Jumat, 13 Januari 2012

RESTORASI MEIJI DALAM PEMBANGUNAN DI JEPANG

PENYAJI
RESTORASI MEIJI DALAM PEMBANGUNAN DI JEPANG
Evi Lestari (0901288)
A.           Restorasi Meiji
Restorasi Meiji merupakan peristiwa yang menandai runtuhnya sistem feodal pemerintahan Tokugawa dan menempatkan kembali Tenno (Kaisar) sebagai penguasa tertinggi pemerintahan. Jepang yang sebelumnya menerapkan politik Pintu Tertutup yang disebut dengan Sakoku, mulai memberlakukan politik Pintu Terbuka yang disebut dengan Kaikoku. Dengan demikian dimulailah modernisasi Jepang secara besar-besaran.
Modernisasi dimulai segera setelah negara Jepang terpaksa membuka diri bagi pergaulan internasional, akibat ancaman dan tekanan dari luar, terutama dari Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Perancis dan lain-lain. Perkembangan-perkembangan yang terjadi selama masa Sakoku ternyata tidak dapat mengimbangi perkembangan-perkembangan yang telah dicapai negara-negara Barat. Mereka menyadari bahwa pemerintahan yang dijalankan Shogun Tokugawa sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. 
Jepang sadar, untuk mempertahankan diri dan untuk mengimbangi negara-negara Barat hanya ada satu jalan yaitu dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi mereka. Jepang menganggap bahwa Eropa dan Amerika Serikat dapat menguasai Asia karena mereka lebih unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu Jepang berusaha mengejar ketertinggalan mereka dari negara Eropa dan Amerika Serikat dan alasan lainnya adalah untuk menghindari agresi.
Di bawah slogan Wakon Yosai (Kepribadian Jepang, Teknologi Barat) serta slogan Shokusan Kogyo (Meningkatkan produktivitas dengan menggalakkan industrialisasi) yang dikaitkan dengan slogan Fukoku Kyohei (Negara kaya, militer kuat), Jepang memacu modernisasi dengan kecepatan yang luar biasa. Secara besar-besaran mengimpor dan melaksanakan modernisasi di berbagai bidang kehidupan, seperti ekonomi, kebudayaan, politik, pendidikan, telekomunikasi dan kemiliteran.
 Pembaharuan terjadi secara teratur dalam berbagai bidang. Pemerintah juga menetapkan kebijakan-kebijakan baru untuk membuat Jepang menjadi modern. Diantaranya adalah perombakan politik serta pembebasan Jepang dari tekanan baik dari dalam maupun luar negeri. Untuk melakukan modernisasi, pemerintah memusatkan perhatiannya pertama-tama kepada masalah dalam negeri demi kepentingan memperoleh posisi internasional. Untuk itu diperlukan modernisasi dalam segala bidang dengan mengandalkan sumber daya yang ada.
Dalam hal ini, pemerintah masih menggunakan nilai-nilai nasionalisme yang ada dalam masa Tokugawa, yaitu etika Bushido, untuk menunjukkan loyalitas dan kebiasaan patuh kepada pemimpin dengan kerelaannya untuk mengorbankan diri. Kebiasaan tersebut akhirnya menjelma dalam bentuk cita-cita nasional dengan kesetiaan kepada Tenno dan cinta tanah air. Semangat Bushido yang dijadikan pegangan hidup tersebut telah menjadi semangat bersama yang dijunjung tinggi untuk mendorong tercapainya cita-cita pembentukan masyarakat modern. Pemerintah Jepang melakukan usaha modernisasi secara besar-besaran tetapi proses modernisasi juga mengalami masalah-masalah dalam perjalanan perkembangannya. Antara lain disebabkan karena adanya goncangan budaya yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat Jepang. Hal ini terjadi karena benturan antara kebudayaan Timur dengan kebudayaan Barat yang masuk melalui politik Pintu Terbuka. Benturan-benturan seperti ini dirasakan sangat mengganggu cara hidup mereka yang telah terbiasa dengan sistem lama.
      Selain itu pemekaran Budaya Barat (Bummei Kaika) yang dialami masyarakat Jepang telah menunjukkan suatu gejala yang buruk. Orang Jepang banyak yang meniru segala sesuatu dari Barat hanya untuk gagah-gagahan belaka. Akibatnya para pemimpin Jepang mulai meninjau kembali proses pembaratan ini dan mulai menanamkan kebanggaan terhadap kebudayaan Jepang asli, untuk membentuk dasar bagi jiwa seluruh bangsa Jepang guna menjadi bangsa yang modern.
B.            Landasan Teori
Dalam pembahasan ini ada beberapa teori yang dapat dihubungkan dengan keadaan Jepang pada saat Restorasi Meiji yaitu:
Teori Modernisasi klasik Smelser : Diferensiasi Struktural. Bagi Smelser, modernisasi akan selalu melibatkan diferensiasi struktural, ini terjadi karena, dengan proses modernisasi ketidakteraturan struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus akan dibagi dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus. Bangunan baru ini sebagai satu kesatuan yang terdiri dari berbagai substruktur yang terkait menjalankan keseluruhan fungsi yang dilakukan oleh bangunan struktur lama, sehingga pelaksanaan fungsi akan lebih efisien.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Modernisasi dari W.W Rostow yang menyatakan bahwa, perkembangan ekonomi suatu masyarakat meliputi lima tahap perkembangan, yaitu tahap masyarakat tradisional, tahap prakondisi tinggal landas, tahap tinggal landas, tahap kematangan(maturity), tahap konsumsi masa tinggi atau besar-besaran. ditulis dalam bukunya The Stage of Economic Growth: A Non Communist Manifesto(1960) dan juga dalam The Process of Economic Growth(1953), yang kajianya memakai pendekatan sejarah dalam menjelaskan proses perkembangan ekonomi.
Dan teori yang ketiga dapat kita gunakan dalam membahas masalah ini adalah teori perubahan sosial dan budaya yang dirumuskan oleh Karl Marx yaitu bahwa perubahan sosial dan budaya sebagai produk dari sebuah produksi (materialism).

C.            Penyelesaian
Teori-teori di atas mampu Membantu memberikan analisis mengenai Restorasi Meiji yang telah merubah Jepang. Pembenaran hubungan kekuatan yang bertolak belakang antara masyarakat tradisional dan modern. Jadi negara dunia ketiga perlu melihat Amerika dan Eropa Barat sebagai model. Dunia ketiga perlu melalukan pembangunan ekonomi, meninggalkan dan mengganti nilai-nilai tradisional dan melembagakan demokrasi politik seperti yang telah dijalani oleh Amerika dan Eropa Barat. Memberikan legitimasi perlunya bantuan asing khususnya dari Amerika Serikat.
Modernisasi di Jepang, salah satu usaha dan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah Jepang pada saat Restorasi Meiji sesuai dengan teori perubahan sosial dan budaya yang dirumuskan oleh Karl Marx misalnya dengan mengirimkan pelajar ke luar negeri untuk mempelajari ilmu pengetahuan di negara-negara Barat. Nil Admirari merupakan salah satu falsafah yang mendukung modernisasi di Jepang, yang berarti tidak gampang terkejut dengan segala sesuatu yang baru dan memiliki sikap hidup yang teguh serta tidak terombang-ambing. Sikap lain yang juga mendukung modernisasi adalah sikap yang serius dan fokus terhadap tanggungjawab yang sedang dijalankan. Salah satunya adalah fokus terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajari dari Barat.  Untuk mendukung modernisasi, dituntut memiliki jiwa yang kuat agar dapat menentukan tujuan dan tidak terombang-ambing oleh arus modernisasi yang datang ke Jepang. Untuk mendukung modernisasi, diperlukan rasa nasionalisme yang tinggi, misalnya lebih mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan pribadi. Karena negara Jepang pada saat itu sangat membutuhkan tenaga-tenaga yang potensial yang ikut ambil bagian dalam menjalankan modernisasi.
Untuk menghadapi modernisasi, Jepang harus dapat dilakukan penyaringan akan segala sesuatu yang datang dari luar Jepang. Segala sesuatu yang dianggap baik dan sesuai dengan kepribadian, dapat diterima, namun apabila dianggap kurang baik dan tidak sesuai dengan kepribadian, maka sebaiknya dibuang. Sikap untuk mempertahankan kepribadian yang sudah ada juga sangat perlu dilakukan. Karena kepribadian tersebut merupakan suatu kebanggaan. Apabila ada suatu tradisi atau kebiasaan yang dianggap sudah usang atau tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, maka tidak ada salahnya dipertimbangkan kembali atau dicari jalan terbaik untuk mendapatkan keseimbangannya. Demikian juga dalam modernisasi, harus ada keselarasan antara tradisi atau kebiasaan dengan ide-ide baru yang datang bersamaan dengan modernisasi.

D.           Kesimpulan
Restorasi Meiji yang terjadi di Jepang telah mengubah Jepang menjadi negara modern dan imperialis, di mana pembangunan yang dilakukan pada akhirnya menjerumuskan mereka kedalam Perang dunia II. Jepang yang tadinya merupakan masyarakat yang kolot dan terisolir secara drastis berubah menjadi masyarakat yang modern.
Restorasi Meiji ini tidak akan mampu berjalan jika tidak diimbangi dengan kemampuan dan etos kerja yang baik dari masyarakatnya. Sebuah bangsa tidak akan bisa maju jika tidak ada keinginan dari dalam bangsa itu untuk merubahnya. Satu hal yang mesti kita ingat dari Restorasi Meiji adalah bahwa antara unsure-unsur baru dan unsur-unsur tradisional semuanya berjalan secara bersama-sama. Jadi bisa kita katakan meskipun Jepang mengalami perubahan di berbagai bidang dan sektor. Nilai-nilai tradisi leluhurnya tetap terjaga dengan baik hingga sekarang. Ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa modernisasi bukan berarti merubah pola hidup dan tradisi lama leluhur yang positif dengan budaya barat.

PEMBAHAS

ANALISIS PEMBAHAS
By
Pitria apriyani (0900986)

Saya juga sependapat bahwa Restorasi Meiji tersebut bisa ditinjau dari teori W.W. Rostow yaitu Lima Tahap Pembangunan. Bagi Rostow pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yaitu dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Lima tahap pembangunan menurut Rostow:
o   Masyarakat tradisional: Masyarakat masih dikuasai oleh kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan di luar kekuasaan manusia. Manusia tunduk kepada alam dan belum bisa menguasai alam. Produksi masih sangat terbatas, begitu juga sifat masyarakatnya sangat statis, dalam arti kemajuan berjalan dengan sangat lambat.
o   Prakondisi untuk lepas landas: Masyarakat tradisional, meskipun sangat lambat, terus bergerak.Pada satu titik, dia mencapai prakondisi untuk lepas landas. Biasanya keadaan ini terjadi karena adanya campur tangan dari luar, dari masyarakat yang sudah lebih maju. Segala usaha untuk meningkatkan produksi mulai bergerak dalam periode ini.
o   Lepas landas: Periode ini ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
o   Bergerak kekedewasaan: Setelah lepas landas akan terjadi proses kemajuan yang terus bergerak ke depan, meskipun terkadang terjadi pasang surut. Industri berkembang sangat pesat. Negara memantapkan posisinya dalam perekonomian global: barang yang dulunya diimpor sudah mulai diproduksi sendiri.
o   Jaman konsumsi massal yang tinggi: Karena kenaikan pendapatan masyarakat, konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi meningkat ke kebutuhan lain yang lebih tinggi. Pada titik ini, pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus menerus. Ditinjau dari teori Rostow tersebut Jepang pada mulanya sebagai negara terbelakang jauh tertinggal dari negara-negara Barat. Pemerintahan militer Tokugawa untuk mempertahankan politiknya, melakukan politik isolasi dari luar, menghadang pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Menyebabkan ilmu pengetahuan dan teknologi tertinggal jauh, bahkan diberlakukannya kelas-kelas sosial menyebabkan proses modernisasi dan mobilitas sosial mengalami kemandekan. Datangnya negara-negara Barat ke Jepang, membuat Jepang bercermin bahwa kehidupan mereka masih terlampau tradisional. Kuatnya anti asing dan loyalis terhadap kaisar menyebabkan adanya perebutan kekuasaan, sehingga pemerintaha Tokugawa berakhir tahun 1868. Maka diangkatlah Meiji sebagai Kaisar yang masih berusia 15 tahun. Perjalanan panjang untuk membangun Jepang dengan semboyan “Fukoku kyohei’ negara kaya dan militer yang kuat. Kebijakan-kebijakan yang mendasar lalu dirubah baik dalam bidang politik, sosial ,budaya, ekonomi, pendidikan. Hasilnya adalah seperti yang kita lihat hari ini. Jepang bisa memproduksi sendiri barang-barang yang tadinya banyak di buat oleh Negara Barat seperti Mobil, Motor, elektronik dan lain sebagainya. Akan kah bangsa Indonesia bisa melakukannya, perlu banyak pembenahan dari berbagai elemen guna mencapai harapan tersebut.
Saya juga menambahkan bahwa Restorasi Meiji bisa juga ditinjau dari Teori Need For Acheavement Mc. Clelland menyampaikan tentang motivasi berprestasi atau juga sering disebut sebagai kebutuhan berprestasi yaitu keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi melalui cara kerja yang baik yaitu dengan selalu berpikir dan berusaha untuk menemukan cara-cara baru untuk memperbaiki kualitas yang dicapainya. Penelitan yang dibuat oleh Mc. Clalland menemukan bahwa suatu Negara yang memiliki kebutuhan berprestasi yang lebih tinggi maka akam mempunyai kesempatan untuk lebih mencapai kemajuan. Hal tersebut diketahui pula dari penelitian yang dilakukan di antar negara dimana negara yang memiliki derajat yang lebih tinggi kebutuhan berprestasinya, maka memiliki derajat yang lebih tinggi pada pembangunan ekonominya. Dilihat dari orang-orang yang berada di Jepang yang begitu tertinggal oleh penduduk Negara Barat maka Jepang mempunyai motivasi untuk maju dan bisa mengalahkan kemajuan yang terjadi di Negara Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar