Indra Jaya Simatupang (1005723)
Vialli Agung Sadino (1001371)
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi ini dimulai ketika Den Xiaoping
mengeluarkan kebijakan perombakan tata ekonomi RRC. Gagasan perombakan ini
dituangkan dalam gagasan empat bentuk modernisasi RRC. Empat bentuk modernisasi
ini mencakup bidang pertanian, industri, iptek, dan militer. Gagasan ini
dikemukakan pada sidang pleno ketiga kongres Sentral Komite ke–XI Partai
Komunis Cina (PKC) pada tahun 1978. Sidang ini menjadi arena kritik
kesalahan-kesalahan Mao Tse Tung dalam menangani berbagai masalah, termasuk
bidang ekonomi. Serangan tersebut terutama dilancarkan oleh Deng Xiaoping. Deng
Xiaoping melihat pertumbuhan ekonomi negara-negara tetangga terutama Jepang dan
Korea Selatan lebih maju dibandingkan dengan RRC. Sehingga memberi inspirasi
bagi Deng Xiaoping untuk merekomendasikan perombakan tata ekonomi RRC. Menurut
Deng Xiaoping hal ini perlu dilakukan karena kemunduran ekonomi RRC dapat
memberi peluang terhadap keresahan sosial di dalam negeri, hal ini juga dapat
memberi kesan dan citra negatif bagi RRC.
Reformasi ekonomi dimulai di sektor pertanian. Pada
tahun 1978, Deng kembali menghidupkan kebijakan sistem intensif Liu Shaoqi yang
diperkenalkan pada awal tahun 1960an. Kebijakan ini termasuk pasar bebas,
kepemilikan tanah pribadi, dan tanggung jawab petani dalam mengatur tanah
pertanian mereka sendiri menurut kontrak penetapan quotabkeluarga setiap rumah
tangga. Kebijakan ini menemukakan dua tipe kontrak yaitu :
1.
Baochan daohu, yang mengharuskan rumah tangga memenuhi quota negara dan
keperluan wilayahnya.
2.
Baogan daohu, membolehkan rumah tangga untuk memperoleh hasil produksi yang
lebih setelah terlebih dahulu memenuhi kebutuhan negara dan desanya.
Pemerintahan Deng juga menghapuskan sistem komune
rakyat dan diganti dengan pemerintahan administrasi setempat. Keuntungan sistem
ini adalah meningkatkan semangat petani untuk bekerja lebih keras dan
meningkatkan pendapatannya. Deng berhasil memperoleh dukungan dari 800 juta
petani. Deng Xiaoping juga lebih mementingkan hal-hal yang tidak searah
pemikiran Mao Tse Tung, seperti penekanan pentingnya pertumbuhan ekonomi,
pemberian kebebasan terbatas, orientasi keuntungan material, pemekaran kembali
nilai-nilai tradisional, dan konfusianisme. Langkah selanjutnya yang
dilaksanakan Deng Xiaoping adalah upaya mengurangi pengaruh kebijakan Mao yang
dianggap merupakan panghalang bagi kebijakan modernisasi Reformasi di Cina
hanya terbatas pada reformasi ekonomi, dengan membuka ekonomi Cina dengan dunia
luar, memperkenalkan ekonomi pasar, dan mengundang investor asing ke Cina.
Deng Xiaoping yang juga terkenal sebagai seorang
pragmatis mengajak para untuk meninggalkan sementara masalah-masalah ideologi
seperti masalah pertentangan kelas, penguasaan alat-alat produksi secara ketat
oleh negara, dan bentuk penerapan ideologi kaku lainnya. Di sisi lain Deng
Xiaoping mendorong RRC ke arah upaya-upaya peningkatan produksi nasional
meskipun perlu melakukan manajemen kapitalistik yang sangat kontradiktif dengan
ideologi komunis.
Langkah ekonomi reformasi Cina diikuti dengan
mengembangkan industri manufaktur, untuk memperluas dan meningkatkan usaha
kecil menengah dan wiraswasta. Bukan Cuma reformasi di pedesaan, reformasi di
perkotaan juga dilakukan dengan memprioritaskan untuk memperkuat perusahaan
negara dengan memisahkan kepemilikan dari fungsi operasional, memperkenalkan
sistem tanggung jawab kontrak perindustrian, serta perusahaan-perusahaan besar
milik negara dapat dengan sukarela menjadi perusahaan bersama dengan tanggung
jawab yang dibatasi.
Cina memprioritaskan kepada sektor ekonomi yang
dapat menghasilkan pertumbuhan yang pesat tanpa intervensi pemerintah yang
besar. Cina juga membuka untuk penanaman modal asing (PMA). Untuk membawa Cina
ke dalam perekonomian global, kebijakan yang diambil adalah kebijakan pintu
terbuka (Kaifang Zhenzheb). Tujuan kebijakan ini adalah untuk memperlancar
jalannya modernisasi melalui pengembangan teknologi dan kemampuan serta menarik
para investor. Selain itu, kebijakan pintu terbuka juga menerapkan 3 cara alih
teknologi yaitu joint venture counter trade dan zona eksklusif khusus. Hasilnya
adalah ekspor dan produksi Cina meningkat dengan tajam dan dalam waktu yang
singkat tanpa pengeluaran dana pemerintah yang besar. Reformasi ekonomi di
bidang administrasi juga dilakukan bertahap dan berhasil mengatasi hiperinflasi
dan depresiasi. Pemerintah juga mendirikan lembaga-lembaga yang memungkinkan
untuk mengendalikan inflasi, juga pembaharuan sistem perbankan dan pengembangan
pasar modal.
Model Ekonomi Modern
BalasHapusPertengahan dekade 90-an, China semakin meneguhkan eksistensi model perekonomiannya yang baru. Model perekonomian China ditandai dengan mobilisasi modal dan tenaga kerja secara besar-besaran, investasi asing, industri dalam skala besar, dan campur tangan pemerintah. Kemampuan China dalam memobilisasi modal dan tenaga kerja telah meningkatkan pendapatan per kapita hingga tiga kali lipat dalam satu generasi, dan mengurangi lebih dari 300 juta kemiskinan.
Akan tetap China mendominasi barang-barang manufaktur tetapi lemah dalam industri teknologi, sedangkan India sebaliknya. Dalam setiap dimensi perekonomian, seperi konsumen, investor, produsen, dan penggunaan energi dan komoditi, China termasuk dalam kelas berat. Konsumen dan perusahaan China selalu menuntur teknologi dan feature terbaru. Pada dekade selanjutnya, China akan dapat menguasai buruh, industri, perusahaan dan pasar di dunia dan menggantikan dominasi Amerika.
Berkah Dalam Keterbatasan
Kondisi geografis yang sangat luas, sebagian besar gurun tandus dan pegunungan, membuat hanya sebagian kecil saja tanah di China dan India yang layak dihuni. Kesulitan geografis, diperburuk dengan profil demografis, kemiskinan merupakan permasalahan ekonomi yang lambat laun diserap sebagai kondisi sosial dengan perlakuan kebijakan take it or leave it. Pilihan politik sosialis-komunis di China menghalangi rakyat China untuk memupuk kekayaan pribadi, bahkan alih-alih menyejahterakan, sistem politik yang berlaku menjadikan rakyat China harus rela hidup dalam kemiskinan.
Nasib sebagian besar China perantauan di berbagai negara tidak banyak berbeda dengan saudara mereka di tanah leluhur. Bedanya, sejak zaman kolonial para perantau berhasil membangun kedekatan dengan penguasa, sehingga memudahkan mereka menguasai dan mengelola sumber daya ekonomi. Hal ini bahkan menjadi kunci penyelamat (safety key) yang memberi jalan kesejahteran ketika Pemerintah Republik Indonesia (orde baru) melarang etnik China untuk bergiat di kancah politik, militer dan pemerintahan.
Deng Xiao Ping menyadari semakin terpuruknya perekonomian China, namun masih berkeras diri ingin memertahankan komunisme. Hasilnya sebuah kompromi, investasi asing diterima, namun intervensi politik ditolak. Solusinya, menghimpun investasi domestik, meningkatkan kualitas pendidikan, membangun akses ke pasar global, memilih teknologi yang tepat, dan pemerataan hasil pembangunan dengan menyediakan pembiayaan bagi usaha kelas kecil dan menengah. Bagi perantau etnik China, ketika akses kepada profesi sosial politik dilarang (di Indonesia), atau ketika pemerintah menerapkan kebijakan proteksi ekonomi bagi pribumi (di Malaysia) maka kedua kelompok etnik ini dengan leluasa memasuki sektor ekonomi, berwirausaha, yang tidak banyak digeluti oleh pribumi (istilah yang diciptakan untuk membedakan warga asli dan perantau asing).