RIVAL BUARI HIDAYAT 1002245
YOFA FADILLAH HIKMAH 1003029
Hongkong
Wilayah
Hong Kong diperkirakan sudah mulai ditinggali manusia sejak zaman Neolitikum
namun baru dikenal secara luas saat Hong Kong diserahkan kepada Britania Raya
setelah Perang Opium di abad ke-19. Sebelumnya pada 1513, pelaut Portugis Jorge
Álvares, menjadi orang Eropa pertama yang mengunjungi Hong Kong.
Hong
Kong merupakan satu dari dua Daerah Administratif Khusus yang merupakan bagian dari negara Republik
Rakyat Cina, selain Makau. Pada tanggal 1 Juli 1977, daerah ini secara resmi
diserahkan oleh pemerintah Inggris kepada Republik Rakyat Cina.
Dalam
Konvensi Peking tahun1860 setelah Perang Opium kedua, Semenanjung Kowloon dan
Stonecutter’s Island diserahkan kepada Inggris sedangkan New Territories
termasuk Pulau Lantau disewakan pada Britania untuk 99 tahun sejak 1 Juli 1989
dan berakhir 30 Juni 1997.
Sebelum
diserahkan pada tahun 1997, Hong Kong adalah koloni Inggris dan sistem hukum,
mata uang, bea cukai, imigrasi, peraturan jalan, yang tetap berjalan di jalur
kiri. Urusan yang ditangani oleh Beijing adalah pertahanan nasional dan
hubungan diplomatik. Otonomi ini berlaku di Hong Kong (minimal) untuk 50 tahun
dihitung dari tahun 1997.
Hubungan
Hong Kong dengan Inggris
Kehadiran
Inggris di Hong Kong selama 150 tahun memiliki sejarah yang panjang. Peristiwa
penyewaan Hong Kong oleh Inggris pada abad ke-19 itu berakhir pada akhir abad
ke-20. Dalam rentang waktu yang panjang itulah, Hong Kong telah menjadi sebuah
sentra finansial dan perdagangan jasa yang sangat penting di Asia Timur. Selama
masa Perang Dingin, Hong Kong juga menjadi jendela Cina untuk menengok ke dunia
luar.
Mundurnya
Inggris dari Cina 30 Juni 1997disambut oleh pemerintah Cina yang merasa berhak
atas Hong Kong. Adanya kesamaan sejarah antara kedua wilayah itu menyebabkan
penyerahan itu menjadi penting dalam sejarah Asia.
Pulau
Hong Kong menawarkan berbagai kemungkinan, yaitu memiliki pelabuhan dengan laut
yang dalam. Pelabuhan ini diperlukan untuk berlabuh kapal-kapal besar. Ada
keuntungan lain, pulau ini nyaris kosong karena penduduk Cina tak begitu
banyak.
Kombinasi
antara posisi strategis untuk bisnis dan pertahanan yang cermat, menyebabkan
nilai Hong Kong makin tinggi. Selama Perang Dunia I, Perang Dunia II,
Kemerdekaan Cina 1949, Perang Korea tahun 1950-an, Revolusi Kebudayaan tahun
1960-an dan akhirnya naiknya Deng Xiaoping di Cina daratan, Hong Kong tetap
bertahan.
Bagi
Inggris, seperti dicatat Norman Miners dalam The Government and Politics of
Hong Kong (1995), menduduki Hong Kong diperlukan sebagai basis perdagangan
dengan Cina. Para pedagang Inggris yang melakukan bisnis di Guangxhou, dibatasi
dan diperlakukan dengan ketat oleh para pejabat Cina. Selain itu, Hong Kong
diperlukan untuk tempat dimana mereka bisa berlabuh, memperbaiki kapal dan
menyimpan barang dengan aman.
Hubungan
Hong Kong dengan Inggris memang unik. Meski kata penjajahan lebih sering
digunakan untuk menyebut kehadiran Inggris di Hong Kong, tetapi bukti telah
menunjukkan, penduduk Cina yang ada di Hong Kong bisa berhasil. Tidak aneh
timbul anekdot, penduduk Hong Kong lebih betah di bawah Inggris daripada
penguasa Beijing.
Jejak
keberhasilan Inggris dalam membangun Hong Kong adalah bhwa Ionggris telah mampu
mengubah bukit gersang dan gundul ini sudah berubah menjadi hutan beton penuh
gedung pencakar langit. Inggris juga meninggalkan sejumlah kebiasaan yang
berbeda dengan Cina daratan. Misalnya, pengendara yang mengutamakan pejalan
kaki, antre yang tertib di tempat apa pun apakah mau naik taksi, bus atau
membayar rekening listrik.
Hubungan
Hong Kong dengan China
Setelah
lepas dari Inggris, Hong Kong tidak serta merta lepas dari kekuasaan dan
pengharuh ‘luar’. Cina yang sudah lama menginginkan wilayah strategis perdagangan
ini nampak menyambut dengan genbira pelepasan Hong Kong dari tangan Inggris
pada tahun 1997.
Kebijakan
ekonomi Cina di Hong Kong nampaknya tidak dijalankan dengan begitu ketat. artinya, Cina msih memberlakukn beberpa
peraturan dan kebijakan yang sudah ada (yang dibuat oleh Inggris). Agar tidak
terjadi kekagetan di berbagai lapisan masyarakatnya dengan sistem komunis yang
akan diterapkan, Cina mengizinkan sistem kapitalis tetap hidup selama 50 tahun
mendatang. Suasana hati antara lega dan cemas, kini menghinggapi seluruh
penduduk Hong Kong karena belum pengalaman menghadapi penguasa dari Beijing.
Mereka masih menunggu sesuatu yang belum pasti.
Mengenai
hubungan ekonomi antara Cina dan Hong kong, Cina menyodorkan semavam perjanjian
kerjsama ekonomi antara kedua negara tersebut. Closer Economic Partnership
Agreement (CEPA) memayungi perniagaan antara Hong Kong dan China, termasuk
perdagangan barang, jasa, dan fasilitasi investasi. Pemerintah Cina menyatakan
bahwa dibawah payung CEPA, telah berhasil diciptakan 29,000 lapangan kerja pada
tahun 2004-2005.
Analisis
dengan Teori Sistem Dunia
Teori
Sistem-Dunia adalah perspektif makrososiologi yang berupaya menjelaskan
dinamika “ekonomi dunia kapitalis” sebagai sistem yang bersifat total”.
Pendekatan ini dipakai oleh Immanuel Wallerstein terutama melalui karya The
Rise and Future Demise of the World Capitalist System: Concepts for Comparative
Analysis (1974) (Schoorl, 1982:104).
Teori
Sistem-Dunia juga mengadaptasi teori ketergantungan (dependency theory). Dari
teori ini Wallerstein menjelaskan pandangan neoMarxis mengenai proses
pembangunan, yang populer di negara-negara berkembang dan diantara tokohnya
adalah Fernando Henrique Cardoso. Teori dependensia memahami “peripheri”.
dengan cara melihat relasi pusat-pinggiran yang tumbuh di kawasan periperal
seperti Amerika Latin. Dari sanalah kritik terhadap kapitalisme global sekarang
ini berkembang.
Dalam
sistem dunia, terjadi tiga pola hubungan antara negara pusat, negara semi
pinggiran , dan negara pinggiran. Bila dilihat dari pola ini, Hong Kong berada
pada posisi negara semi pinggiran dimana Hong Kong merupakan suatu negara yang
dijadikan sebagai kawasan transit bagi jalur perdagangan internasional. Dalam
perkembangan selanjutnya, keberhasilan ekonomi Hong Kong tidak dapat dilepaskan
dari peranannya sebagai wilayah transit perdagangan, sehingga lebih
memungkinkan untuk memanjukan perekonomiannya sebgaimana Singapura yang juga
merupakan wilayah transit perdagangan.
Kebijakan
ekonomi Hong Kong semasa masih di bawah Inggris didasarkan atas prinsip
“positive non-interventionism”. Prinsip ini diaplikasikan dalam bentuk pajak
yang rendah dan pembatasan pengeluaran pemerintah terhadap penyediaan jasa
dukungan esensial seperti kesehatan, perumahan, dan pendidikan. Peraturan yang
dikeluarkan pemerintah juga terbatas sifatnya.
Kebijakan
ekonomi Hong Kong setelah penyerahan kembali ke China tahun 1997 juga tidak
banyak berubah. Konstitusi mini Hong Kong SAR (Special Administrative Region),
Basic Law, menjamin Hong Kong akan tetap mempertahankan perdagangan bebas (free
trade), usaha secara bebas (free enterprise), dan pajak yang rendah selama
paling tidak 50 tahun. Hal-hal yang diatur secara khusus dalam hal ini adalah:
Hong Kong SAR memiliki
sistem keuangan tersendiri
1. Pemerintah
Hong Kong memegang pendapatannya sendiri, tidak perlu menyetor pendapatan Hong
Kong kepada pemerintah pusat di Beijing
2. Pemerintah Beijing tidak dapat mengenakan
pajak di Hong Kong
3. Pemerintah harus menjaga agar pengeluaran
selalu berada dalam batas pendapatan dan menghindari defisit
4. Hong Kong dollar tetap dipertahankan dan terus
didukung dengan cadangan devisa 100 persen (Basic Law tidak menyebutkan adanya
rezim nilai tukar tertentu, seperti fixed link dengan US dollar)
5. Hong Kong dollar tetap convertible dan tidak
diterapkan pengendalian pertukaran
6. Aliran bebas modal keluar dan masuk Hong Kong
tetap dijaga
7. Hong
Kong tetap menjadi pelabuhan bebas, dengan kebijakan perdagangan bebas,
meskipun tarif tetap dapat dikenakan untuk kasus tertentu.
artikel ini cukup bermanfaat bagi pembaca dalam memperdalam tentang sejarah perekonomian hongkong. kita sebagai pembaca dapat memeahami dan dapat menjelaskan lagi tentang perekonomian di hongkong.
BalasHapus