ALIJA
IZETBEGOVIC 1105888
GILANG EKA
YANUAR 1100092
PERKEMBANGAN
PEMBANGUNAN EKONOMI SINGAPURA 1965-2010
ABSTRAK
Singapura nama
resminya Republik Singapura,
Singapura adalah pusat keuangan terdepan keempat di dunia dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan
dan keuangan internasional.Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia.
Singapura
memiliki sejarah imigrasi yang panjan. Penduduknya yang beragam berjumlah
5 juta jiwa, terdiri dari Cina, Melayu, India, berbagai
keturunan Asia, danKaukasoid. 42% penduduk Singapura adalah orang asing yang
bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50% dari sektor
jasa. Negara ini adalah yang terpadat kedua di dunia setelah Monako. A.T. Kearney menyebut Singapura sebagai negara paling terglobalisasi
di dunia dalam Indeks Globalisasi tahun
2006. Sebelum merdeka tahun 1965, Singapura adalah pelabuhan dagang yang
beragam dengan PDB per kapita $511,
tertinggi ketiga di Asia Timur pada saat itu. Setelah
merdeka, investasi asing langsung dan
usaha pemerintah untuk industrialisasi berdasarkan rencana bekas Deputi Perdana
Menteri Dr. Goh Keng Swee membentuk
ekonomi Singapura saat ini.
Economist Intelligence Unit dalam "Indeks Kualitas Hidup"
menempatkan Singapura pada peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan
kesebelas di dunia. Singapura memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia. Negara ini juga
memiliki angkatan bersenjata yang
maju. Setelah PDB-nya berkurang -6.8% pada kuartal ke-4 tahun
2009, Singapura mendapatkan gelar pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia,
dengan pertumbuhan PDB 17.9% pada pertengahan pertama 2010.
Konstitusi Singapura menetapkan demokrasi perwakilan sebagai
sistem politik negara ini. Partai Aksi Rakyat (PAP)
mendominasi proses politik dan telah memenangkan kekuasaan atas Parlemen di
setiap pemilihan sejak menjadi pemerintahan sendiri tahun 1959.
Liberalisasi kebijakan ekonomi adalah bagian dari
strategi pembanguan Singapura.
Alasan Singapura melakukan liberalisasi ialah karena
negara Singapura sejak awal melakukan keterbukaan, rasa ketidak amanan adalah
argumen penting yang membuat pemerintah Singapura tetap ikut aktif
berpartisipasi mengamankan kepentingan ekonomi politiknya. Salah satunya
disebabkan karena kondisi Singapura sebagai negara kecil yang tidak mempunyai
sumber daya alam.
Singapura
adalah sebuah republik parlementer dengan
sistem pemerintahan parlementer unikameral Westminster yang mewakili berbagai konstituensi. Konstitusi Singapura menetapkan demokrasi perwakilan sebagai sistem politik negara
ini. Partai Aksi Rakyat (PAP) mendominasi proses politik dan telah
memenangkan kekuasaan atas Parlemen di setiap pemilihan sejak
menjadi pemerintahan sendiri tahun 1959.
Kemudian, tentang kebijakan
perekonomian dan pembangunan singapura adalah pokok pembicaraan dalam makalah
ini dimana penjabarannya sangat berkaitan dengan kegiatan perekonomian di
kawasan asia pasifik kemudian hubungannya dengan Indonesia dari segi ekonomi.
Ada tiga
karakteristik dalam menerapkan langkah-langkah kebijakan ekonomi
Singapura
menurut Ralph Bryant:
● Pemerintah
Singapura akan selalu meningkatkan lokasi aktifitas financial Singapura, antara
lain untuk mengupayakan Singapura menjadi pusat finansial di kawasan.
● karakter
kedua adalah adanya upaya untuk menjaga satu perbedaan insentif dan hambatan
antara urusan finansial domestik dan internasional. Ini yang disebut dengan
‘pagar pemisah’. Pagar pemisah ini melindungi beberapa aktifitas finansial
domestik dari gangguan eksternal terutama transaksi internasional yang
penggeraknya dapat menggoyang ekonomi Singapura. Pertimbangan awal dari
diadakannya pagar pemisah ini adalah untuk mengisolasi ekonomi domestik dengan
ekonomi dunia. Pertimbangannya adalah sebagai negara kecil yang sangat terbuka
pada awalnya, yang mau tidak mau harus berhati-hati dalam segala perencanaan
dan pelaksanaan tindakan ekonomi. Namun kerakter ini tidak dapat diartikan
terlalu ketat
menurut
Bryant karena tingkat pagar pemisah ini dapat berubah-ubahseiring dengan waktu
dan program liberalisasi.
● karakter
ketiga adalah adanya keinginan untuk menjamin ketahanan dan kematangan dari
kegiatan finansial Singapura. Kebijakan dari Bank Sentral dan institusi
finansial lain dianggap sebagai cara untuk mencapai tujuan ini. Motif makro nya
adalah menstabilkan sistim finansial secara keseluruhan, dan motif mikro nya
adalah melindungi depositor dan investor individualuntuk memainkan peranan
dalam mendukung regulasi dan supervisi dari Bank.
Dapat diketahui dari pemikiran diatas bahwa ide politik awalnya Singapura
adalah untuk menjadikan posisinya sebagai pusat finansial. Penerapan pagar
pemisah ini akan berpengaruh dalam penerapan liberalisasi kebijakan-kebijakan
ekonomi yang dilakukan Singapura. Penjelasannya bermula dari adanya perdebatan
pagar pemisah tersebut dengan karakter untuk mempromosikan Singapura menjadi
suatu pusat finansial. Terkadang pagar pemisah itu sangat terlalu protektif
sehingga menghambat keterbukaan dalam proses menuju keterbukaan. Pemerintah
Singapura juga dianggap terlalu berlebihan dalam menerapkan
pembatasan-pembatasan sehingga membatasi arus masuk institusi finansial asing.
Setelah lepas dari federasi Malaysia Singapura, PAP (People Action Party)
harus mulai membangun perekonomian Singapura. Awal pembangunan Singapura ini
dilatarbelakangi oleh ketidak stabilan politik dalam negeri dengan munculnya
kekuatan Partai Barisan Sosiallis (BS) menjadi oposisi dari PAP dan kecemasan
akan hilangnya sokongan kekuatan dari Inggris. Pada tahun 1967 pemerintah
Inggris menyatakan akan menarik mundur pangkalan militer pada tahun 1971.
Masalah utama Singapura pada awal pembangunan adalah tingginya tingkat
pengangguran, jadi tindakan pada saat ini adalah dengan meningkatkan lapangan
pekerjaan. Stategi substitusi import harus segera ditinggalkan karena hubungan
dengan Malaysia sudah terputus, artinya akses pasar industri Singapura
berkurang besar. Kemudian industrialisasi dengan tarif pada saat itu sangatlah susah
sebagai negara yang kekurangan sumber daya alam. Kebijakan publik awal yang
dikeluarkan sebagai peralihan substitusi import ke industri orientasi ekspor
adalah Economic Expansion Incentives Act tahun 1967.
Kebijakan ini tujuannya untuk menarik investasi asing untuk menciptakan
lapangan pekerjaan untuk penduduk Singapura. Kebijakan ini antara lain meliputi
pembebasan pajak yang berlaku untuk perusahaan-perusahaan yang memberikan
teknologi dan pemasukan bagi Singapura. Pajak yang dibebaskan bisa mencapai 15
tahun tergantung pada keuntungan yang diberikan perusahaan–perusahaan asing
tersebut. EDB (Economic Development Board) pada tahun 1968 diganti menjadi
Development Bank of Singapore (DBS) untuk menguasai area perindustrian seperti
Jurong Town Corporations.
Liberasi perdagangan awal yang dilakukan Singapura juga meliputi
pengurangan quota pada tahun 1967 kemudian digantikan dengan tarif. Dan tariff
Singapura pada tahun 1965-1967 tetap dianggap rendah bagi standar internasional
pada saat itu. Tarif perdagangan terus berjatuhan pada tahun 1970an.Liberalisasi
sektor perdagangan dan finansial sebenarnya sudah mulai memasuki tahap mapan
pada periode ini. Stategi orientasi ekspor yang dijalankan sebelumnya didukung
oleh penurunan tarif perdagangan pada tahun 1969 dan seterusnya. Pada periode
ini tantangan yang dihadapi Singapura adalah :
● Pasar
tenaga kerja yang ketat bersamaan dengan peningkatan tuntutan pada tingkat
gaji.
● Munculnya
negara-negara yang mempunyai tenaga kerja jauh lebih murah yang menjadi pesaing
bagi investasi MNCs. Kondisi ini dapat menggoyang ekonomi Singapura yang
mengutamakan sumber daya tenaga domestic sebagai daya tarik investasi asing
jangka panjang.
● Perlunya
resesi tahun 1985 yang membuat Singapura lebih berhati-hati dalam melakukan
liberalisasi.
● Suara
oposisi politik PAP tahun 1981 meningkatkan pertanyaan terhadap hegemoni PAP.
Periode ini diawali dengan kebijakan di sektor publik High wage policy tahun
1979. Walaupun perusahaan multinasional mulai meningkatkan aktivitas modalnya
di Singapura, tetapi kekhawatiran akan persaingan untuk pasar tenaga kerja domestik
meningkat. Ini disebabkan karena negara-negara berkembang lain yang mempunyai
tenaga kerja murah dan kemungkinan munculnya proteksi pasar dari negara-negara
maju. Maka dengan kebijakan High wage pemerintah meningkatkan motivasi
bagi pekerjanya untuk memperoleh gaji yang lebih tinggi bila mempunyai nilai
tambah seperti keahlian dan pengetahuan teknologi. Bagi sebagian kalanga
akademisi kebijakan ini menjadi salah satu faktor pemicu resesi tahun 1985.
Pemerintah mengarahkan kebijakan perdagangan singapura menuju ekspor barang
dan jasa yang mempunyai nilau tambah tinggi seperti teknologi dan keahlian.
Untuk itu Singapura membentuk national productivity board tahun 1981. Pada
bulan November 1990 Perdana Mentri Lee kuan Yew diganti oleh Goh Chok Tong.
Diharapkan pergantian kepemimpinan ini dapat memajukan status negara Singapura
baik dipandang dari sisi domestik atau eksternal. Segera setelah Goh Chok Tong
memegang jabatan PM, ia meluncurkan visinya dalam sebuah dokumen yang dikenal The
Next lap. Rencana ini adalah untuk segera membangun ekonomi Singapura dari
sebuah negara industri baru menjadi sebuah negara maju. Isi dari The Next
Lap dituangkan dalam SEP (Strategic Economic Plan) tahun 1990 mencakup 8
Strategi trust, antara lain :
1.
Memperkuat sumber daya manusia.
2.
Meningkatkan kerja-tim nasional
3.
Berorientasi internasional
4.
Menciptakan iklim kondusif bagi inovasi
5. Membangun
sektor jasa dan manufaktur
6. Mengutamakan
pembangunan ulang ekonomi
7. Menjaga
daya saing internasional dan
8.
Mengurangi kerawanan (vulnerability)
Liberalisasi perdagangan yang dilakukan Singapura sudah sampai tahap yang
matang. Misalnya antara tahun 1991-1994 tarif di Singapura sudah sangat rendah.
Pada tahun 1994 penurunan tarif mencapai dibawah anggka 5 %.27 Sehubungan
dengan hal itu penetrasi impor meningkat sangat tinggi ke Singapura.
sangat luar biasa
BalasHapusmantap
BalasHapus