Jumat, 27 Januari 2012

Kampung Adat Cireundeu


Fiqih Fauziah A. (0800966)
Andi Ahmad S. (0800971)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Kampung adat Cireundeu merupakan kampung adat yang berada di dalam Kota Cimahi. Walaupun berada dalam kota, kampung ini memiliki tradisi dan adat yang masih dipegang teguh dari leluhur mereka. Perilaku masyarakatnya juga masih mencirikan adat dan tradisi masyarakat kampung yang lainnya, seperti gotong royong, saling membantu, dan dalam mata pencahariannya pun bersama-sama, saling membantu satu sama lain. Masyarakat cireundeu memegang teguh prinsip “Teu boga sawah asal boga pare, teu boga pare asal boga beas, teu boga beas asal nyangu, teu nyangu asal dahar, teu dahar asal kuat”.
Prinsip itulah yang mencirikan masyarakat adat kampung Cireundeu. Disisi kepercayaan, masyarakat di cireundeu memegang kepercayaan ateisme, mereka masih memegang kepercayaan dari leluhur mereka. Mereka menyebutnya ‘kuring’, karena merasa setiap ajaran yang mereka anut ini sebenarnya sama saja dengan agama lainnya seperti agama islam. Hal itu bisa dilihat dari pemahaman simbol warna dimulai kuning, putih, merah hitam, yang dimana dalam setiap warna itu bisa berhubungan dengan ciri dari sejarah manusia itu sendiri. Warna merah mewakili amarah, kuning mewakili angin, hitam mewakili tanah, dan putih mewakili air. Masyarakat adat ini menganggap bahwa manusia itu terwujud dari keempat unsur itu. Pada intinya mereka juga menganggap bahwa Tuhan mereka itu juga adalah Allah akan tetapi berbeda dalam hal peribadatannya.
Untuk kepercayaan, ternyata di kampung adat Cireundeu ini ada beberapa masalah yang bisa kami angkat atau tema-tema yang menarik yang berkaitan dengan kearifan budaya lokal masyarakat Cireundeu. Sehingga kelompok kami di  sini mencoba untuk mengangkat nilai-nilai budaya yang mengalami perkembangan ataupun penurunan nilai-nilai budayanya itu sendiri. Adapun rincian dari perkembangan kampung ini bisa diklasifikasikan ke dalam beberapa unsur, yang dimana unsur-unsur tersebut dimulai dari keseniannya, mata pencaharian, sistem teknologi, bahasa, dll. Kemudian kami dapat melihat juga hasil budaya masyarakat setempat yang berkaitan dengan bentuk rumah masyarakat yang mengalami pergeseran nilai oleh perkembangan zaman.

1.2  Rumusan dan Batasan Masalah
Dalam makalah ini, kelompok kami mencoba mengangkat sebuah permasalahan utama dimana hal itu yaitu PEMBANGUNAN DI KAMPUNG ADAT CIREUNDEU” dan untuk menjawab rumusan masalah diatas tersebut,penulis membatasinya dalam beberapa pertanyaan yang saya buat dan hal itu ialah:
1.      Bagaimana proses pembangunan di kampong Cireundeu?
2.      Faktor-faktor apa sajakah yang jadi pendukung dan penghambat pembangunan kampung Cireundeu?
3.      Keunikan yang apa sajakah yang terdapat di kampong Cireundeu?

1.3  Tujuan Penelitian
Dari hasil rumusan dan batasan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berkut:
1.      Melihat proses pembangunan yang telah di bangun oleh kampung Cireundeu.
2.      Melihat faktor-faktor yang jadi pendukung dan penghambat pembangunan kampung Cireundeu.
3.      Melihat keunikan-keunikan yang terdapat di kampung Cireundeu.



1.4  Sistematika Penulisan
1.5   
Untuk menguraikan isi dari makalah ini, kami membuat sistematika penulisan untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi makalah. Dimulai dengan kata pengantar dan daftar isi kemudian dilanjutkan dengan Bab 1 Pendahuluan, Bab 2 Pembahasan, Bab 3 Kesimpulan, dan terahir Daftar pustaka.

1.      Dalam Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang masalah yang menjadi pendorong dibuatnya makalah ini, rumusan masalah sebagai batasan kajian, tujuan penulisan makalah yang ingin dicapai dari penulisan,  dan sistematika penulisan.
2.      Dalam Bab 2  pembahasan, berisi tentang pembahasan yang jadi acuan yaitu tentang PEMBANGUNAN DI KAMPUNG ADAT CIREUNDEU.
3.      Dalam Bab 3 Penutup, merupakan bab penutup dalam makalah ini. Pada bagian ini, tim penulis menyimpulkan uraian sebelumnya dan mengambil makna dari kajian yang telah tim penulis bahas dalam bab sebelumnya. Dan kelompok kami menggunakan cara/metode observasi dan wawancara.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pembangunan Kampung Adat Cireundeu
Kampung Cireundeu merupakan salah satu lokasi yang terletak dikelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi, hal ini berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Cimahi. Kampung Cireundeu terletak diperbatasan kota Cimahi dengan Kabupaten Bandung Barat tepatnya dengan Kecamatan Batujajar.  Jarak dari kampung Cireundeu ke Kelurahan Leuwigajah -/+ 3 Km dan 4 Km ke kecamatan serta 6 Km ke kota atau Pemerintah Kota Cimahi, dengan keadaan topografi datar, bergelombang sampai berbukit. 
Kampung Cireundeu mempunyai filosofi kehidupan yang sangat unik, dimana nuansa hidup yang santun dalam nafas setiap insan warga kampung. Mencintai lingkungan, budaya sunda dan kesenian khas masih terjaga dan terpelihara,  sebagian masyarakatnya masih mempertahankan adat leluhurnya, makanan pokoknya nasi yang terbuat dari singkong atau dikenal dengan nama “ Rasi “atau beras singkong, bahkan diversifikasi produk makanan yang berbahan dasar  singkong tersedia di kampung ini.
Kampung Cireundeu adalah model salah satu kampung yang sebagian besar penduduknya sudah meninggalkan ketergantungannya akan beras sebagai makanan pokok sehari-hari.  Singkong adalah pilihannya yang telah terbukti menyelamatkan warganya dari krisis pangan yang telah terjadi.  Sampai saat ini belum pernah terjadi kesulitan dan kekurangan kebutuhan akan makanan pokok.  Singkong di kampung Cireundeu dapat dibuat menjadi berbagai macam makanan, hal ini dapat dijadikan sebagai contoh yang bisa diimplementasikan di daerah lain sebagai bukti nyata Program Ketahanan Pangan.
Potensi kegiatan pengolahan singkong yang dilakukan oleh warga Kampung Cireundeu dapat memberikan banyak manfaat, salah satunya dapat meningkatkan perekonomian warga kampung secara signifikan dibandingkan dengan hanya menjual singkong dalam kondisi bahan mentah. Pola makanan pokok kampung Cireundeu mudah-mudahan dapat dijadikan contoh dan disosialisasikan ke khalayak umum di seluruh wilayah Indonesia.  Sehingga harapan dari program ketahanan pangan dapat terwujud, agar kita dapat terbebas dari krisis pangan yang selalu menghantui masyarakat kecil khususnya, dengan sendirinya beban pemerintah akan subsidi pemenuhan beras akan berkurang.
2.2 Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat tetap bertahannya nilai-nilai kearifan budaya lokal
a) Faktor pendukung
·                     Kepala adat dan penduduk adat yang masih ada.
·                     Kondisi lingkungan yang masih belum terlalu terbawa arus industri.
·                     Kondisi tanah yang lumayan subur dan agraris untuk di Tanami singkong sebagai sumber makan pokok kampung cireundeu.
·                     Peninggalan-peninggalan leluhur yang masih di jaga dan di rawat dengan baik.
·                     Penduduk adat yang masih teguh memegang aturan adat.
b) Faktor penghambat
• Palsafah hidup yang diwariskan oleh nenek moyang mereka
• Perkembangan zaman atau pengaruh moderenisasi
• Letak wilayah kampung adat ini yang sangat strategis
•Regenerasi yang mengalami perkembangan dan penurunan.

2.3 Beberapa keunikan kampung Cireundeu, diantaranya sebagai berikut :
1.      Karakteristik Makanan Pokok Kp. Cireundeu
Masyarakat Kampung Cireundeu pada umumnya telah terbiasa dengan  kegiatan budidayaan tanaman singkong, dari mulai proses pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pembuatan beraneka ragam jenis makanan yang berbahan dasar singkong, salah satunya adalah “Rasi” atau beras singkong.  Hal ini telah dilakukan sejak lebih dari 80 tahun, dan merupakan keseharian masyarakat kampung Cireundeu hingga saat ini. Dalam kehidupan keseharian penduduk kampung Cireundeu dapat dikatakan sudah mandiri pangan dalam hal makanan pokok, sehingga tidak terpengaruh oleh gejolak sosial terutama pada harga beras. Taraf ekonomi masyarakat kampung Cireundeu sudah tidak ada yang kekurangan, dalam hal mengkonsumsi beras singkong bukan disebabkan oleh kondisi ekonominya tetapi disebabkan karena tradisi yang dianutnya.
2.      Budaya dalam Bertani
Masyarakat kampung ini masih mempertahankan budaya lokal bercocok tanam secara tradisional, baik dalam hal teknik bertanam hingga penggunaan pupuk alami. Selain itu mereka pun termasuk masyarakat yang mandiri pangan, yaitu menanam beragam tanaman mulai dari bahan makanan pokok, sayuran, hingga obat-obatan.
3.      Budaya dalam beternak
Di bidang peternakan masyarakat adat kampung Cireundeu mengusahakan ternak domba dan ayam.  Populasi ternak di kampung Cireundeu yang paling dominan adalah ternak domba yakni sekitar ............ekor, sedangkan ternak ayam hanya sekitar ....... ekor.  Hal ini karena ternak domba dapat dimanfaatkan untuk penggunaan limbah singkong berupa kulit dan daunnya  sebagai makanannya.
4.      Agroindustri yang sedang berjalan
Agroindustri yang sedang berjalan di kampung Cireundeu berupa pengolahan diversifikasi produk makanan yang berbahan dasar singkong, diantaranya pembuatan rasi, kerupuk aci, opak singkong, ranggining, aci singkong, tape gendul, peuyeum mutiara, isrud, ciwel, sorandil,kecimpring, awug, katimus dan gegetuk. Saat ini dilakukan di beberapa lokasi dan rumah penduduk jadi belum ada tempat khusus / pabrik pengolahan yang tersentralisasi.
Diversifikasi produk olahan dari bahan dasar singkong segar ini dapat dibuat menjadi Beras singkong (Rasi) dan kanji.  Selain itu limbah olahannya yaitu kulitnya dapat dijadikan nilai tambah yang sangat berarti untuk pakan ternak.
Di Kampung Cireundeu Kota Cimahi penganekaragaman produk olahan singkong sudah berjalan selama puluhan tahun. Produk olahan tersebut mempunyai nilai jual yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan singkong segar hasil panen.
Dengan adanya industri pengolahan tersebut, hasil proses produksinya dapat segera tersosialisasi kepada masyarakat umum., apabila hal ini terjadi akan mendorong tumbuhnya kemandirian pangan di lingkungan keluarga, masyarakat dan akhirnya ketahanan pangan nasional dapat segera tercapai.
5.      Alat Musik
Bale Saresehan digunakan sebagai pusat pagelaran seni sunda, pusat kegiatan masyarakat dan tempat berkumpul warga untuk mempererat silaturahmi antar warga. Di tempat ini pula terdapat Gamelan, Kecapi, Angklung Buncis, dan lain-lain. Semua alat – alat kesenian yang ada digunakan oleh sesepuh sebagai perantara untuk mewariskan nilai-nilai adat kepada generasi muda pada umumnya dan agar generasi muda tidak melupakan kesenian tradisionalnya sendiri pada khususnya.
1.      Pembuatan Karinding dan Celempung
Alat musik tradisional masyarakat Kampung Cireundeu  misalnya Karinding dan Celempung. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat budaya masyarakat terutama generasi muda agar tidak lupa akan kesenian tradisionalnya.
2.      Gamelan
Seperangkat alat musik tradisional ini terdiri dari Saron, Bonang, Goong, Gendang, Suling, dan Kecapi. Alat musik yang terdapat di Bale Saresehan ini sering dimainkan pada saat acara-acara tertentu, misalnya pada acara Hajatan atau Syukuran. Sedangkan Kecapi dimainkan pada saat menyambut tamu yang datang ke kampung ini. Latihan Gamelan dilaksanakan tidak teratur, hanya jika ada acara tertentu saja atau jika diperlukan.




BAB III
KESIMPULAN
Kampung Cireundeu dengan segala keunikannya tidak saja dikenal oleh lingkungan masyarakat Kota Cimahi, namun sudah dikenal luas karena mempunyai ciri khas dalam kehidupannya sehari-hari.  Salah satu keunikannya adalah makanan pokoknya singkong dan tanaman singkongnya pun menanam sendiri disekitar lokasi kampung.
Kampung Cireundeu menjadi suatu kampung yang hampir tidak pernah terpengaruh oleh gejolak sosial yang sering terjadi terutama mahalnya harga makanan pokok terutama beras.  Menurut hemat kami kampung Cireundeu telah menjadi Pilot Project dalam rangka melaksanakan program ketahanan pangan, terbukti bahwa masyarakat setempat makanan pokoknya tidak bergantung pada beras, dengan kata lain bahwa kampung Cireundeu sudah menjadi kampung yang Mandiri Pangan.







1 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus