Ferry
Noviana S 0705458
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T
atas kehendak dan karunia-Nya lah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Serta tak lupa penulis sampaikan salawat serta salam kepada nabi
besar kita Nabi Muhamad S.A.W, sahabatnya, dan sampai kepada kita semua.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Sosiologi Antropologi Pembangunan dengan judul “Pembangunan Ekonomi Jepang
pada masa Restorasi Meiji”. Dalam penyelesaian
makalah ini, penulis banyak mengalami
kesulitan terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan dan buku sumber.
Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari sebagai seorang mahasiswa yang
pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalm penulisan
makalah, bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif dari para
pembaca yang dapat membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya menjadi
lebih baik dan bermanfaat dimasa yang akan datang.
Harapan penulis, mudah-mudahan makalah yang sederhana
ini bermanfaat bagi kita semua.. Amin Ya Rabal’alamin.
Bandung, Januari 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................. 2
1.4 Metode & Teknik Penulisan............................................ 2
1.5 Sistematika Penulisan...................................................... 3
BAB II LANDASAN
TEORI
2.1 Teori Modernisasi............................................................ 4
BAB III PEMBANGUNAN EKONOMI JEPANG PADA
MASA RESTORASI MEIJI .............................................. 6
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 11
LAMPIRAN............................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Sepanjang sejarah, kekaisaran Jepang beberapa
kali mengalami masa pasang surut. Dua periode penting tersebut adalah masa
Kaisar Meiji (1868-1912) dan Kaisar Hirohito (1926-1989). Pada zaman Meiji,
Jepang melakukan reformasi yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.
Restorasi Meiji dikenal juga dengan sebutan Meiji Ishin, Revolusi,
atau Pembaruan, adalah rangkaian
kejadian yang menyebabkan perubahan pada struktur politik dan sosial Jepang.
Restorasi Meiji terjadi pada tahun 1866 sampai 1869, tiga tahun yang mencakup
akhir zaman Edo dan awal zaman Meiji. Sebelum 1853 Jepang betul–betul merupakan
negara yang sangat tertutup dan diperintah dengan cara yang sangat feodalistik.
Dorongan modernisasi Jepang berawal dari hadirnya angkatan laut Amerika dibawah
pimpinan Laksamana Perry. Beliau minta pintu gerbang Jepang dibuka dan minta
berunding dengan tujuan agar Jepang membuka diri terhadap pihak asing,
berdagang dan membolehkan kapal asing merapat di pelabuhan Jepang.
Mulai saat itulah bangsa Jepang terbuka matanya bahwa ada
kekuatan-kekuatan besar diluar mereka. Semangat Bushido para samurai dengan
pedang-pedangnya ditantang untuk mampu melawan kekuatan Amerika, orang kulit
putih, orang Barat (sekalipun orang Amerika itu datangnya dari Timur).
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah utama dalam makalah
penulis, yaitu “Bagaiamana Pembangunan
Ekonomi Jepang Pada Masa Restorasi Meiji ?”. Untuk mengarahkan
penulisan dan menghindari meluasnya permasalahan yang hendak di kaji, maka
penulis membatasi masalah dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut
1.
Bagaimana latar belakang
terjadinya restorasi Meiji?
2.
Bagaimana pengaruh Restorasi
Meiji terhadap perekonomian masyarakat Jepang?
3.
Bagaimana dampak social yang
ditimbulkan dari restorasi Meiji terhadap masyarakat Jepang?
1.3
Tujuan
Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui dan memahami:
1.
Untuk mengetahui secara jelas latar belakang kebangkitan perekonomian
masyarakat Jepang pada zaman Meiji.
2.
Untuk mengkaji pengaruh
restorasi Meiji terhadap perekonomian Masyarakat Jepang.
3.
Untuk mengkaji dampak social
yang ditimbulkan dari restorasi Meiji.
1.4
Metode
& Teknik Penulisan
Metode
adalah alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan. Dalam penulisan makalah
ini penulis menggunakan metode deskriptif, berupa penelitian dengan membuat
deskripsi mengenai suatu bentuk keadaan atau kejadian. Adapun teknik yang digunakan dalam penulisan makalah ini
adalah teknik studi kepustakaan, yaitu mencari sumber-sumber dari buku-buku
yang relevan dengan topik yang dibahas. Selain itu, digunakan juga sumber
internet sebagai referensi penunjang yang melengkapi sumber-sumber kepustakaan.
1.5
Sistematika
Penulisan
Pada makalah ini
penulis akan menjelaskan hasil studi literatur yang penulis temukan. Adapun
sistematika dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.
Bab I Pendahuluan:
Bab ini berisi tentang
uraian latar belakang masalah, perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan.
b.
Bab
II Landasan Teori
Pada
bab kedua penulis akan membahas landasan teori yang relevan dengan pembahasan
inti, yaitu tentang Teori
Mordenisasi.
c. Bab III Pembangunan
Ekonomi Jepang pada masa Restorasi Meiji
Dalam bab ketiga ini, penulis akan memaparkan dan menjelaskan tentang data
yang penulis peroleh baik dari buku-buku sumber, internet dan sumber lainnya
yang mendukung judul dari makalah ini, yaitu Pembangunan Ekonomi Jepang pada masa Restorasi Meiji.
d. Bab IV Penutup
Pada
bab keempat ini merupakan bagian akhir dari makalah ini dan merupakan
kesimpulan dari isi materi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori
Modernisasi
Modernisasi
diartikan sebagai proses transformasi. Dalam rangka mencapai status modern,
struktur dan nilai-nilai tradisional secara total diganti dengan seperangkat
struktur dan nilai-nilai modern. Modernisasi merupakan proses sistematik.
Modernisasi melibatkan perubahan pada hampir segala aspek tingkah laku sosial,
termasuk di dalamnya industrialisasi, diferensiasi, sekularisasi, sentralisasi
dsb. Ciri-ciri
pokok teori modernisasi :
1.
Modernisasi merupakan
proses bertahap.
2.
Modernisasi juga dapat
dikatakan sebagai proses homogenisasi.
3.
Modernisasi terkadang
mewujud dalam bentuk lahirnya, sebagai proses Eropanisasi dan Amerikanisasi,
atau modernisasi sama dengan Barat.
4.
Modernisasi juga
dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.
5.
Modernisasi merupakan
perubahan progresif
6.
Modernisasi memerlukan
waktu panjang. Modernisasi dilihat sebagai proses evolusioner, dan bukan
perubahan revolusioner.
Implikasi
kebijaksanaan pembangunan yang perlu diikuti Dunia Ketiga dalam usaha
memodernisasikan dirinya :
1.
Negara Dunia Ketiga
perlu melihat dan menjadikan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat
sebagai model dan panutan.
2.
Teori modernisasi
menyarankan agar Dunia Ketiga melakukan pembangunan ekonomi, meninggalkan dan
mengganti nilai-nilai tradisional, dan melembagakan demokrasi politik.
3.
Teori modernisasi mampu
memberikan legitimasi tentang perlunya bantuan asing, khususnya dari Amerika
Serikat. Dunia Ketiga membutuhkan investasi produktif dan pengenalan
nilai-nilai modern, maka AS dan negara maju lainnya dapat membantu dengan
mengirimkan tenaga ahli, mendorong para pengusaha untuk melakukan investasi di
luar negeri, dan memberikan bantuan untuk negara Dunia Ketiga.
Ada beberapa
varian teori Modernisasi, diantaranya teori Harrod-Domar, teori McClelland,
teori Weber, teori Rostow, teori Inkeles. Permasalahan IMF dalam paper ini
lebih mengarah pada teori Rostow. Rostow menyebutkan jika satu negara hendak
mencapai pertumbuhan ekonomi yang otonom dan berkelanjutan, maka negara
tersebut harus memiliki struktur ekonomi tertentu. Umumnya permasalahan yang
dimiliki negara Dunia Ketiga dalam mencapai tingkat investasi produktif yang tinggi,
adalah keterbatasan sumber daya modal. Rostow memberi jawaban atas permasalahan
yang dihadapi Dunia Ketiga mengenai kecilnya dana investasi produktif, yaitu
pada kemungkinan penyediaan bantuan asing, yang berupa bantuan modal,
teknologi, dan keahlian, bagi negara Dunia Ketiga.
BAB III
PEMBANGUNAN EKONOMI JEPANG PADA MASA RESTORASI MEIJI
Pembangunan
ekonomi negara Jepang dimulai sejak tahun 1868 saat lahir sebuah polotik
penting yang dikenal sebagai pembaharuan “Meiji”. Tapi bukan berarti bahwa Jepang
sebelum tahun itu disebut Negara primitive, akan tetapi dalam produksi mesin
dan pembaharuan terjadi setelah pembaharuan Meiji. Perekonomian
utama pemerintahan Meiji dalam periode ini ialah terciptanya prasarana Negara
ini, dengan membangun jalan
kereta api antara Tokyo dan Yokuhama sampai Kobe terselesaikan. Tidak hanya itu
pemerintah juga memodernisasi jaringan komunikasi lewat jasa pos dan telegraf.
Dalam periode
zaman Tokugawa Jepang merupakan masyarakat yang cukup terpelajar dari budaya
dan sastra dengan buku yang berlimpah-limpah, dan salah satunya adalah ajaran
dari Kong Hu Cu yang hanya satu-satunya pengajaran yang meluas dalam periode
Tokugawa. Dan Jitsugaku (pelajaran praktis) sedamgkan perekonomian zaman
tokugawa adalah feodal dan mempunyai kemiripan dengan perekonomian pertenggahan
Eropa. Sehingga mengambil keputusan pada dasarnya perekonomian subsistem dan
bahwa setiap perdangangan sebagian besar dengan sistem barter dan jarang
terdapat pengunaan uang. Tapi perekonomian Tokugawa menunjukkan uang dan
kredit. Bentuk
uang biasanya uang logam sedangkan kredit yang sering digunakan oleh
pedagang-pedagang Osaka. Pusat transaksi kredit adalah Ryogaeya, akan tetapi
fungsi Ryogaeya tidak hanya melakukan pertukaran uang. Mereka mempunyai fungsi,
misalnya: menerima deposito, meminjamkan uang dan mengeluarkan surat perintah
pembayaran khususnya di Osaka sering menciptakan uang. Pada filosofi ekonomi
pada birokrasi Tokugawa menitik beratkan pertanian sebagai sumber utama
kekayaan sedangkan perdagangan dianggap tidak produktif dan perdangangan
mendapat posisi terendah dalam masa Tokugawa. Pada periode Tokugawa di Jepang
dikenalkan ekonomi uang yang dipengaruhi oleh dua faktor khusus: semua samurai
di wajibkan tinggal di istana, markas besar pemerintah pindah dari pertanian,
mereka menjadi rentenir dan sumbangan penting lainnya untuk perdagangan adalah Sankin kotai (sistem jaminan) sering
dianggap perdagangan Tokugawa.
Sedangkan Jepang
berkembang karena feodalisme mendahului periode modern, karena feodalisme
melindungi perdagangan karena bangsa yang kuat militernya merupakan kebijakan
yang sama pentingnya dengan pembangunan ekonomi. Dan pembakuan-pembakuan
politik menghapus kekuasaan Daimyo
(penguasaan militer) dan membangun suatu negara yang mempunyai pemerintahan
pusat. Hal ini dicapai melalui Hanseki
hokan (dipulihkannya pendaftaran tanah) dan Haihan Chiken (dihapuskannya wilayah-wilayah pembayar upeti).
Tujuan utama pemerintah baru adalah untuk menciptakan suatu angkutan darat moderndan
dipersenjatai modern.
Menurut Learner
(Bintoro, 1987:2.2) modernisasi adalah suatu proses yang sisteimatis yang
menyangkut perubahan kependudukan, ekonomi, politik, komunikasi dan sektor
kebudayaan dalam suatu masyarakat. Untuk menjadi modern, anggota masyarakat
harus memiliki mobilitas baik dalam arti fisik maupun psikis. Mobilitas fisik
berarti kebergerakan anggota masyarakat termasuk perpindahan dari desa ke kota.
Hubungan dengan
barat tidak hanya menberikan pimpinan jepang suatu model dari modernisasi
sehingga cukup masuk akal untuk beranggapan bahwa jika tidak mengambil
langkah-langkah pencegahan maka Jepang akan menjadi koloni. Ancaman barat
menciptakan kesadaran dan keharusan untuk bertindak menciptakan
pembaharuan-pembaharuan yang dinamakan ”Revolusioner” dalam arti menghancurkan
sistem feodal dan membuka jalan bagi sistem ekonomi dan politik baru.
Pembaharuan Meiji
tidak lengkap sebagai revolusi terutama kerena bukan revolusi dari kaum yang
diperintah, tetapi revolusi dalam samurai dan dapat dikatakan sebagai perebutan
kekuasaan dalam kelas memerintah. Sehingga upaya-upaya yang mereka lakukan
mencerminkan campuran yang aneh-aneh dari strategi modernisasi dan pelestarian.
Kemajuan ekonomi sustu negara sangat dipengaruhi oleh sikap rakyat-rakyatnya
terhadap kerja dan konsumsi, karena jika suatu negara dapat maju dengan cepat,
harus mempunyai banyak orang yang hemat dan mau bekerja keras. Dalam suatu
perekonomian kapitalis, produkivitas perusahaan merupakan penentu utama bagi
produktivitas nasional dan penentu lainnya adalah manajemen. Sedangkan untuk
mencapai produktivitas tinggi secara keseluruhan, unit-unit ekonomi swasta
memerlukan lingkungan yang baik.
Pembangunan ekonomi Jepang dalam banyak hal merupakan prestasi mengesankan. Suatu negeri feodal agraris yang tidak punya berbagai sumber daya diubah menjadi negara industri yang makmur dalam jangka waktu pendek, karena kemajuan ekonomi Jepang juga merupakan asal mula kerusakan lingkungan (pencemaran dan kebisingan). Masalah-masalah pembangunan ekonomi Jepang mestinya dapat dihindari seandainya digunakan suatu sistem ekonomi sosialis dan ada alasan kuat untuk percaya bahwa tingkat pertumbuhan sangat lambat. Bagi kebanyakan ekonomi praktis, masalah kebahagian itu terlalu kabur. Karena itu masalah ini sangat penting sebagai falsafah Jepang, tetapi tidak bagi pemimpin zaman Meiji.
Pembangunan ekonomi Jepang dalam banyak hal merupakan prestasi mengesankan. Suatu negeri feodal agraris yang tidak punya berbagai sumber daya diubah menjadi negara industri yang makmur dalam jangka waktu pendek, karena kemajuan ekonomi Jepang juga merupakan asal mula kerusakan lingkungan (pencemaran dan kebisingan). Masalah-masalah pembangunan ekonomi Jepang mestinya dapat dihindari seandainya digunakan suatu sistem ekonomi sosialis dan ada alasan kuat untuk percaya bahwa tingkat pertumbuhan sangat lambat. Bagi kebanyakan ekonomi praktis, masalah kebahagian itu terlalu kabur. Karena itu masalah ini sangat penting sebagai falsafah Jepang, tetapi tidak bagi pemimpin zaman Meiji.
Namun dapat
diajukan argumentasi bahwa Jepang tidak punya pilihan lain pada masa itu,
ketika negara-negara barat mengancam kemerdekaan bangsa-bangsa asia dengan
kekuatan militernya yang unggul. Meskipun begitu ada jalur-jalur tindakan lain
yang terbuka bagi para pemimpin zaman Meiji membangun kekuatan militer untuk
tujuan pertahanan dan tidak mengunakannya untuk agresi. Karena akan mengundang
kesulitan di masa depan pada waktu zaman Meiji kepada negara-negara tetangga.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa politik damai tidak akan membawa kearah kehancuran
nasional seperti yang mereka yakini.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Restorasi
Meiji merupakan usaha besar-besaran kaisar Meiji untuk menciptakan Jepang baru,
yaitu transformasi dari negara yang terisolasi dan miskin menjadi negara yang
modern. Restorasi Meiji membawa perubahan besar dalam kehidupan bangsa Jepang,
terutama pendidikan. Sebelum Restorasi Meiji, Jepang melaksanakan pendidikannya
berdasarkan sistem masyarakat feodal, yaitu pendidikan untuk samurai, petani,
tukang, pedagang, serta rakyat jelata. Kegiatan ini dilaksanakan di kuil dengan
bimbingan para pendeta Budha yang terkenal dengan sebutan Terakoya (sekolah
kuil).
Dalam
kurun waktu bergulirnya Restorasi Meiji (Meiji Ishin) tahun 1868 dan dekade
sesudahnya, bangsa Jepang telah membuktikan diri kepada dunia sebagai bangsa
yang memiliki kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi maju yang dapat
disejajarkan dengan Amerika dan negara maju lainnya. Hal yang terpenting dari
restorasi ini adalah restorasi dibidang pendidikan, yaitu mengubah sistem
pendidikan dari tradisional menjadi modern (saat itu dimulai dengan mengadopsi
sistem Jerman), program wajib belajar, mengirim mahasiswa Jepang untuk belajar
ke luar negeri (ke Francis dan Jerman), dan meningkatkan anggaran sektor
pendidikan secara drastis.
DAFTAR PUSTAKA
A.
Sumber Buku
Kunio,
Yoshihara.
(1985). Pembangunan
Ekonomi Jepang. Jakarta : Universitas Indonesia.
Lauer,
Robert H.
(1993). Persepektif Tentang Perubahan Sosial.
Jakarta : Rineka Cipta.
Suwarsono,
dan So, Alvin Y. (1994). Perubahan sosial dan pembangunan,
teori-teori modernisasi, dependensi, dan sistem dunia. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia.
Tjokrohamidjojo,
Bintoro. 1987. Administrasi Pembangunan, Jakarta :
Karunika.
B.
Sumber Internet
----------. (2010). Restorasi
Meiji. [Online]. Tersedia : http://id.wikipedia.org/ wiki/ Restorasi_Meiji.
[8 November 2010]
Pembangunan
Ekonomi Jepang pada masa Restorasi Meiji
Pembangunan ekonomi negara Jepang dimulai
sejak tahun 1868 saat lahir sebuah polotik penting yang dikenal sebagai
pembaharuan “Meiji”. Tapi bukan berarti bahwa Jepang sebelum tahun itu disebut
Negara primitive, akan tetapi dalam produksi mesin dan pembaharuan terjadi
setelah pembaharuan Meiji. Perekonomian utama pemerintahan Meiji dalam
periode ini ialah terciptanya prasarana Negara ini, dengan membangun jalan
kereta api antara Tokyo dan Yokuhama sampai Kobe terselesaikan. Tidak hanya itu
pemerintah juga memodernisasi jaringan komunikasi lewat jasa pos dan telegraf.
Dalam periode zaman Tokugawa Jepang
merupakan masyarakat yang cukup terpelajar dari budaya dan sastra dengan buku
yang berlimpah-limpah, dan salah satunya adalah ajaran dari Kong Hu Cu yang
hanya satu-satunya pengajaran yang meluas dalam periode Tokugawa. Dan Jitsugaku
(pelajaran praktis) sedangkan perekonomian zaman tokugawa adalah feodal dan
mempunyai kemiripan dengan perekonomian pertenggahan Eropa. Sehingga mengambil
keputusan pada dasarnya perekonomian subsistem dan bahwa setiap perdangangan
sebagian besar dengan sistem barter dan jarang terdapat pengunaan uang. Tapi
perekonomian Tokugawa menunjukkan uang dan kredit. Bentuk uang biasanya uang
logam sedangkan kredit yang sering digunakan oleh pedagang-pedagang Osaka.
Pusat transaksi kredit adalah Ryogaeya, akan tetapi fungsi Ryogaeya tidak hanya
melakukan pertukaran uang. Mereka mempunyai fungsi, misalnya: menerima
deposito, meminjamkan uang dan mengeluarkan surat perintah pembayaran khususnya
di Osaka sering menciptakan uang. Pada filosofi ekonomi pada birokrasi Tokugawa
menitik beratkan pertanian sebagai sumber utama kekayaan sedangkan perdagangan
dianggap tidak produktif dan perdangangan mendapat posisi terendah dalam masa
Tokugawa. Pada periode Tokugawa di Jepang dikenalkan ekonomi uang yang
dipengaruhi oleh dua faktor khusus: semua samurai di wajibkan tinggal di
istana, markas besar pemerintah pindah dari pertanian, mereka menjadi rentenir
dan sumbangan penting lainnya untuk perdagangan adalah SANKIN KOTAI (sistem
jaminan) sering dianggap perdagangan Tokugawa. Sedangkan Jepang berkembang
karena feodalisme mendahului periode modern, karena feodalisme melindungi
perdagangan karena bangsa yang kuat militernya merupakan kebijakan yang sama
pentingnya dengan pembangunan ekonomi. Dan pembakuan-pembakuan politik
menghapus kekuasaan DAIMYO (penguasaan militer) dan membangun suatu negara yang
mempunyai pemerintahan pusat. Hal ini dicapai melalui HANSEKI HOKAN
(dipulihkannya pendaftaran tanag) dan HAIHAN CHIKEN (dihapuskannya
wilayah-wilayah pembayar upeti). Tujuan utama pemerintah baru adalah untuk
menciptakan suatu angkutan darat moderndan dipersenjatai modern.
Menurut Learner (Bintoro, 1987:2.2)
modernisasi adalah suatu proses yang sisteimatis yang menyangkut perubahan
kependudukan, ekonomi, politik, komunikasi dan sektor kebudayaan dalam suatu
masyarakat. Untuk menjadi modern, anggota masyarakat harus memiliki mobilitas
baik dalam arti fisik maupun psikis. Mobilitas fisik berarti kebergerakan anggota
masyarakat termasuk perpindahan dari desa ke kota. Teori modernsasi Baru
sengaja menghindar untuk memperlakukan nilai-nilai tradisional dan modern
sebagai dua pengkat sistem nilai yang secara total bertolak belakang. Kedua
perangkat sistem nilai tersebut bukan saja dapat saling mewujud saling
berdampingan, tetapi bahkan dapat saling mempengaruhi dan bercampur satu sama
lain. Disamping itu, tidak lagi melihat bahwa nilai tradisional merupakan
faktor penghambat pembangunan, bahkan sebaliknya, kajian baru ini secara
sungguh-sungguh hendak berusaha menunjukkan sumbangan positif yang dapat
diberikan oleh sistem nilai tradisional.
Hubungan dengan barat tidak hanya menberikan
pimpinan jepang suatu model dari modernisasi sehingga cukup masuk akal untuk
beranggapan bahwa jika tidak mengambil langkah-langkah pencegahan maka Jepang
akan menjadi koloni. Ancaman barat menciptakan kesadaran dan keharusan untuk
bertindak menciptakan pembaharuan-pembaharuan yang dinamakan ”Revolusioner”
dalam arti menghancurkan sistem feodal dan membuka jalan bagi sistem ekonomi
dan politik baru. Pembaharuan Meiji tidak lengkap sebagai revolusi terutama
kerena bukan revolusi dari kaum yang diperintah, tetapi revolusi dalam samurai
dan dapat dikatakan sebagai perebutan kekuasaan dalam kelas memerintah.
Sehingga upaya-upaya yang mereka lakukan mencerminkan campuran yang aneh-aneh
dari strategi modernisasi dan pelestarian. Kemajuan ekonomi sustu negara sangat
dipengaruhi oleh sikap rakyat-rakyatnya terhadap kerja dan konsumsi, karena
jika suatu negara dapat maju dengan cepat, harus mempunyai banyak orang yang
hemat dan mau bekerja keras. Dalam suatu perekonomian kapitalis, produkivitas
perusahaan merupakan penentu utama bagi produktivitas nasional dan penentu
lainnya adalah manajemen. Suatu negeri feodal agraris yang tidak punya berbagai
sumber daya diubah menjadi negara industri yang makmur dalam jangka waktu
pendek, karena kemajuan ekonomi Jepang juga merupakan asal mula kerusakan
lingkungan (pencemaran dan kebisingan). Masalah-masalah pembangunan ekonomi
Jepang mestinya dapat dihindari seandainya digunakan suatu sistem ekonomi
sosialis dan ada alasan kuat untuk percaya bahwa tingkat pertumbuhan sangat
lambat. Bagi kebanyakan ekonomi praktis, masalah kebahagian itu terlalu kabur.
Karena itu masalah ini sangat penting sebagai falsafah Jepang, tetapi tidak
bagi pemimpin zaman Meiji.
Namun dapat diajukan argumentasi bahwa
Jepang tidak punya pilihan lain pada masa itu, ketika negara-negara barat
mengancam kemerdekaan bangsa-bangsa asia dengan kekuatan militernya yang
unggul. Meskipun begitu ada jalur-jalur tindakan lain yang terbuka bagi para
pemimpin zaman Meiji membangun kekuatan militer untuk tujuan pertahanan dan
tidak mengunakannya untuk agresi. Karena akan mengundang kesulitan di masa
depan pada waktu zaman Meiji kepada negara-negara tetangga. Jadi dapat diambil
kesimpulan bahwa politik damai tidak akan membawa kearah kehancuran nasional
seperti yang mereka yakini.
REFERENSI :
Kunio,
Yoshihara. (1985). Pembagunan Ekonomi Jepang. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Lauer,
Robert H. (1993). Persepektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta
: Rineka Cipta.
Suwarsono,
dan So, Alvin Y. (1994). Perubahan sosial dan pembangunan, teori-teori
modernisasi, dependensi, dan sistem dunia. Jakarta : Pustaka LP3ES
Indonesia.
Tjokrohamidjojo,
Bintoro. 1987. Administrasi Pembangunan, Jakarta : Karunika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar