Senin, 21 Januari 2013

Pembangunan Ekonomi Cina dan India

DERI SEPTI EFENDI
1005918



Cina dan India telah dikenal luas sebagai negara super power masa depan dalam perekonomian dunia. Dengan memainkan berbagai peran, sebagai konsumen, suppliers, pesaing, pembaharu (innovator) dan penyedia sumber daya manusia yang handal, Cina dan India akan membentuk kembali perekonomian dunia. Kedua negara tersebut menjadi pemain yang tangguh dalam penekanan biaya produksi, peningkatan teknologi dan jasa, serta memiliki pertahanan yang kuat dalam memajukan negara. Bahkan keduanya mendesak para ekonom besar seperti Paul Samuelson untuk memikirkan kembali mengenai perdagangan bebas dan comparative advantage. Cina dan India juga mendorong munculnya kegelisahan dan perdebatan mengenai persaingan global Amerika dan negara –negara maju (G8) di masa depan.
kita awali dari telaah Teori ekonomi tradisional yang memberi perhatian utama pada efisiensi, alokasi dan pemanfaatan sumber daya langka dengan cara yang paling hemat serta pertumbuhan optimal dari sumber daya langka tersebut sepanjang waktu guna menghasilkan produk dan jasa yang cakupannya semakin luas (Todaro, 2000). Pandangan yang juga disebut sebagai teori ekonomi klasik atau neo-klasik ini sampai sekarang masih banyak dianut oleh berbagai negara. Semakin banyak negara yang percaya bahwa perekonomian akan menjadi lebih baik, tumbuh pesat bila memiliki beberapa persyaratan seperti: tersedianya kapital yang mencukupi di pasar modal; adanya kedaulatan untuk memilih (adanya persaingan bisnis) bagi konsumen sehingga mengarah pada terbentuknya mekanisme penyesuaian harga secara otomatis; keputusan transaksi ekonomi didasarkan pada analisis marginal (rasio pertambahan input dibanding output, rasio keuntungan dan perhitungan utilitas); dan keseimbangan luaran (outcome) dalam semua produk dan pasar sumber daya ekonomi. Semua persyaratan tersebut mengindikasikan adanya rasionalitas dalam keputusan ekonomi yang sepenuhnya materialistik, individualistik, berorientasipada kepentingan diri sendiri.
Dalam perkembangannya, ada masa ketika terjadi banyak kasus yang menunjukkan ekonomi neoklasik tidak dapat diterapkan secara mandiri. Ia memerlukan dukungan dan intervensi dari institusi lain (sosial dan politik) agar terus menjadi primadona model pembangunan ekonomi. Interaksi ekonomi dan praktik politik inilah yang kemudian mewarnai aktivitas ekonomi-politik di seantero bumi ini dalam beberapa dekade terakhir, termasuk ketika ekonomi kapitalis berhasil meruntuhkan kejayaan regim ekonomi terpusat di negara – negara sosialis-komunis. Runtuhnya pesaing kapitalis, dan mulai maraknya negara – negara eks sosialis-komunis mengadopsi ekonomi kapital, memutar jentera teori ekonomi neoklasik kembali ke posisi puncak.
China dan India tak luput dari pengaruh neoklasik dan ekonomi politik. Perekonomian Cina berkembang dengan pesat sejak pemerintahan Deng Xiaoping mulai membuka belenggu perekonomian negara pada tahun 1979. Karpet merah digelar bagi investor asing yang membawa masuk modal ke China dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI). Tak heran, hingga akhir 1990-an Cina tercatat sebagai negara tujuan FDI terbesar di Asia. Setiap dorongan pertumbuhan ekonomi ditandai dengan gelombang baru china fever oleh perusahaan asing. Peningkatan ini didukung dengan munculnya manifestasi baru dari kapitalisme Cina, seperti perusahaan-perusahaan pribadi, kemakmuran konsumen, pabrik-pabrik ekspor, bursa saham, dan kantor partai komunis dalam suatu bisnis.
India di pihak lain, selama kurang lebih 15 tahun yang lalu berada dalam pengawasan negara maju seperti Amerika dan Inggris. Reformasi ekonomi yang diawali tahun 1991 menghasilkan kemajuan dramatis yang membayangi keberhasilan India. Keberhasilan India tidak hanya dapat dilihat dari indikator GDP dan daya saing, namun juga tercermin dari harapan hidup warganya yang semakin panjang (Rajadhyaksha, 2007). Berbeda dengan China yang mengundang FDI, pada awalnya, keberhasilan India lebih banyak disokong oleh investasi domestik. Sampai akhir 90-an, meski industrialisasi di India cukup sukses, seperti software, desain semi konduktor, dan back-office call centers, namun sangat sedikit yang terlihat di pasar global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar