Seni
budaya Korea Selatan kini telah menyebar luas ke berbagai negara dan mengisi
layar kaca dan pentas-pentas pertunjukan. Melalui Korean Wave
ekspansi kebudayaan Korea ke seluruh dunia yang dilancarkan pemerintah, film-film
drama, musik, konser dan tariannya tumbuh subur secara global merambah ke sejumlah
negara di berbagai belahan dunia, sehingga menimbulkankan “Demam Korea”. Hal ini ikut berkontribusi dalam perkembangan
perekonomian Korea Selatan, dimana produksi industri film dan musik tersebut di
export ke negara-negara seperti Hongkong, Vietnam, Thailand, Indonesia, Filipina, Jepang, Amerika Serikat, Amerika Latin
dan Timur Tengah
(Pelayanan Informasi Korea, 2003:46-53). Tak kalah ketinggalan Keberhasilan
ekspor Korea Selatan yang pertama terjadi pada ekspor produk industri ringan
seperti tekstil dan pakaian jadi, komponen elektronik, plywood, wig, serta
barang-barang perantara (produk-produk kimia, minyak bumi, kertas, dan baja)
yang berlangsung dalam kurun waktu antara tahun 1964-1974 (Utomo, 1995:14). Sejak awal, strategi besar Korea Selatan adalah export
oriented. Mereka harus mempersiapkan diri dan berjuang untuk merebut
pasar dunia. Menurut Gustav Ranis, Korea Selatan beralih dari Substitusi
impor ke orientasi ekspor sekitar tahun 1963. Sejak itu perdagangan luar negeri
tersebut tidak dapat dipisahkan dari industrialisasi di Korea Selatan (Nak Song,
1993).
Menarik memang Jika
membahas mengenai perekonomian
Korea Selatan, mengingat
pada tahun 1950-an negara ini adalah salah satu negara termiskin di dunia. Sama
miskinnya dengan negara-negara termiskin di Afrika dan Asia. Ekonominya hanya
bersandar pada pertanian, belum lagi sempat hancur gara-gara pendudukan Jepang
dan Perang Korea. Namun dalam 4 dekade, Korea Selatan berubah cepat dari negara
termiskin, menjadi salah satu Negara
paling kaya dan tercanggih di dunia dengan nilai ekonomi Trilyunan dollar. Keajaiban di Sungai Han adalah sebuah istilah yang merujuk pada periode pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, industrialisasi,
pencapaian
teknologi, urbanisasi, pembangunan gedung-gedung
pencakar langit, modernisasi, globalisasi
yang terjadi di Korea Selatan dari puing-puing Perang Korea
menjadi sebuah negara makmur.
Sampai
dengan akhir tahun 1950-an, Korea Selatan adalah salah satu negara yang
dikategorikan sebagai negara underdeveloped
dimana tingginya tingkat kemiskinan dan tingkat ketergantungan pada bantuan
luar negeri. Pemulihan setelah berakhirnya perang Korea belum sepenuhnya pulih
sehingga tingkat tabungan domestik sangatlah kecil. Perekonomian negara
bergantung pada sektor pertanian dengan nilai total ekspor US $ 41 juta dan
pendapatan per kapita $ 82 saat itu. Baru pada tahun 1960-an ketika memasuki
era pembangunan ekonominya, Korea Selatan memiliki struktur kelas sosial yang
baik (Suwarsono-So, 1991:150). Hal yang menjadi momentum terlepasnya Korea dari
lingkaran kemiskinan serta tingkat pertumbuhan ekonomi yang sustainable adalah penerapan pembangunan
ekonomi lima tahunan yang dimulai dari pemerintahan Presiden Park Chung Hee.
Peran negara
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Korea adalah dengan mengarahkan dan
menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan untuk investasi modal, produksi,
dan juga ekspor. Salah satunya adalah dengan membentuk Badan Perencanaan Ekonomi
(EPB) pada bulan Juni 196. Program Repelita disusun dalam empat tahap dimulai
pada tahun 1962. Tahap pertama dan kedua diarahkan untuk pembangunan industri.
Tahap ketiga (1972-1976) untuk menciptakan keseimbangan antara pembangunan
industri dan pertanian, dan tahap keempat (1977-1981) adalah pembangunan
ekonomi yang mandiri dan pemerataan hasil pembangunan. EPB mengorganisir
informasi-informasi terinci mengenai pasar internasional dan
perubahan-perubahannya dari laporan-laporan yang diserahkan perusaahaan ekpor
(Irwan, 1989:46-47).
Teori Modernisasi merupakan teori yang mengkaji
tentang dunia ketiga dengan masyarakat tradisionalnya menuju pada modernisasi
yang mengacu pada negara Barat yang dianggap sebagai negara modern. Modernisasi
dianggap sebagai proses sistematik, transformasi, dan immanent (Suwarsono-So, 1991:23). Modernisasi
diartikan sebagai perubahan-perubahan
masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau
dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern.
Jika kita mengacu pada teori modernisasi, upaya modernisasi dan pembangunan
ekonomi Korea sebenarnya sudah dimulai pada abad ke-19, yaitu pada masa dinasti
Yi, yang melakukan reformasi pertanian dan pembangunan sarana-sarana fisik
kerajaan Korea pada saat itu (Richard,1989:9-10). Upaya Modernisasi inipun
terlihat dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun II, dimana peranan swasta semakin
diperbesar dan peran pemerintah makin diperkecil. Di periode inilah terjadi
transisi dari masyarakat tradisional ke masyarakat industri karena struktur
ekonomi mulai berubah. Perubahan ini juga seiring dengan perubahan jumlah
penduduk yang berpindah mata pencaharian ke sektor industri dari sektor agraris
(Ernesto, 2008:67). Selain hal itu, bila kita mencermati
salah satu ciri pokok manusia modern seperti yang disebutkan oleh Inkeles bahwa manusia modern percaya terhadap ilmu pengetahuan yakni
pendidikan. Berbagai
upaya yang dilakukan oleh Korea Selatan untuk mengejar ketertinggalan negaranya
dari negara Barat dengan cara memodernisasikan perekonomian maupun sumber daya
manusianya melalui pendidikan.
Menurut
Kartiwa (2011), ia menyebutkan bahwa faktor sosio-kultur yang ada pada masyarakat
Korea sangat mengapresiasi pendidikan, tidak hanya sebagai sebuah sarana untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik tetapi juga sebagai bentuk pengakuan
sosial, yaitu sebuah simbol kehormatan seseorang. Langkah nyata pemerintah
Korea Selatan adalah dengan mengeluarkan proyek BK 21, yaitu proyek ambisius
Korea Selatan untuk menciptakan masyarakat modern yang berbasis ilmu
pengetahuan. Modernisasi di Korea selatan ini terjadi pada abad ke-20 yang
ditandai dengan adanya industrialisasi ekonomi yang dipimpin oleh negara.
Melalui proses yang dialaminya Korea selatan telah mengejutkan dunia
internasional dengan keberhasilannya menjadi salah satu negara di dunia yang memiliki
tingkat perekonomian paling dinamis pada tahun 1980-an dengan mengubah dirinya
menjadi negara demokratis.
Salah satu
kontribusi terpenting dari pertumbuhan ekonomi tinggi Korea Selatan adalah
pengaruh positifnya terhadap modernisasi sikap, cara berpikir dari tingkah laku
penduduknya (Thoha:67). Ajaran Konfusianisme telah memberikan pengaruh yang
begitu besar dalam proses modernisasi sosio-ekonomi dan politik dengan melihat
latar belakang historis Korea Selatan yang suram dan proses yang dialaminya.
Implementasi ajaran Konfusius telah memberikan sumbangan positif bagi
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam rangka proses modernisasi di Korea
Selatan. Ajaran Konfusius yang dilihat sebagai faktor pertumbuhan ekonomi yang
cepat di Korea Selatan adalah ajaran mengenai kepatuhan dan kesetiaan,
pemahaman bahwa negara adalah agen moral yang aktif dalam pembangunan
masyarakat, penghormatan atas status dan hierarki, penekanan pada pengembangan
diri dan pendidikan, dan perhatian terhadap harmoni sosial (Asniah, 2007).
Dilain pihak, kita bisa juga mencermati
perkembangan ekonomi Korea Selatan ini dari sudut pandang Teori Dependensi (ketergantungan).
Dimana pada fase awal kemerdekaannya, Korea Selatan bergantung
pada bantuan dari pihak luar. Setelah berakhirnya perang dunia II, Korea
Selatan yang kemudian dibawah pendudukan Amerika Serikat mendapatkan bantuan
dari PBB dan Amerika Serikat guna membangun perekonomian Korea yang telah
mengalami kemerosotan. Dengan mengutip pendapat Cole dan Lyman, Koo mengatakan
bahwa sejak tahun 1953 sampai tahun 1958, setiap tahunnya Korea Selatan
menerima bantuan Amerika tidak kurang dari 270 Dollar As. Ini sama dengan 12
Dollar AS penghasil per kapita pertahunm atau sekitar 15% produk kotor nasional
Korea ((Suwarsono-So, 1991:148). Di
masa pemerintahan Sygman Rhee ini ketergantungan terhadap bantuan luar negeri,
terutama bantuan dari Amerika Serikat sangat ditunjang pula oleh doktrin
antikomunisme, antipati terhadap Jepang dan patriotisme inilah yang kemudian
menyebabkan ketergantungan negara pada bantuan pihak asing terutama Amerika
Serikat semakin tinggi.
Namun pada perkembangan selanjutnya, Korea Selatan dapat mengubah
ketergantungannya menjadi sebuah ketergantungan yang dinamis, Korea Selatan
berusaha untuk bangkit dari keterpurukannya dan berhasil mejadi negara yang
berkembang pesat dalam hal perekonomiannya. Jika dikaji
melalui teori defendensi baru, Korea Selatan yang pada mulanya dikatakan
sebagai negara miskin kini telah mampu mencapai pertumbuhan ekonomi dan
kesentosaan politik yang lebih dari sekedar memadai. Sebagai contoh sebut saja
nama Samsung, LG, Daewoo, Hyundae, SK Groups, Ssangyong, Hanbo, Lotte, dan lain sebagainya, yang kita
kenal sebagai deretan chaebol raksasa Korea.
Korea
Selatan bergantung penuh terhadap ekspor untuk menyokong perekonomiannya. Hal
ini terlihat dalam kebijakan perekonomiannya yaitu dengan diberlakukannya Kebijakan Export Oriented Industri
(EIO) Mereka harus mempersiapkan diri dan berjuang untuk merebut
pasar dunia. Pada masa Park pemerintah berperan aktif mengarahkan sektor
swasta khususnya chaebol untuk mewujudkan agenda pembangunan yang
disusun oleh pemerintah berupa pengembangan industri manufaktur seperti
elektronik, otomobil, dan semikonduktor. Berbagai produk-produk yang paling
diminati sekaligus ekspor terpenting adalah barang-barang
elektronik, tekstil, kapal, produk otomotif, dan baja. Walaupun pasar impor
telah diliberalisasi, pasar produk pertanian masih diproteksi karena lebarnya
celah harga produk pertanian dalam negeri dengan pasar internasional. Korea
Selatan merupakan Negara eksportir terbesar ke-11 dunia.
Atau menduduki eksportir terbesar ke-3 Asia setelah China dan Jepang , Negara dengan 97% eskpor merupakan produk
manufaktur berteknologi tinggi. Negara dengan cadangan devisa terbesar ke-4
dunia. Negara dengan pertumbuhan ekspor rata-rata 30% selama 3 dekade. Nilai
ekspor naik dari 3% GDP tahun 1962 menjadi 37% GDP tahun 2000 (Nusantaranews-Informasi, Fakta dan Opini,
2009). Ketergantungan pada ekspor dan impor, dan hal itu menunjukan
bahwa perdagangan luar negeri menempati porsi besar dari Produk Domestik Bruto.
Khususnya, krisis keuangan global baru baru ini dan resesi ekonomi akibat itu
meningkatkan ketergantungan perdagangan Korea pada luar negeri, maka rasio
ketergantungan Korea pada ekspor-impor mencapai kisaran 80 persen.
Surplus
perdagangan Korea terus tercatat surplus selama lima belas bulan, berkat ekspor
kuat Korea Selatan. Ketergantungan ekspor Korea selama tahun 2010 mencapai
87,9%, tingkat tertinggi kedua sejak krisis keuangan dunia pada tahun 2008.
Pertumbuhan ekspor adalah sangat menggembirakan untuk penopang ekonomi Korea
Selatan. Mesin yang mendorong pertumbuhan ekonomi Korea tidak lain adalah
ekspor dan industrialisasi. Pada tahun 1960 pendapatan per kapita Korea adalah
79 dolar saja. Pada tahun 1962, pemerintah memulai pertama kali rangkaian
rencana ekonomi lima-tahun untuk mempromosikan ekspor dan dua tahun kemudian,
Korea Selatan sengaja mendevaluasi nilai mata uang won Korea terhadap dolar
untuk meningkatkan daya saing harga produk Korea di luar negeri. Bahkan, sektor
ekspor Korea menduduki peringkat ketujuh di dunia pada tahun 2010, meningkat
9.300 kali lipat daripada lima puluh tahun lalu (KBS World, 2011).
Menurut
Riedel (1992), ada dua faktor bagi keberhasilan pembangunan ekonomi dan
industrialisasi di Korea Selatan, yaitu pertama faktor eksogen berupa sumber daya
alam, sumber daya ekternal (bantuan luar negeri Amerika Serikat), dan sumber
daya manusia, kedua faktor yang berkaitan dengan peran pemerintah dan kebijakan
ekonomi yang dijalankan. Rahasia Keberhasilan dan kemajuan perekonomian Korea
Selatan salah satunya terletak pada etos atau budaya kerja rakyatnya. Bangsa
Korea Selatan berpandangan positif dan Selalu berpandangan jauh ke depan.
Secara umum bangsa Korea Selatan memiliki ciri-ciri etos kerja seperti kerja
keras, disiplin, hemat, gemar menabung dan mengutamakan pendidikan. Kemajuan
yang dicapai oleh Korea selatan dicapai karena motivasi tinggi, kedisiplinan,
kerja keras dan perjuangan yang dilakukan oleh semua rakyat baik dari kalangan
pemerintah, pengusaha dan rakyat umumnya.
Selain itu, kunci sukses pembangunan ekonomi Korea Selatan terletak
pada pilihan pilihan strategi kebijakan ekonomi. memberikan perhatian besar pada
pendidikan, pembangunan sumber daya manusia, serta investasi agresif di
kegiatan penelitian dan pengembangan. Sukses Korea Selatan juga ditopang oleh
tumbuh suburnya jiwa kewiraswastaan, tenaga kerja yang sangat terlatih,
pengelolaan utang luar negeri yang baik, pemerintahan yang relatif bersih,
iklim perdagangan dunia yang liberal, makro-ekonomi yang solid, dan kondisi
sosial-politik yang relatif bebas dari konflik. Keberhasilan Korea Selatan
jelas didukung oleh budaya kerja keras dan etos kerja yang tinggi. Orang Korea
Selatan dikenal sebagai pekerja keras, dengan jam kerja jauh lebih panjang
dibandingkan negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama dan
Pembangunan Ekonomi (OECD) lain. Faktor lain adalah adanya kemitraan kuat
antara pemerintah, swasta dan masyarakat, serta kemampuan masyarakat untuk
beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi dan tantangan baru (Nusantaranews-Informasi, Fakta dan Opini, 2009).
Pada tahun 2005 Korea
Selatan telah berubah menjadi negara industri yang utama. Di samping merupakan
pemimpin dalam akses internet kecepatan tinggi, semikonduktor memori, monitor
layar datar, telepon genggam, Korea Selatan juga menduduki peringkat pertama
dalam pembuatan kapal, ketiga dalam produksi ban, keempat dalam serat sintetis,
kelima dalam otomotif, dan keenam dalam industri baja. Negara ini juga berada
pada peringkat ke-12 dalam PDB nominal, tingkat pengangguran rendah, dan
pendistribusian pendapatan yang relatif merata. Perkembangan ini
terutama ditentukan lewat integrasi negara ini kepada perekonomian dunia yang
modern dan berteknologi tinggi. Saat ini pendapatan perkapita Korea Selatan
telah setara dengan pendapatan negara-negara Uni Eropa.Created By: Setia R (Pend. Sejarah UPI)
Nama : Dian A.W
BalasHapusNim : 0800960
Saya Sepakat dengan pembahasan materi yang diangkat oleh penyaji karena Korea sendiri selain maju dalam bidang industrialisasi, juga sangat membludak sekali dalam pembuatan film-filmnya, di era kekinian film korea banyak di ekspor ke beberapa negara Khususnya negara Indonesa. Di negara-negara yang diekspor hasil industri perfileman dari Korea ini, film tersebutdi sambut dengan baik oleh mereka. Hal ini bisa menunjukkan keberhasilan dari Korea Selatan baik dari industri perfileman maupun industri manufaktur yang menjadi ciri khas dari negara tersebut.
Kemajuan ekonomi Korea Selatan yang berjalan dengan sangat mengesankan sampai saat ini telah dimulai dari kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh Park Chung-hee. Korea Selatan mampu membangun kekuatan industri yang begitu dahsyat meskipun tidak didukung oleh sumber daya alam yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kesuksesan pembangunan ekonomi Korea terletak pada kemampuan manusianya, terutama pada pemimpinnya berkaitan dengan strategi kebijakan yang dijalankannya. Pemerintah menyadari pentingnya industri dasar yang akan menjadi katalis bagi berkembangnya industri hilir lainnya. Keajaiban ekonomi Korea Selatan yang telah dicapai sampai saat ini tentu bukan semata-mata pada faktor pemerintahnya saja melainkan juga dukungan masyarakat Korsel itu sendiri. Budaya kerja dan etos kerja yang tinggi serta kecintaan terhadap produk-produk dalam negeri menjadikan produk-produk yang dihasilkan Korea dikonsumsi oleh pasar dalam negeri dan luar negeri.
Jika kita kaitkan dengan teori modernisasi Korea selatan ini sangat maju dengan adanya industrialisasi tekstil, perkeretaapian dan persenjataannya yang sudah sangat modern. Industri-industri utama Korea Selatan sekarang adalah otomotif, semikonduktor, elektronik, pembuatan kapal, dan baja. Korea juga dengan intens mengembangkan industri-industri strategis masa depan, seperti Nanoteknologi, Bioteknologi, Teknologi Informasi, Robotika, dan teknologi ruang angkasa. Selama kurun waktu 1980-an, Korea Selatan mengadopsi sistem kedekatan antara sektor pemerintahan dan bisnis yang termasuk juga kredit yang terarah, pembatasan impor, dan pensponsoran industri-industri khusus. Pemerintah Korea Selatan mendorong impor bahan-bahan baku mentah dan teknologi dengan mengorbankan barang konsumtif serta mendorong masyarakat untuk menabung dan melakukan investasi. Dari hal diatas kita dapat melihat berbagai upaya yang dilakukan oleh Korea Selatan untuk mengejar ketertinggalan negaranya dari negara Barat dengan cara memodernisasikan perekonomian maupun sumber daya manusianya melalui pendidikan.
Korea Selatan memang tidak memiliki sumber daya alam yang memadai oleh karena itu tingkat ketergantungan terhadap ekspor dan impor sangat tinggi, terbukti bahwa pada tahun 2010 ini ketergantungan perdagangan Korea mencapai kisaran 80 persen. Namun Korea Selatan bisa mengubah ketergantungannya menjadi ketergantungan yang dinamis yang dapat membantu menjalankan perekonomiannya dengan baik, diantaranya adalah dengan adanya Export-Oriented Industri (EIO) serta Economic Planning Board (EPB) yang diberlakukan oleh pemerintahnya. Korea selatan juga sangat pandai dengan pengelolaan ekonomi luar negri yang baik, pemerintahan yang bersih, iklim perdagangan dunia yang liberal, makro ekonomi yang solid dan kondisi sosial politik yang bebas dari konflik itulah yang mengakibatkan Korea selatan maju dalam berbagai hal terutama dalam bidang industrialisasinya.