalahan yang telah dilakukan oleh kaum reformis dan modernis yang mulai dekat dan tergantung kepada Barat.
Dalam teori Depedensi klasik menurut Dos Santos, tindakan pengawasan ketat dan monopoli modal asing, dan pembiyayaan pembangunan dengan modal asing, serta penggunaan teknologi maju pada tingkat Internasional dan Nasional merupakan sebab utama mengapa Negara dunia ketiga tidak mampu mencapai posisi menguntungkan dalam interaksinya dengan Negara maju, yang pada gilirannya menjadikan Negara dunia ketiga mereproduksi keterbelakangan, kesengsaraan dan marginalisasi soial didalam batas kewilayahannya (Suwarsono dan Alvin, 2006: 101).
Hal tersebut mungkin disadari olah garda revolusi Iran sehingga ketika Ahmadinejad terpilih menjadi Presiden, hal ini merupakan sebuah keputusan yang tepat dalam pandangan kaum konservatif yang telah dicanangkan beberapa tahun yang lalu. Menurut kelompok tersebut perlu adanya langkah strategis untuk meluruskan kembali jalan republic menuju prinsip revolusi yang original dan manhaj Khatami yang asli. Dimana pada saat itu muncul beberpa ancaman dengan semakin naiknya pengaruh aliran reformis dan program-programnya semasa presiden Khatami.
Dimulai dari seruan untuk menambah pembangunan, pengembangan dan pembaharuan demokrasi, ekonomi dan social dari dalam. Hingga bersikap moderat, terlalu terbuka dan terlalu bersikap positif terhadap masyarakat Internasional, AS dan masyarakat Eropa dalam berpolitik luar negeri. semua itu dianggap terlalu berbau barat yang sewaktu-waktu dapat memunculkan keterbelakangan, kesengsaraan dan marginalisasi soial didalam wilayah Iran.

B.     DEMOGRAFIS REPUBLIK ISLAM IRAN
Iran berbatasan dengan Azerbaijan (panjang perbatasan: 432 km) dan Armenia (35 km) di barat laut, Laut Kaspia di utara, Turkmenistan (992 km) di timur laut, Pakistan (909 km) dan Afganistan (936 km) di timur, Turki (499 km) dan Irak (1.458 km) di barat, dan akhirnya Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan. Luas tanah total adalah 1.648.000 km² (daratan: 1.636.000 km², perairan: 12.000 km²).
Lansekap Iran didominasi oleh barisan gunung yang kasar yang memisahkan basin drainage atau dataran tinggi yang beragam. Bagian barat yang memiliki populasi terbanyak adalah bagian yang paling bergunung, dengan barisan seperti Pegunungan Kaukasus, Pegunungan Zagros dan Alborz, yang terakhir merupakan tempat titik tertinggi Iran, Gunung Damavand pada 5.604 m. Sebelah timur terdiri dari gurun di dataran rendah yang tak dihuni seperti Dasht-e Kavir yang asin, dengan danau garam yang kadang muncul. Ladang lapang luas ditemukan di sepanjang pesisir Laut Kaspia dan di ujung utara Teluk Persia, di mana Iran berbatasan dengan sungai Arvand (Shatt al-Arab).
Iklim Iran kebanyakan kering atau setengah kering, meskipun ada yang subtropis sepanjang pesisir Kaspia. Iran memiliki beberapa iklim yang berbeda. Di sisi utara negeri itu (dataran pesisir Kaspia) suhu amat rendah membekukan dan tetap lembap selama beberapa tahun terakhir. Suhu musim panas jarang mencapai 29 °C. Penguapan tahunan adalah 680 mm di bagian timur dataran dan lebih dari 1700 mm di sisi barat dataran. Di barat, permukiman-permukiman di lereng Pegunungan Zagros mengalami rendahnya suhu. Daerah-daerah itu memiliki musim dingin yang hebat, dengan rerata suhu harian membekukan dan curah saljunya keras. Lembah timur dan tengahnya kering, yang curah hujannya kurang dari 200 mm dan bergurun. Suhu musim panas rata-rata melebihi 38 °C. Dataran pesisir Teluk Persia dan Teluk Oman di Iran selatan memiliki musim dingin yang sejuk dan mengalami musim panas yang lembap dan panas. Penguapan tahunan berkisar dari 135 mm hingga 355 mm.
Iran adalah sebuah negara yang multi suku dan agama. Etnik mayoritas ialah etnik Persia (51% dari rakyatnya,) dan 70% rakyatnya adalah bangsa Iran, keturunan orang Arya. Kebanyakan penduduk Iran bertutur dalam bahasa yang tergolong dalam keluarga Bahasa Iran, termasuk bahasa Persia. Kumpulan minoritas Iran ialah Azeri (24%), Gilaki dan Mazandarani (8%), Kurdi (7%), Arab (3%), Baluchi (2%) Lur (2%) Turkmen (2%), dan juga suku-suku lain (1%). Penutur ibu Bahasa Iran diperkirakan sebanyak 40 juta di Iran, dan jumlah keseluruhannya (merangkumi negara-negara lain) adalah 150-200 juta. Penduduk Iran pada tahun 2006 ialah 70 juta. Sebanyak dua pertiga jumlah penduduknya di bawah umur 30 tahun dan persenan penduduk yang melek huruf 86%. Tingkat pertambahan penduduknya semenjak setengah abad yang lalu tinggi dan diperkirakan akan menurun di masa depan.
Kebanyakan penduduk Iran adalah muslim, di mana 90% Syiah dan 8% Sunnah Wal Jamaah. 2% lagi adalah penganut agama Baha'i, Mandea, Hindu, Zoroastrianisme, Yahudi dan Kristen. Zoroastrianisme, Yahudi dan Kristian diakui oleh pemerintah Iran dan turut mempunyai perwakilan di parlemen. Agama Baha'i tidak diakui.


C.    PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK ISLAM IRAN
Sejak pertama kali naik menjadi Presiden, Ahmadinejad langsung disuguhi oleh permasalahn dan tantangan bidang perekonomian yang harus ia selesaikan. Salah satu sector yang dilirk Ahmadinejad untuk meningkatkan taraf ekonomi Iran adalah sector Industri. Sector ini dianggap mampu untuk secara signifikan mempercepat tingkat pertumbuhan penyerapan angkatan kerja dari kalangan generasi muda Iran yang pada saat ini jumlah presentasenya mencapai 50% dari jumlah keseluruhan rakyat Iran.
Salah satu dampak buruk yang diwariskan sistem perekonomian Rezim Pahlevi dan masih berpengaruh hingga kini adalah ketergantungan Iran terhadap pendapatan minyak bumi. Minyak mulai menjadi primadona sejak Britania dan Stalin (Soviet) saling mengincar minyak murah dari Iran, Perdana Menteri saat itu, Ahmad Qavam berhasil memanfaatkan momentum dengan membuat perjanjian dengan kedua pihak. Minyak utara diserahkan pada Soviet dengan syarat penarikan Pasukan Merah dari Azerbaijan sehingga pasukan Iran dapat menduduki wilayah tersebut, Britania mendapat minyak selatan melalui konsensi Anglo-Iranian Oil Company (AIOC) dan pembangunan British Imperial Bank of Persia. Namun nasionalisasi minyak terjadi ketika Perdana Menteri Dr. Ahmad Mossadeq memaksa Majelis meratifikasi UU nasionalisasi minyak pada tanggal 28 April 1951 (Anshari, 2008: 43).
Namun setelah dinasionalisasi minyak justru malah membuat Iran ketergantungan yang berlebihan. Akibatnya struktur ekonomi menjadi rapuh, namun dengan usaha keras pemerintah Republik Islam Iran, ketergantungan terhadap pendapatan minyak pun perlahan-lahan mulai dibatasi. Sebagai misal, pada tahun 2007-2008 ini, komposisi pendapatan minyak dalam anggaran negara Iran kurang dari 50 persen. Sebaliknya, dalam beberapa tahun terakhir pendapatan dari sektor non-minyak makin naik secara signifikan. Berdasarkan sejumlah data, pendapatan Iran di sektor non-minyak pada tahun 2006 mengalami peningkatan 47 persen atau sekitar 16 miliar USD. Peningkatan ini membuat situasi ekonomi Iran relatif bisa bertahan meski harga minyak dunia mengalami fluktuatif.
Di sisi lain, untuk memanfaatkan secara optimal cadangan minyak, Iran berupaya meningkatkan produksi komoditas petrokimia dan olahan minyak lainnya agar lebih bermanfaat dan bernilai. Sehingga pada periode 2007-2008, produksi petrokimia Iran meningkat lebih dari 30 juta ton. Rencananya tiga tahun lagi, produksi di sektor ini akan ditingkatkan menjadi 58 juta ton.
Salah satu produksi industri Iran yang berhasil diekspor sejak beberapa tahun terakhir adalah produk otomotif. Iran mengekspor kendaraan penumpang dan barangnya ke berbagai negara seperti Syria, Turkmenistan, Afghanistan, Azerbaijan, dan Venezuela. Iran juga menjalin kerjasama pembangunan pabrik mobil dengan sejumlah negara. Pada tahun 2006, Iran mengeskpor lebih dari 30 ribu kendaraan senilai 350 juta USD. Pembangunan di bidang infrastruktur, seperti pembangunan jalan, rel kereta api, jembatan, jalan tol dalam kota, dan kereta api bawah tanah (subway) merupakan langkah pembangunan paling kentara pasca revolusi.
Kemajuan lain ekonomi Iran pasca Revolusi Islam adalah meningkatnya investasi asing, padahal Iran saat ini masih berada di bawah tekanan sanksi ekonomi AS. Tahun lalu, investasi asing di sektor perminyakan, yang merupakan salah satu bidang yang paling dikhawatirkan oleh AS, mengalami peningkatan sekitar 9 persen. Begitu juga di bidang gas, tingkat eksplorasi, produksi, dan ekspor di bidang ini mengalami peningkatan signifikan. Pada bulan Februari 2011 menteri perminyakan Iran melaporkan adanya penemuan ladang gas baru dengan cadangan gas sebesar 11 triliun kaki kubik. Iran adalah negara pemilik cadangan gas terbesar kedua di dunia, setelah Rusia. Selain itu, Teheran juga telah menjalin beragam kontrak kerjasama di bidang gas dengan negara-negara lain. Sebagai contoh, baru-baru ini Iran dan Austria menandatangani kontrak ekspor gas senilai 50 miliar USD dan kerjasama produksi gas dengan Malaysia senilai 16 miliar USD.
Salah satu slogan utama Revolusi Islam Iran adalah meningkatkan taraf hidup rakyat, khususnya kalangan menengah ke bawah dan mewujudkan keadilan sosial. Karena itu, pemerintah Republik Islam Iran berusaha keras meningkatkan taraf hidup masyarakat berpendapatan rendah. Program kunjungan ke daerah Presiden Ahmadinejad beserta kabinetnya merupakan upaya serius pemerintah untuk menyentuh secara langsung persoalan rakyat di berbagai daerah sehingga bisa diupayakan tindakan yang lebih cepat untuk mengatasi persoalan daerah. Selama dua tahun pertama masa kepemimpinannya, Presiden Ahmadinejad berhasil mengunjungi 30 propinsi. Kini, di paruh kedua masa kepemiminannya, dia pun melaksanakan kembali rangkaian safari ke berbagai daerah untuk menganalisa dan menindaklanjuti kebijakan sebelumnya.
Masih di bidang pembangunan keadilan sosial, Pemerintahan Ahmadinejad juga mengeluarkan program pembagian 'saham keadilan'. Lewat program ini, saham perusahaan-perusahaan negara dibagikan kepada kalangan masyarakat berpendapatan rendah, sementara hasil keuntungannya akan dikembalikan lagi kepada mereka.
Kendati Iran pasca revolusi, menghadapi beragam tekanan dan embargo, namun para ilmuan dan teknisi militer Iran tidak pernah menyerah untuk memajukan kekuatan pertahanan negaranya. Tak heran bila kini Iran berhasil meraih keberhasilan yang tidak pernah diduga sebelumnya di bidang persenjataan modern. Republik Islam Iran telah meningkatkan pembangunan dibidang pertahanan. Angkatan bersenjata RII, saat ini berhasil membuat dan mengembangkan berbagai bentuk roket, seperti roket darat ke darat, darat ke laut, dan darat ke udara. Begitu pula di bidang pembuatan helikopter dan pesawat tempur, para ilmuan Iran berhasil mencapai kemajuan yang menarik di bidang ini. Sejumlah pesawat tempur berteknologi tinggi baik berjenis tanpa awak maupun standar, berhasil dibuat oleh Iran.
Angkatan darat militer Iran juga berhasil membuat peralatan perang modern lainnya seperti, tank, panser, meriam, dan beragam bentuk senjata personal. Begitu pula di matra laut, kekuatan pertahanan laut Iran juga berhasil menorehkan prestasi gemilang. Seperti pembuatan beragam jenis kapal perang dan perahu cepat militer, rudal balistik, peluru kendali, terpedo supersonik, speedboat berpeluru kendali, pesawat terbang tak berawak serta beragam persenjataan penting lainnya. Di bidang perangkat militer elektronik, Iran juga berhasil membuat gebrakan baru di bidang ini. Tak heran jika kini Iran menyatakan siap mengadapi ancaman perang elektronik.
Kemajuan mengagumkan Iran di bidang industri militer membuat sejumlah negara kian tertarik menjalin kerjasama dengan Iran. Saat ini, Iran telah mengekspor hasil-hasil industri militernya ke 57 negara. Dan saat ini Iran memiliki system yang dapat menembakkan kepala-kepala nuklir yang diarahkan pada sasaran-sasaran tertentu. Iran memiliki kemampuan tangkis militer yang mampu memukul target-target AS di kawasan teluk dan Irak, hingga Tel Aviv, setelah ia berhasil mengembangkan rudal, terutama yang paling menonjol Rudal Sahab 3 yang bisa membawa tiga hulu ledak perang sekaligus, sehingga bisa menyesatkan system pertahanan darat dan rudalrudal anti penangkis (El-Gogary, 2008: 262).
Berikut adalah gambaran Program pengembangan Rudal Iran, Adel El-Gogary mengemukakan bahwa;
Saat ini Iran memiliki serangkain rudal dan Bom misil yang lengkap: Rudal jarak dekat hingga 150 km, rudal Jarak menengah yang berdayya jelajah antara 300-500 km meliputi Shihab 1 yang merupak tiruan yang dikembangkan dari rudal Scud B Rusia yang hanya berdaya jelajah 300 km dan Sahab 2 yang merupakan tiruan dari rudal Scud C yang berdaya jelajah hingga 550 km. Ada Juga varian lain dari rudal-rudal Iran produksi local yang dikenal dengan nama “Zilyal”. diyakini bahwa ia merupakan varian rudal-rudal China yang dikenal dengan rudal “Tor-M 1” dan berdaya aktif antara 300-800 km. Selain itu Iran juga mengerjakan Produksi Rudal Shihab 4 yang berdaya jelajah 6,3 ribu km. rudal ini diyakini sebagai imitasi dari rudal Rusia yang dikenal dengan nama “SS-N-4 SLBM” dan diperkirakan akan diaktifkan (on Duty) pada tahun 2007. Laporan-Laporan lain mengisyaratkan bahwa saat ini Iran tengah mengembangkan rudal balistik lintas benua yang diberi nama Sahab 5 dengan daya jelajah mencapai 500 km (El-Gogary, 2008: 270).

Di bidang Sains dan tekhnologi, Baru-baru ini, pada februari 2011 Iran berhasil menorehkan prestasi baru di bidang teknologi antariksa. Pembangunan stasiun peluncuran antariksa dan peluncuran roket pembawa satelit Safir merupakan kesuksesan terbaru Iran di bidang ini.  Rocket Kavoshgar 3 (Explorer 3, dalam bahasa Inggris), membawa satu hewan pengerat, dua kura-kura dan beberapa cacing ke antariksa, dan membawa semua hewan itu kembali ke Bumi dalam keadaan hidup. Roket penelitian dengan panjang 10 kaki itu juga dapat membawa data elektronik dan gambar tayangan langsung ke Bumi.
Selain itu, Iran juga mengumumkan adanya tiga satelit baru buatan dalam negeri –Tolou (Sunrise), Mesbah 2 (Lantern 2), dan Nvid (Promising Sign)– serta satu mesin baru pembawa satelit, yang diberi nama Simorgh 3. Menteri Pertahanan Ahmad Vahidi mengumumkan keberhasilan peluncuran pesawat antariksa itu selama upacara yang diselenggarakan di Teheran untuk memperingati Hari Teknologi Antariksa Iran.
Di bidang kedokteran. Iran mencapai kemajuan yang signifikan. Para pakar sains dan teknologi di Iran berhasil mencapai kemajuan yang pesat, bahkan tergolong sebagai lompatan ilmiah. Teknologi nano sebagai salah satu dari empat teknologi paling bergengsi dan rumit di dunia, telah bertahun-tahun menjadi fokus perhatian dan penelitian para ilmuan Iran. Teknologi ini bahkan bisa memperbaiki molekul dan sel-sel badan yang rusak. Hingga kini, Iran tergolong sebagai negara maju di bidang teknologi nano dan berhasil memproduksi sejumlah komoditas dengan bantuan teknologi nano.
Prestasi Iran juga dibuktikan di bidang stem cell atau sel punca. Selama bertahun-tahun, para ilmuan Iran telah mengembangkan teknologi sel punca untuk pengobatan dan keperluan kedokteran lainnya. Sel punca ini mampu memproduksi beragam jenis sel tubuh manusia, karena itu, sel ini memiliki peran yang amat vital. Para ilmuan Iran juga berhasil memanfaatkan teknologi sel punca untuk menyembuhkan beragam penyakit akut yang selama ini sulit diobati. Seperti penyembuhan penyakit buta dan beragam kasus lainnya. Namun prestasi paling berkesan di bidang ini adalah keberhasilan para ilmuan Iran mengkloning seekor kambing dengan memanfaatkan sel punca. Prestasi ini merupakan bukti kemajuan Iran di bidang kedokteran, khususnya dalam reproduksi sel punca. Pusat Riset Ruyan merupakan lembaga penelitian yang berhasil mengembangkan teknologi stem cell atau sel punca di Iran. Pusat Riset Ruyan adalah salah satu sentra penelitian sel punca janin di Iran. Di lembaga ini, sains berkembang pesat.
Kemajuan dibidang kedokteran juga dicontohkan dengan adanya pembuatan obat IMOD. Obat ini berfungsi untuk meningkatkan fungsi ketahanan tubuh di hadapan virus AIDS. Keampuhan obat ini bahkan telah diakui oleh otoritas kedokteran dunia. Tanggal 3 Februari 2011 para pakar farmasi Iran juga berhasil mengeluarkan obat baru Angi Pars, obat ini berfungsi untuk menyembuhkan luka penyakit diabetes atau kencing manis, sehingga bisa mencegah terjadinya amputasi. Saat ini bisa dikatakan bahwa di kawasan Timur Tengah, Republik Islam Iran terbilang sebagai negara paling maju di bidang kedokteran.
Isu nuklir Iran adalah topik yang paling hangat dibicarakan dunia Internasional saat ini. Namun, dibalik polemik yang sengaja dihembuskan Barat untuk menentang kemajuan Iran di bidang ini, ternyata Iran menyimpan prestasi yang mengagumkan di bidang nuklir. Meski Iran berada di bawah tekanan dan embargo, namun negara ini tetap berhasil mencapai prestasi cemerlang dalam teknologi nuklir. Selama ini, negara-negara Barat, khususnya AS memanfaatkan nuklir untuk membuat bom pemusnah massal, karena itu mereka juga berpikir bahwa Iran memanfaatkan teknologi nuklir untuk kepentingan militer. Padahal, teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk keperluan yang positif, seperti sebagai sumber energi listrik. Atas dasar inilah, Iran mengembangkan teknologi nuklir. Langkah ini dilakukan untuk menjadikan nuklir sebagai sumber energi alternatif. Selain dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, teknologi nuklir juga bisa digunakan untuk keperluan kedokteran, dan rekayasa genetika di bidang pertanian dan peternakan.
Untuk menghilangkan adanya kecurigaan Barat terhadap program nuklir sipil Iran, para pejabat tinggi Tehran telah berkali-kali menggelar dialog dengan negara-negara Barat dan menjalin kerjasama yang transparan dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Presiden Ahmadinejad mengumumkan, bahwa Republik Islam Iran secara resmi telah memasuki fase industrialisasi produksi bahan bakar nuklir. Upaya ini merupakan salah satu bentuk tekad nyata Iran untuk mencapai kemandirian di bidang nuklir.
Kemandirian tersebut akan membuat rakyat Iran sangat berhak untuk berbangga dengan negerinya. semua kemajuan tersebut adalah buah dari berjalannya program nuklir Iran. Semua kemajuan tersebut secara tidak langsung telah membuktukan bahwa tuduhan musuh-musuh Iran tersebut adalah tidak benar. Pada kenyataannya teknologi nuklir yang dikembangkan justru telah menghasilkan kemajuan di dalam negeri bukan untuk senjata pemusnah missal yang ditujukan merusak perdamaina dunia seperti yang dituduhkan oleh AS dan Sekutunya.
Wallahu A’lam

DAFTAR PUSTAKA
Ansari, Ali M. (2008). Supremasi Iran; Poros Setan atau Super Power Baru?. Jakarta: Jahra
El-Gogary, Adel. (2008). Ahmadinejad The Nuclear Savior of Tehran; Sang Nuklir MembidasHegemoni AS dan Zionis. Depok: Pustaka Iman.
Esposito, John L. dan Voll, John (1999). Demokrasi di Negara-Negara Muslim, Problem dan Prospek. Bandung: Mizan.
Lapidus, Ira M. (1999). Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: Raja Grofinda Persada.
Sihbudi, Riza dkk. (1995). Profil Negara-Negara Timur Tengah. Jakarta: Pustaka Jaya.
Suwarsono & Alvin. (2006). Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: LP3S.
Tamara, Natsir. (1988). Revolusi Iran. Jakarta: Sinar Harapan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar