Andika
Yudhistira Pratama 1005773
Daniel Ramadhan 1005879
Indonesia
merupakan negara agraris di mana penduduknya sebagian besar matapencaharian
utamanya dalam sektor pertanian. Hal ini tersebar ke seluruh wilayah di
Indonesia. Salah satu diantara wilayah tersebut adalah pulau Bali.
Masyarakat
Bali sebagian bermata pencaharian dalam sektor pertanian. Di dalam sektor
pertanian ini ada yang bercocok tanam, di ladang maupun di sawah. Jenis tanaman
yang ditanam bpun bermacam-macam. Ada yang bertanam padi, palawija, buah-buahan
bahkan ada pula yang menanam cengkeh, vanili, coklat, kopi, kelapa, dan
lain-lain.
Masyarakat
Bali mengenal organisasi pengairan yang disebut Subak. Subak adalah lembaga
atau kesatuan dari pemilik atau penggarap sawah yang menerima air irigasinya
dari satu sumber atau bendungan tertentu. Lembaga ini dibentuk oleh petani
pemakai air ata pengatur dan penjaga keamanan tanaman. Karena pertanian di Bali
tradisi basah dan kering, Subak juga dikenal 2 macam, yaitu Subak Tanah Basah
biasanya dipakai untuk pengairan sawah, dan Subak Abian untuk mengairi tanah
kering seperti kebun atau ladang.
Subak
ini terkait hal-hal seperti:
1. Kewajiban
melakukan pemujaan terhadap pura tertentu,
2. Tempat
tinggal,
3. Tanah
pertanian dalam wilayah
4. Sistem
kasta atau wangsa
5. Ikatan
kekerabatan atas dasar hubungan darah dan perkawinan,
6. Keanggotaan
suatu sekeha,
7. Kesatuan
administrasi.
Perkembangan
sektor pertanian sejak Pelita I sampai Pelita IV menunjukan trend meningkat dan
berkembang dari segi produktivitas hasil-hasilnya. Peningkatan dan perkembangan
ini disebabkan oleh penyediaan fasilitas yang dibangun oleh pemerintah terutama
berupa bendungan-bendungan irigasi yang permanen agar penggunaan dan distribusi
pengairan di sawah-sawah efisien dan efektif. Pembangunan bendungan-bendungan
irigasi ternyata mendapat respons positif bagi petani pemakai air di Bali
melalui kelembagaan tradisional yang mereka bentuk dan warisi sejak
berabad-abad lamanya yaitu, terkenal dengan sebutan “Subak” ( I Gede Puana,
ed., 1993 : 1-15; 33-47 dalam Wirawan, dkk 1998: 71)
Respons
lembaga-lembaga tradisional yang tumbuh dari lapisan bawah masyarakat yang
bercorak agraris di Bali sangat positif menerima program pembangunan yang
dicanangkan oleh pemerintah respons secara struktural kultural yang muncul
ternyata membawa dampak terhadap perkembangan beberapa sektor yang menjadi
dominan dan menjadi ciri perkembangan yang terjadi di
Bali sejak pelita I sampai pelita IV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar