Nama : Rizki Achirudin
NIM : 0906888
STRATEGI
POLITIK DAN EKONOMI AMERIKA SERIKAT PADA MASA PERANG DINGIN TERHADAP EROPA
BARAT
Amerika Serikat merupakan negara
yang mayoritas berbangsa Eropa, yang negaranya berdiri di benua Amerika. Amerika
Serikat pada awalnya adalah daerah koloni Inggris yang akhirnya merdeka pada
tahun 1776 setelah melalui perang kemerdekaan dengan Inggris. Setelah berhasil
keluar dari ikatan kekuasaan Inggris, Amerika Serikat berdiri sebagai sebuah
negara berbangsa Eropa di benua Amerika.
Pada
awal berdirinya, Amerika melakukan politik netralitas terhadap perpolitikan
Eropa. Amerika yang mengedepankan asas demokrasi memandang manusia mempunyai hak dalam menentukan
nasibnya sendiri, setiap individu bebas mengutarakan pendapat serta menentukan
nasibnya sendiri. Pengalaman sebagai koloni di bawah kekuasaan Inggris
membentuk watak demokrasi Amerika Serikat. Ucapan Presiden Monroe yang terkenal
dengan doktrin Monroe menyatakan bahwa politik Amerika Serikat netral terhadap
permasalahan politik di Eropa. Doktrin Monroe merupakan tuntutan untuk tidak
saling menyerang atas negara-negara Eropa di belahan bumi Barat (Jones, 1992:
58).
Politik netralitas Amerika Serikat
berjalan pasca kemerdekaan hingga beberapa masa sebelum berkecamuk perang di
Eropa. Amerika Serikat menjalankan asas kebebasan tanpa mencampuri urusan
politik Eropa, netralitas dimaksudkan agar Amerika Serikat tidak terkungkung
dalam urusan ekonomi terhadap salah satu pihak yang bersengketa. Politik
netralitas bermaksud agar ekonomi Amerika Serikat bebas berhubungan dengan
negara manapun. Posisi netral Amerika Serikat akhirnya berubah saat Perang
Dunia I berkecamuk di Eropa. Amerika yang pada awalnya masih mempertahankan
kenetralan akhirnya ikut campur dalam Perang dengan memihak kepada blok sekutu
Inggris dan Perancis menghadapi Jerman. Keikutcampuran Amerika Serikat dalam
perang banyak disebut disebabkan oleh gangguan Jerman terhadap perdagangan
Amerika Serikat. Kapal selam Jerman mulai menenggelamkan niaga Amerika dengan penumpang-penumpang
sipil diatasnya (Jones, 1992: 59).
Keikutsertaan
Amerika Serikat dalam Perang Dunia I mempererat hubungannya dengan
negara-negara Eropa Barat, khususnya sekutu utama Amerika Serikat adalah
Inggris dan Perancis. Hubungan tersebut berlanjut ketika Perang Dunia II
berkecamuk, Amerika Serikat memihak blok sekutu Inggris dan Perancis menghadapi
Nazi Jerman di bawah Adolf Hitler. Pasca kemenangan dalam Perang Dunia II,
Amerika Serikat mempererat kembali hubungannya dengan negara-negara Eropa Barat
sekutunya dalam menghadapi Perang Dingin dengan Uni Soviet. Perang Dingin
adalah perang memperebutkan pengaruh antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Amerika Serikat banyak menarik sekutu dari negara-negara Eropa Barat, sedangkan
Uni Soviet banyak menarik sekutu dari negara-negara Eropa Timur. Pembangunan
Amerika banyak disesuaikan dengan kondisi perpolitikan dunia, dalam fokus
kajian ini yang akan dikedepankan adalah hubungan pembangunan Amerika Serikat
dengan negara-negara Eropa Barat pada masa Perang Dingin.
Peran Amerika Serikat
dalam Perang Dunia II mempunyai andil yang besar dalam mempengaruhi jalan serta
hasil akhir perang. Amerika yang tergabung dalam blok sekutu berhasil
mengalahkan kekuatan Jerman bersama sekutunya Jepang, Austria-Hongaria, dan
Italia. Di Front Eropa Perang Dunia II Amerika Serikat bergabung dengan
Inggris, Perancis dan Sekutu Eropa lainnya berhasil mendesak Jerman hingga
terdesak mundur ke Jerman dan akhirnya menyerah. Di Front Pasific, Amerika
dominan dalam mendesak Jepang hingga akhirnya menyerah tanpa syarat di Tokyo.
Andil Amerika dalam Perang Dunia II diiringi juga oleh andil Uni Soviet yang
mendesak Jerman dari Front Timur Jerman. Pasca berakhirnya perang, dua kekuatan
Amerika Serikat dan Uni Soviet mendominasi persaingan baru merebutkan pengaruh
yang terkenal dengan Perang Dingin. Kondisi pasca Perang Dunia 2 dinyatakan
Orwell bahwa:
"Selama
empat puluh atau lima puluh tahun terakhir, Mr. H.
G. Wells dan yang
lainnya telah memperingatkan kita bahwa manusia akan berada dalam bahaya,
menghancurkan dirinya dengan senjatanya sendiri, menyisakan semut atau beberapa
kelompok spesies lainnya untuk mengambil alih. Barangsiapa yang telah melihat
kehancuran kota-kota di Jerman akan berpikir bahwa gagasan ini
setidaknya masuk akal. Namun demikian, jika melihat dunia secara keseluruhan,
peristiwa selama beberapa dekade terakhir tidak menuju ke arah anarki, namun ke
arah pemberlakuan kembali perbudakan. Kita mungkin tidak menuju ke arah pengrusakan
umum, tapi ke zaman perbudakan kuno yang mengerikan. Teori James Burnham telah banyak dibahas, namun
sebagian kecil orang belum menganggapnya sebagai implikasi ideologi. Jenis
pandangan terhadap dunia, jenis keyakinan, dan struktur sosial mungkin akan
menguasai negara yang tak terkalahkan dan menegakkannya dalam "perang
dingin" permanen dengan tetangganya." (Wikipedia, 2013)
Pasca kekalahan Jerman dan
sekutunya, Amerika Serikat dan Uni Soviet menguasai daerah yang dulunya
dikuasai Jerman. Pengkondisian daerah tersebut berlanjut dengan persaingan
diantara keduanya dalam menyebarkan pengaruh atau ideology kedua negara.
Amerika Serikat enganut paham liberalis yang mengutamakan ekonomi persaingan
bebas serta kapitalisme, sedangkan Uni Soviet menganut sistem ekonomi sosialis
yang anti kapitalis. Keduanya bersaing dalam menanamkan pengaruh dengan mencari
negara sekutu. Sekutu-sekutu yang berhasil direkrut Amerika Serikat kebanyakan
adalah negara-negara di Eropa Barat, sedangkan Uni Soviet berhasil mendirikan
satelit komunis di negara-negara Eropa Timur. Kedua negara berkontradiksi satu
sama lain, selain persaingan dominasi politik kedua negara juga sangat
berkontradiksi dalam sistem ekonomi. Kapitalisme Amerika merupakan musuh
sosialisme Soviet yang berfaham Marxisme.
Paham
Liberalisme Amerika Serikat merupakan tandingan bagi ideology komunisme Uni
Soviet. Kedua negara mempropaganda sekutu-sekutunya sesuai paham serta ideology
yang mereka miliki. Amerika Serikat menanamkan sistem kapitalisme bagi
sekutu-sekutunya, sedangkan Uni Soviet menanamkan sistem ekonomi sosialisme
bagi negara satelitnya. Amerika Serikat berusaha keras menanamkan pengaruh di
Eropa Barat sebagai tahap pembendungan laju penyebaran komunisme Soviet dari
Eropa Timur. Selain hal tersebut, Eropa Barat juga merupakan sekutu potensial
bagi Amerika Serikat karena adanya ikatan sejak Perang Dunia 1 dan Perang Dunia
2 atas kontribusi Amerika Serikat membantu negara Eropa Barat melawan Jerman
dan Nazi.
Berakhirnya Perang Dunia 2 menyisakan kerusakan parah bagi negara-negara
Eropa Barat. Negara-negara Eropa Barat sebagai pemenang perang tidak dalam
euforia kemenangan, mereka justru terkena krisis ekonomi dan kerusakan
infrastruktur yang dahsyat. Amerika Serikat dan Uni Soviet merupakan dua negara
yang tidak terkena akibat fatal dari Perang Dunia 2. Masa pasca Perang Dunia 2
dengan keadaan Eropa Barat yang hancur menjadikan persaingan antara Amerika
Serikat dan Uni Soviet untuk melakukan rekonsiliasi dan penyebaran pengaruh
kedua negara. melemahnya Eropa menaikan status kedua negara menjadi negara
Super Power dan memberikan ketergantungan bagi pemulihan keadaan pasca Perang
Dunia II. Strategi Amerika Serikat sebagai negara yang terlibat dalam Perang
Dunia II memulihkan keadaan Eropa dengan program bantuan Marshal Plan.
Marshal Plan Amerika erat kaitannya dengan doktrin Truman. Kedua
kebijakan sangat erat kaitannya dengan politik pembendungan komunis dan
pencarian sekutu. Nana Supriatna menyatakan bahwa:
Pada
esensinya, Doktrin Truman didasarkan atas prinsip moral bagi penentuan nasib
sendiri (self determination) bangsa-bangsa
di dunia menurut perspektif luar negeri AS. Oleh karena itu AS memprotes
pendudukan Polandia, Rumania dan Bulgaria yang berada di bawah rezim otoriter
yang tidak memperhatikan kepentingan bangsanya untuk menentukan nasibnya
sendiri. Berdasarkan doktrin tersebut, AS harus membantu negara yang masih
berada dalam rezim otoriter untuk menjadi negara demokratis. AS berkepentngan
untuk membantu negara-negara tersebut membentuk institusi yang demokratis untuk
kepentingan perdamaian internasional. Dilihat dari kerangka Perang Dingin,
doktrin tersebut sebenarnya lebih ditujukan kepada Uni Soviet yang mulai
menanamkan pengaruhnya di Eropa Timur. Oleh Karena itu atas nama doktrin
Truman, AS membantu negara-negara di Eropa untuk memulihkan ekonominya pasca
perang sehingga menjadi negara demokratis seperti ditafsirkan oleh AS.
Juni 1947, sesuai dengan Doktrin Truman, Amerika Serikat mengesahkan
program Marshall Plan, yaitu suatu program bantuan
ekonomi bagi semua negara Eropa yang bersedia untuk berpartisipasi, termasuk
Uni Soviet. Tujuan dari rencana ini adalah untuk membangun kembali sistem demokrasi
dan perekonomian Eropa dan untuk membatasi pengaruh komunis di Eropa.
Penyebaran dana bantuan Amerika Serikat mengikat penerima bantuan untuk menjadi
sekutu Amerika dan menjadikan tembok bagi masuknya pengaruh Soviet.
Rencana ini juga menyatakan bahwa kemakmuran Eropa bergantung pada
pemulihan ekonomi Jerman. Satu bulan kemudian, Truman mengesahkan Undang-Undang
Keamanan Nasional 1947, membentuk Departemen
Pertahanan terpadu, CIA, dan Badan Keamanan Nasional
(NSC). Hal ini selanjutnya akan menjadi birokrasi utama kebijakan AS dalam Perang
Dingin.
Stalin percaya bahwa integrasi ekonomi dengan Barat
akan memungkinkan negara-negara Blok Timur untuk memisahkan diri dari kontrol
Soviet, Stalin juga percaya bahwa AS berusaha untuk “membeli” Eropa agar
berpihak kepada AS. Oleh sebab itu, Stalin melarang negara-negara Blok Timur
menerima bantuan Marshall. Alternatif Uni Soviet dalam menandingi Rencana
Marshall, yang konon menghabiskan subsidi Soviet dan perdagangan dengan Eropa
Timur, adalah dengan membentuk Rencana Molotov (kemudian
dilembagakan pada bulan Januari 1949 dengan nama Comecon).
Stalin juga mengkhawatirkan upaya AS untuk merekonstitusi Jerman; visi
pasca-perangnya terhadap Jerman tidak mencakup hal ini, karena Soviet enggan
mempersenjatai kembali Jerman atau dengan kata lain, takut bahwa hal itu akan
menimbulkan ancaman lagi terhadap Uni Soviet.
Kebijakan kembar Doktrin Truman dan Rencana Marshall menyebabkan
miliaran bantuan ekonomi dan militer mengalir untuk Eropa Barat,
Yunani,
dan Turki.
Dengan bantuan AS, militer Yunani berhasil memenangkan perang saudara. Partai Demokrasi Kristen
Italia
juga sukses mengalahkan aliansi Komunis-Sosialis dalam
pemilihan umum tahun 1948. Pada saat yang bersamaan, terjadi peningkatan
aktivitas intelijen dan spionase, pembelotan
Blok Timur, dan pengusiran diplomatik.
Amerika Serikat dan Uni Soviet adalah dua negara
yang berkontribusi terhadap kekalahan Nazi Jerman pada Perang Dunia II.
Kontribusi dua negara besar tersebut sangat dominan di mana Amerika Serikat
beserta sekutunya melumpuhkan Nazi dari front Barat dan Uni Soviet menundukan
Nazi dari front timur. Setelah kekuasaan Nazi takluk sepenuhnya, kedua negara
mulai berebut pengaruh atas wilayah bekas jajahan Nazi Jerman, Italia, dan
Jepang yang berada dalam kondisi vacuum
of power.
Perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dan Uni
Soviet didasarkan kepada perbedaan ideologi dan kompetisi penanaman ideologi di
negara-negara bekas wilayah kekuatan axis
(Jerman, Italia, Jepang) dan negara-negara strategis yang non-aliansi. Amerika
Serikat menganut ideologi demokrasi kapitalis dan Uni Soviet menganut ideologi
komunis yang anti kapitalis. Pada Perang Dunia II masalah perbedaan ideologi
belum terwujud dalam persaingan antar dua negara. Kedua negara bekerjasama
untuk mengalahkan musuh bersama yakni Jerman dan sekutunya, setelah kalahnya
blok Axis hubungan antar kedua negara
berubah dari kawan menjadi lawan.
Pertentangan ideologi berimplikasi terhadap
perubahan tatanan dunia serta penanaman konflik baru pasca Perang Dunia II
antar dua kekuatan besar dunia. Uni Soviet berkomitmen membentuk tatanan dunia
baru dengan komunisme sebagai ideologi. Komitmen Uni Soviet itu mendapat
tantangan dari Amerika Serikat yang anti komunis karena komunisme adalah
ideologi yang bertentangan dengan kapitalisme Amerika Serikat yang
kapitalistik. Pertentangan antar kedua negara diikuti dengan kompetisi di
bidang militer, ekonomi, dan penguasaan daerah strategis yang disebut sebagai
Perang Dingin (coldwar).
Kekuatan
militer antar kedua negara sangat penting pengaruhnya dalam persaingan
perebutan dominasi. Persaingan di bidang militer termanipestasi dalam
persaingan manajemen konflik lokal dan perlombaan senjata nuklir. Manajemen
konflik lokal berhubungan dengan
geopolitik serta geostrategik dalam memperebutkan pengaruh maupun untuk
strategi militer kedua negara. Selain bersaing dalam manajemen konflik lokal,
kedua negara juga bersaing dalam hal inovasi senjata. Persaingan yang penting
disorot adalah persaingan dalam persenjataan nuklir, nuklir merupakan senjata
yang tidak hanya mengancam dua negara yang terlibat konflik tetapi juga berefek
terhadap kelangsungan dunia. Perkembangan nuklir kedua negara meresahkan kedua
negara itu sendiri, kedua negara sepakat membuat perjanjian tentang pembatasan jumlah
nuklir yang disebut dengan perjanjian SALT (Strategic
Arms Limitation Talk) yang diselenggarakan dua kali yaitu SALT I dan SALT
II.
Persaingan Amerika-Soviet tidak hanya
terimplementasi dalam bentuk unjuk kekuatan militer, tetapi juga dalam
persaingan ekonomi. Persaingan ekonomi teraplikasi dalam perebutan daerah kaya
sumber daya serta upaya kedua negara membentuk jaringan ekonomi eksklusif.
Amerika Serikat berusaha menanamkan pengaruhnya di Timur Tengah untuk menjaga
kepentingannya terhadap minyak bumi serta berupaya untuk membekukan ekonomi Uni
Soviet yang juga mempunyai ladang minyak dengan menjatuhkan harga minyak.
Selain mengadakan monopoli terhadap minyak, strategi ekonomi Amerika terhadap
Soviet juga dilakukan dengan cara menstop perdagangannya dengan negara-negara
satelit Soviet. Amerika melakukan diskriminasi ekonomi terhadap negara-negara
satelit Soviet.
Geostrategi dan geopolitik kedua negara mulai
agresif ketika kedua negara menancapkan pengaruh di daerah strategis yang
mengancam terhadap terirorial kedua negara. Uni Soviet berhasil menanamkan
pengaruh serius di Kuba dengan membentuk rezim komunis serta menempatkan
beberapa senjata nuklirnya di Kuba. Selain di Kuba, persaingan antar kedua
negara juga terjadi di Afganistan dengan menunggangi konflik antara penguasa
setempat dengan mujahidin islam.
Perang Dingin menciptakan persaingan dalam berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap dunia. Kedua kubu adalah kekuatan besar dunia
yang aktivitas politiknya sangat mempengaruhi situasi percaturan politik dan
ketertiban dunia melalui kekuatan militer, ekonomi, dan manajemen konflik.
Perang Dingin menjadikan Amerika Serikat sebagai negara super power bersama Uni
Soviet. Penanaman pengaruh di Eropa berkontribusi besar terhadap kuatnya
Amerika Serikat menghadapi komunisme Uni Soviet. Perang Dingin membangun
Amerika menjadi negara yang maju dalam bidang politik, ekonomi, serta militer.
REFERENSI
Jones, Walter S. (1993). Logika Hubungan Internasional. Jakarta:
Gramedia.
Supriana, N. Bangsa Amerika. Tersedia:
Wikipedia. (2012). Perang
Dingin. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dingin
[23 November 2012]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar