Fiqih Fauziah A. (0800966)
Andi Ahmad S. (0800971)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Kampung
adat Cireundeu merupakan kampung adat yang berada di dalam Kota Cimahi.
Walaupun berada dalam kota, kampung ini memiliki tradisi dan adat yang masih
dipegang teguh dari leluhur mereka. Perilaku masyarakatnya juga masih
mencirikan adat dan tradisi masyarakat kampung yang lainnya, seperti gotong
royong, saling membantu, dan dalam mata pencahariannya pun bersama-sama, saling
membantu satu sama lain. Masyarakat cireundeu memegang teguh prinsip “Teu boga sawah asal boga pare, teu boga pare
asal boga beas, teu boga beas asal nyangu, teu nyangu asal dahar, teu dahar
asal kuat”.
Prinsip
itulah yang mencirikan masyarakat adat kampung Cireundeu. Disisi kepercayaan,
masyarakat di cireundeu memegang kepercayaan ateisme, mereka masih memegang
kepercayaan dari leluhur mereka. Mereka menyebutnya ‘kuring’, karena merasa
setiap ajaran yang mereka anut ini sebenarnya sama saja dengan agama lainnya
seperti agama islam. Hal itu bisa dilihat dari pemahaman simbol warna dimulai
kuning, putih, merah hitam, yang dimana dalam setiap warna itu bisa berhubungan
dengan ciri dari sejarah manusia itu sendiri. Warna merah mewakili amarah,
kuning mewakili angin, hitam mewakili tanah, dan putih mewakili air. Masyarakat
adat ini menganggap bahwa manusia itu terwujud dari keempat unsur itu. Pada
intinya mereka juga menganggap bahwa Tuhan mereka itu juga adalah Allah akan
tetapi berbeda dalam hal peribadatannya.
Untuk
kepercayaan, ternyata di kampung adat Cireundeu ini ada beberapa masalah yang
bisa kami angkat atau tema-tema yang menarik yang berkaitan dengan kearifan
budaya lokal masyarakat Cireundeu. Sehingga kelompok kami di sini mencoba untuk mengangkat nilai-nilai
budaya yang mengalami perkembangan ataupun penurunan nilai-nilai budayanya itu
sendiri. Adapun rincian dari perkembangan kampung ini bisa diklasifikasikan ke
dalam beberapa unsur, yang dimana unsur-unsur tersebut dimulai dari
keseniannya, mata pencaharian, sistem teknologi, bahasa, dll. Kemudian kami
dapat melihat juga hasil budaya masyarakat setempat yang berkaitan dengan
bentuk rumah masyarakat yang mengalami pergeseran nilai oleh perkembangan
zaman.
1.2
Rumusan
dan Batasan Masalah
Dalam makalah ini, kelompok kami mencoba
mengangkat sebuah permasalahan utama dimana hal itu yaitu ” PEMBANGUNAN DI KAMPUNG ADAT CIREUNDEU” dan untuk menjawab rumusan masalah diatas tersebut,penulis membatasinya
dalam beberapa pertanyaan yang saya buat dan hal itu ialah:
1. Bagaimana proses pembangunan di
kampong Cireundeu?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang
jadi pendukung dan penghambat pembangunan kampung Cireundeu?
3. Keunikan yang apa sajakah yang
terdapat di kampong Cireundeu?
1.3
Tujuan
Penelitian
Dari
hasil rumusan dan batasan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan dari
penelitian ini ialah sebagai berkut:
1. Melihat
proses pembangunan yang telah di bangun oleh kampung Cireundeu.
2. Melihat
faktor-faktor yang jadi pendukung dan penghambat pembangunan kampung Cireundeu.
3. Melihat
keunikan-keunikan yang terdapat di kampung Cireundeu.
1.4
Sistematika
Penulisan
1.5
Untuk menguraikan isi dari makalah ini, kami membuat
sistematika penulisan untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi makalah.
Dimulai dengan kata pengantar dan daftar isi kemudian dilanjutkan dengan Bab 1
Pendahuluan, Bab 2 Pembahasan, Bab 3 Kesimpulan, dan terahir Daftar pustaka.
1.
Dalam Bab 1
Pendahuluan, berisi latar belakang masalah yang menjadi pendorong dibuatnya
makalah ini, rumusan masalah sebagai batasan kajian, tujuan penulisan makalah
yang ingin dicapai dari penulisan, dan
sistematika penulisan.
2. Dalam Bab 2
pembahasan, berisi tentang pembahasan yang
jadi acuan yaitu tentang PEMBANGUNAN DI KAMPUNG ADAT CIREUNDEU.
3.
Dalam Bab 3
Penutup, merupakan bab penutup dalam makalah ini.
Pada bagian ini, tim penulis menyimpulkan uraian sebelumnya dan mengambil makna
dari kajian yang telah tim penulis bahas dalam bab sebelumnya. Dan kelompok kami menggunakan cara/metode observasi dan
wawancara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembangunan
Kampung Adat Cireundeu
Kampung
Cireundeu merupakan salah satu lokasi yang terletak dikelurahan Leuwigajah,
Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi, hal ini berdasarkan Undang-undang No. 1
Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Cimahi. Kampung Cireundeu terletak
diperbatasan kota Cimahi dengan Kabupaten Bandung Barat tepatnya dengan
Kecamatan Batujajar. Jarak dari kampung
Cireundeu ke Kelurahan Leuwigajah -/+ 3 Km dan 4 Km ke kecamatan serta 6 Km ke
kota atau Pemerintah Kota Cimahi, dengan keadaan topografi datar, bergelombang
sampai berbukit.
Kampung Cireundeu mempunyai filosofi
kehidupan yang sangat unik, dimana nuansa hidup yang santun dalam nafas setiap
insan warga kampung. Mencintai
lingkungan, budaya sunda dan kesenian khas masih terjaga dan terpelihara, sebagian masyarakatnya masih mempertahankan
adat leluhurnya, makanan pokoknya nasi yang terbuat dari singkong atau dikenal
dengan nama “ Rasi “atau beras singkong, bahkan diversifikasi
produk makanan yang berbahan dasar
singkong tersedia di kampung ini.
Kampung
Cireundeu adalah model salah satu kampung yang sebagian besar penduduknya sudah
meninggalkan ketergantungannya akan beras sebagai makanan pokok
sehari-hari. Singkong adalah pilihannya
yang telah terbukti menyelamatkan warganya dari krisis pangan yang telah
terjadi. Sampai saat ini belum pernah
terjadi kesulitan dan kekurangan kebutuhan akan makanan pokok. Singkong di kampung Cireundeu dapat dibuat
menjadi berbagai macam makanan, hal ini dapat dijadikan sebagai contoh yang
bisa diimplementasikan di daerah lain sebagai bukti nyata Program Ketahanan
Pangan.
Potensi kegiatan
pengolahan singkong yang dilakukan oleh warga Kampung Cireundeu dapat
memberikan banyak manfaat, salah satunya dapat meningkatkan perekonomian warga
kampung secara signifikan dibandingkan dengan hanya menjual singkong dalam
kondisi bahan mentah. Pola makanan pokok
kampung Cireundeu mudah-mudahan dapat dijadikan contoh dan disosialisasikan ke
khalayak umum di seluruh wilayah Indonesia.
Sehingga harapan dari program ketahanan pangan dapat terwujud, agar kita
dapat terbebas dari krisis pangan yang selalu menghantui masyarakat kecil
khususnya, dengan sendirinya beban pemerintah akan subsidi pemenuhan beras akan
berkurang.
2.2
Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat tetap
bertahannya nilai-nilai kearifan budaya lokal
a) Faktor pendukung
·
Kepala adat dan
penduduk adat yang masih ada.
·
Kondisi lingkungan
yang masih belum terlalu terbawa arus industri.
·
Kondisi tanah yang
lumayan subur dan agraris untuk di Tanami singkong sebagai sumber makan pokok
kampung cireundeu.
·
Peninggalan-peninggalan
leluhur yang masih di jaga dan di rawat dengan baik.
·
Penduduk adat yang
masih teguh memegang aturan adat.
b) Faktor penghambat
• Palsafah hidup yang diwariskan oleh nenek moyang mereka
• Perkembangan zaman atau pengaruh moderenisasi
• Letak wilayah kampung adat ini yang sangat strategis
•Regenerasi yang mengalami perkembangan dan penurunan.
2.3
Beberapa keunikan kampung Cireundeu, diantaranya
sebagai berikut :
1. Karakteristik
Makanan Pokok Kp. Cireundeu
Masyarakat
Kampung Cireundeu pada umumnya telah terbiasa dengan kegiatan budidayaan tanaman singkong, dari
mulai proses pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pembuatan
beraneka ragam jenis makanan yang berbahan dasar singkong, salah satunya adalah
“Rasi” atau beras singkong. Hal ini
telah dilakukan sejak lebih dari 80 tahun, dan merupakan keseharian masyarakat
kampung Cireundeu hingga saat ini. Dalam kehidupan keseharian penduduk kampung
Cireundeu dapat dikatakan sudah mandiri pangan dalam hal makanan pokok, sehingga
tidak terpengaruh oleh gejolak sosial terutama pada harga beras. Taraf ekonomi
masyarakat kampung Cireundeu sudah tidak ada yang kekurangan, dalam hal
mengkonsumsi beras singkong bukan disebabkan oleh kondisi ekonominya tetapi
disebabkan karena tradisi yang dianutnya.
2. Budaya
dalam Bertani
Masyarakat
kampung ini masih mempertahankan budaya lokal bercocok tanam secara
tradisional, baik dalam hal teknik bertanam hingga penggunaan pupuk alami.
Selain itu mereka pun termasuk masyarakat yang mandiri pangan, yaitu menanam
beragam tanaman mulai dari bahan makanan pokok, sayuran, hingga obat-obatan.
3. Budaya
dalam beternak
Di
bidang peternakan masyarakat adat kampung Cireundeu mengusahakan ternak domba
dan ayam. Populasi ternak di kampung
Cireundeu yang paling dominan adalah ternak domba yakni sekitar
............ekor, sedangkan ternak ayam hanya sekitar ....... ekor. Hal ini karena ternak domba dapat
dimanfaatkan untuk penggunaan limbah singkong berupa kulit dan daunnya sebagai makanannya.
4. Agroindustri
yang sedang berjalan
Agroindustri
yang sedang berjalan di kampung Cireundeu berupa pengolahan diversifikasi
produk makanan yang berbahan dasar singkong, diantaranya pembuatan rasi,
kerupuk aci, opak singkong, ranggining, aci singkong, tape gendul, peuyeum
mutiara, isrud, ciwel, sorandil,kecimpring, awug, katimus dan gegetuk. Saat ini
dilakukan di beberapa lokasi dan rumah penduduk jadi belum ada tempat khusus /
pabrik pengolahan yang tersentralisasi.
Diversifikasi
produk olahan dari bahan dasar singkong segar ini dapat dibuat menjadi Beras
singkong (Rasi) dan kanji. Selain itu limbah olahannya yaitu kulitnya
dapat dijadikan nilai tambah yang sangat berarti untuk pakan ternak.
Di
Kampung Cireundeu Kota Cimahi penganekaragaman produk olahan singkong sudah
berjalan selama puluhan tahun. Produk olahan tersebut mempunyai nilai jual yang
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan singkong segar hasil panen.
Dengan adanya
industri pengolahan tersebut, hasil proses produksinya dapat segera
tersosialisasi kepada masyarakat umum., apabila hal ini terjadi akan mendorong
tumbuhnya kemandirian pangan di lingkungan keluarga, masyarakat dan akhirnya
ketahanan pangan nasional dapat segera tercapai.
5. Alat
Musik
Bale
Saresehan digunakan sebagai pusat pagelaran seni sunda, pusat kegiatan masyarakat
dan tempat berkumpul warga untuk mempererat silaturahmi antar warga. Di tempat
ini pula terdapat Gamelan, Kecapi, Angklung Buncis, dan lain-lain. Semua alat –
alat kesenian yang ada digunakan oleh sesepuh sebagai perantara untuk
mewariskan nilai-nilai adat kepada generasi muda pada umumnya dan agar generasi
muda tidak melupakan kesenian tradisionalnya sendiri pada khususnya.
1. Pembuatan
Karinding dan Celempung
Alat musik
tradisional masyarakat Kampung Cireundeu
misalnya Karinding dan Celempung. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat
budaya masyarakat terutama generasi muda agar tidak lupa akan kesenian
tradisionalnya.
2. Gamelan
Seperangkat alat musik
tradisional ini terdiri dari Saron, Bonang, Goong, Gendang, Suling, dan Kecapi.
Alat musik yang terdapat di Bale Saresehan ini sering dimainkan pada saat
acara-acara tertentu, misalnya pada acara Hajatan atau Syukuran. Sedangkan
Kecapi dimainkan pada saat menyambut tamu yang datang ke kampung ini. Latihan
Gamelan dilaksanakan tidak teratur, hanya jika ada acara tertentu saja atau
jika diperlukan.
BAB
III
KESIMPULAN
Kampung
Cireundeu dengan segala keunikannya tidak saja dikenal oleh lingkungan
masyarakat Kota Cimahi, namun sudah dikenal luas karena mempunyai ciri khas
dalam kehidupannya sehari-hari. Salah
satu keunikannya adalah makanan pokoknya singkong dan tanaman singkongnya pun
menanam sendiri disekitar lokasi kampung.
Kampung
Cireundeu menjadi suatu kampung yang hampir tidak pernah terpengaruh oleh
gejolak sosial yang sering terjadi terutama mahalnya harga makanan pokok
terutama beras. Menurut hemat kami
kampung Cireundeu telah menjadi Pilot Project dalam rangka melaksanakan program
ketahanan pangan, terbukti bahwa masyarakat setempat makanan pokoknya tidak
bergantung pada beras, dengan kata lain bahwa kampung Cireundeu sudah menjadi
kampung yang Mandiri Pangan.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut