Oleh :
Sri Faida Wulandari (0907198)
Suci Apratiwi (0906334)
Abdul Aziz (0906075)
Hindu, dalam bahasa Sanskerta, yaitu Sanatana
Dharma (Kebenaran Abadi) dan Vaidika-Dharma (Pengetahuan
Kebenaran). Secara etimologi bahasa Persia, kata Hindu berakar dari kata Sindhu
Dalam Reg Weda, bangsa
Arya
menyebut wilayah mereka sebagai Sapta
Sindhu (wilayah dengan tujuh sungai di barat daya anak benua India, yang salah satu sungai tersebut
bernama sungai Indus). Hal ini mendekati dengan kata Hapta-Hendu yang termuat dalam Zend
Avesta
sastra suci dari kaum Zoroaster di Iran. Pada awalnya kata Hindu merujuk
pada masyarakat yang hidup di wilayah sungai Sindhu. Hindu sendiri sebenarnya baru
terbentuk setelah Masehi ketika beberapa kitab dari Weda digenapi oleh para
brahmana. Pada zaman munculnya agama Buddha, agama Hindu sama sekali belum
muncul semuanya masih mengenal sebagai ajaran Weda.
Tidak seperti agama lain di
dunia, agama Hindu tidak mengklaim seorang pendiri agama saja, tidak menyembah
satu dewa saja, tidak menganut satu dogma saja, tidak meyakini satu filsafat
saja, tidak mengikuti satu macam ritual keagamaan saja. Memang, ia tidak muncul
untuk menampilkan satu macam ciri tradisional yang sempit. Agama Hindu mungkin
dapat digambarkan sebagai sebuah jalan kehidupan.
Perkembangan
Agama Hindu di India
Sebagai dampak dari masuknya bangsa Arya pada sekitar abad
2500 SM yang mendesak bangsa Dravida untuk hijrah Ke Dekkan, maka Bangsa ini
mengembangkan agama baru sebagai perkembangan agama sebelumnya. Agama
sebelumnya dari bangsa Arya terdiri atas penyembahan terhadap dewa-dewa seperti
penyambahan terhadap Dewa Cahaya atau Dewa Angkasa yang dianggap mereka berdiam
di kayangan. Sedangkan Dewa Zeus atau Dewa Yupitar dari bangsa Yunani yang
disebut sebagai Dyauspitar dianggap sebagai bapak langit. Kedudukan Dewa
Dyauspitar kemudian tergeser oleh Dewa Langit lain yang bernama Varuna, yaitu
Dewa pembuka cahaya dan penguasa alam semesta (Abu Su’ud,50:1988).
Bangsa Dravida sendiri pada
awalnya sudah memilki kepercayaan yaitu
memuja
roh nenek moyang. Dan pada akhirnya Dari
adanya dewa-dewa yang dipercaya oleh bangsa Arya tersebut maka disatukanlah dengan dewa-dewa
dari bangsa Dravida hingga lahirlah agama Hindu. Agama Hindu yang merupakan sinkretisme antara kebudayaan dan
kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Terjadi perpaduan antara budaya
Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu.
Dalam perkembangannya agama ini terdiri dari
beberapa fase yaitu Jaman
Weda, jaman Brahmana, dan jaman Upanisad.
Veda Sekitar 1.500 –
1.000 Sm
Fase veda ini telah dimulai sejak terdesaknya bangsa Dravida
yang lari ke Asia Selatan tepatnya di dataran tinggi Dekkan oleh bangsa Arya
yang mulai memasuki India pada sekitar 2500-1500 SM. Sejak saat itu pula
dikenal sistem kasta. Sistem ini juga menjadi inti dari ajaran Hindu itu
sendiri. Sistem kasta itu terdiri dari Ksatria, Brahmana, Waisya serta Sudra.
Ada satu lagi kasta yang dianggap paling buruk adalah kasta Paria. Kasta ini
ada untuk orang-orang yang dikeluarkan dari kasta karena membuat kesalahan
fatal dalam kastanya. Mereka hanya bisa kembali memasuki kasta setelah melakukan
upacara Vradyastoma.
Sistem kasta yang menjelaskan Sistem kemasyarakatan
yang tercipta dalam masyarakat Hindu itu , yaitu sebagai berikut:
1.
Brahmana, Kelompok brahmana ialah pemikir,
ahli filsafat dan para rohaniawan agama Hindu. (Su’ud,17:1988). Didalam masyarakat Hindu kaum brahamana ini bertugas mengurus soal
kehidupan keagamaan. Mereka adalah
orang yang paling mengerti mengenai seluk beluk agama
Hindu, karena kegiatan sehari-harinya hampir selalu dikaitkan dengan kegiatan
keagamaan selain itu ereka juga mempunyai
peranan yang sangat besar bagi berjalannya
pemerintahan, karena para brahman ini membimbing para warga dan
juga memberikan nasehat terhadap raja dalam menjalankan pemerintahannya.
Sehingga dalam uritan kasta ini para btahman menduduki posisi yang paling atas.
2.
Ksatria, Kaum elite dalam masyarakat beragama hindu terdiri dari kaum bangsawan
yang mengelola kekuasaan duniawi dalam arti mereka
adalah orang-orang yang berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara. Yang termasuk dalam golongan ini
adalah raja
beserta keluarganya, para
pejabat pemerintah,
dan para tentara.
3.
Waisya, kaum yang memiliki profesi sebagai para pedagang besar, para pemilik modal maupun para petani kaya yang mempunayi lahi pertanian yang
cukup luas. Walaupun berada dalam lapisan ketuga namun dalam golongan masyarakat biasa yang tergolong dalam golongan
sudra ini mereka memiliki peran yang
cukup penting. Karena mereka merupakan kaum
yang memberikan nafkah bagi sudra karena mereka ini memperkerjakan sudra
sebagai pekerja, buruh maupun budak. Selain itu para waisya ini merupakan
kekuatan sosial yang menguasai sektor ekonomi dalam hal produksi dan
distribusi.
4.
Sudra, biasanya masyarakat yang bermata pencaharian
sebagi petani
peternak, para pekerja, buruh, maupun budak, mereka ini adalah
para pekerja kasar. Mereka mempunyai banyak kewajiban terutama wajib kerja
tetapi keberadaannya kurang diperhatikan dan mereka yang berada dalam golongan ini
menmduduki kedudukan yang kurang terhormat dalam masyarakatnya.
Selain,
empat golongan tadi terdapat pula golongan yang berasa di luar kasta tersebut yang disebut dengan golongan Paria yang terdiri dari pengemis dan gelandangan.
Fase dalam Perkembangan Agama Hindu
Brahmana Sekitar
800 – 300 Sm
Fase Brahmana yaitu disusunnya
tata cara keagamaan dalam kitab suci agama Hindu yaitu Weda. Kitab ini
selanjutnya dibagi menjadi 4 bagian yaitu Reg Weda, Yajur Weda, Samma Wedda
serta Atharwa Weda. Reg Weda merupakan bentuk yang paling tua, yang terdiri dari
1028 lagu pujaan,dan sekarang terbagi dalam sepuluh buku (Su’ud, 1988).
1) Reg VedaReg Veda merupakan
bentuk yang paling tua, yang terdiri dari 1.028 lagu pujian dan sekarang
terbagi menjadi sepuluh buku. Berisi pemujaan terhadap bermacam-macam dewa dan
dimaksudkan untuk dibacakan oleh para hotri yang merupakan pendeta utama pada
upacara pengorbanan. (Su’ud, 1988).
Memiliki kitab Tandya Brahmana yang dikenal dengan nama Panca Wimsa,
memuat legenda kuna yang dikaitkan dengan upacara korban.
Sama weda terdiri dari ayat-ayat yang terdapat dalam Reg Weda yang
diatur dalam suatu bentuk himne untuk dipergunakan oleh para udagatri atau para
penyanyi lagu-lagu pujaan.( Su’ud,1988).
Memiliki beberapa buah kitab antara lain Taitirya Brahmana untuk
Yajur Vedahitam/Kresna
dan Yajur Veda Putih/Sukla.
Dalam yajur veda ini berbentuk prosa yang merupakan doa-doa yang
harus diucapkan pendeta yang melakukan pujaan.
Memiliki Gopatha Brahmana. Dimana didalam arharava veda ini terdapat
mantera-mantera dan rumus-rumus magis.
Perkembangan agama Hindu pada zaman Brahmana ditandai dengan
memusatkan keaktifan pada rohani dalam upacara korban. Sehingga kedudukan kaum
Brahmana mendapatkan perlindungan yang baik, karena dapat berpengaruh amat
besar. Hal ini terlihat pada masa pemerintahan dinasi Chandragupta Maurya
(322-298 sm) di kerajaan Magadha berkat bantuan Brahmana Canakya (Kautilya).
Fase Upanishad
Upanishad berasal dari kata Upa- nir- shad yang berarti duduk
bersimpuh di dekat sang guru. (Su’ud,59:1988). Ajaran dalam upanishad lebih
menekankan pada upaya seseorang manusia dalam membebaskan diri kesengsaraan
yang terjadi dalam hidupnya dengan cara pemahaman atas hakekat hidup. Para
pengikut ajaran ini tidak begitu mengutamakan mantra-mantra maupun pengorbanan
seperti yang dilakukan pada fase brahmana maupun weda. Karena ada kepercayaan
bahwa kebenaran maupun kejelekan itu semuanya larut dalam serapan btahman atau
jiwa perorangan. Karena itu upacara kurban dan ritual mistik mulai berkurang
namun ajaran moralaritas atau etika mulai meningkat. Dan kebanyakan orang
percaya ini sebagai kendaraan untuk mencapai sorga. Para cendekiawan mulai
penasaran melakukan penelitian kembali kitab suci Veda dan mengasilkan
kitab-kitab Upanishad dan memproklamirkan bahwa sebuah kebebasan dari terang
akal-budi bahwa ia mengetahui Tuhan, akan mencapai Tuhan dan ia sendiri adalah
Tuhan.
Dalam ajaran ini hambatan hidup dalam manusia itu adalah berupa
keterikatan dengan raga manusia yang dianggap sebagai suatu siksaan atau yang
dikenal dengan istilah samsara, diman hambatan itu terjadi karena adanya hukum
perbuatan yang disebut dengan hukum karma. Dan cara yang digunakan untuk
mempercepat pembebasan dari hukum karma ini adalah dengan cara yoga yang merupakan rentetan latihan
fisik dalam sikap tertentu yang berpadu dengan pengendalian pikiran.
Dalam ajaran upanishad ini pada hakikatnya Brahman dan Atman tidak berbeda, Brahman
adalah asas kosmis, sedangkan Atman adalah asas hidup manusia. Oleh karena
akikat Brahman sama dengan Atman maka sifat dari Atman adalah kekal dan abadi
dia tidak pernah terlahir atau mati. Akan tetapi karena Atman bersatu dengan
tubuh maka seolah-olah mengalami ia mengalami process kelahiran dan kematian
berulang-ulang artinya, setelah orang meninggal maka Atma-nya akan
berpindah kebadan yang lain, dan seterusnya.
Didalam kitab upanisad dijelaskan bahwa setelah orang meninggal maka
jiwanya akan pergi ke dunia nenek moyang melalui asap pembakaran. Perjalanan
itu terjadi ketika matahari bergerak dari arah selatan ke utara. Didunia nenek
moyang itulah perbuatan baik dan buruk dinikmati, setelah itu mereka akan
menjelma kembali. Penjelmaan ini akan terjadi berulang-ulang sesui dengan hukum
karma, sampai akhirnya Atma bersatu dengan Brahman atau Paramaatman.
Keadaan bersatu ini yang disebut dengan Moksa. Jadi pada zaman upanisad
ini ditafsirkan secara Jnana Kanda bahwa moksa itu tidak hanya dapat
dicapai dengan upakara yadnya, etika, tapa brata, dan meditasi tetapi juga
dengan pengetahuan mengenai Brahman). Oleh karena itu pada zaman ini
tidak lagi hanya berkiblat keluar diri, kealam semesta saja namun mencari
Brahman dalam diri sendiri melalui kosentrasi.
Maka dari itu munculah konsep reinkarnasi atau proses kelahiran kembali dan dimana
kelahiran sesorang setelah kematian itu ditentukan oleh perbuatannya selama
hidup, dipercayai bahwa jika orang tersenut hidup dalam keadaan yang baik maka
dia akan terlahir kembali menjadi mausia yang berada dalam posisi yang lebih
tinggi dibandingkan sebelimnya dan sebaliknya jika dia hidup sebagai orang jahat
maka ia akan terlahir kembali sebagai manusia yang hina dan rendah.
Sehingga dalam ajaran ini dapat dikatakan bahwa Tuhan tidak memiliki wujud
tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan menyatu
pada setiap ciptaannya dan mengatakan bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa
wujud tertentu.
Fase Purana
Zaman purana menandai
terjadinya evolusi Hindu di India, yaitu munculnya berbagai macam mazhab atau
sekte. Meskipun demikian agama Purana mewarisi konsep-konsep keagamaan dari
zaman Brahmana. Keduanya sama-sama menekankan praktik agama yang penuh dengan
upacara. Agama Brahmana dan agama Purana mementingkan upacara yajna sebagai
jalan untuk mencapai moksa. Hal ini diuraikan secara teliti dan mendalam dalam
kitab Mimamsasutra. Ajaran yang mengajarkan pentingnya kedudukan yajna (Karma
kandha) dalam agama Hindu ini dikembangkan dan diajarkan oleh para rshi pada zaman
ini. Dengan pelopor-pelopornya antara lain, Rshi Prabhakaran, Rshi Kumarila
Batta, dan masih banyak lagi. Ajaran ini rupanya mendapat sambutan yang luas di
kalangan umat Hindu. Agama Hindu yang berdasarkan yajna, sebagaimana muncul
sejak zaman Weda, Brahmana, dan Purana ini umumnya disebut Hindu ortodoks atau
agama Brahmana-Smarta. Ajaran inilah yang menjadi agama rakyat India hingga
akhir zaman Purana (sekitar 700 Masehi).
Akhir zaman Purana ditandai dengan
terjadinya kekacauan di antara umat Hindu, akibat pertentangan yang hebat
antara satu mazhab dengan mazhab yang lainnya. Setiap mazhab membenarkan
prinsip-prinsip kepercayaan dan ajaran dari mazhab mereka sendiri dan
menyalahkan kebenaran dari mazhab yang lain. Hal-hal yang dipertentangkan
terutama mengenai ajaran Ahimsa. Di samping itu, juga mengenai upacara yajna,
kurban binatang, vegetarian dan non-vegetarian, dan hal-hal prinsip lainnya.
Pertentangan itu semakin memanas dan memuncak pada akhir zaman Purana. Selain
itu, pertentangan antara pemeluk agama Hindu dan agama Buddha juga terus
berlangsung.
Sekte-Sekte Agama Hindu Di India
Pemujaan pada Dewa Wisnu: Satu-satunya aliran yang mendapatkan kemajuan sehingga bisa
berkembang dengan pesat terutama pada masa Gupta yaitu vaisnava atau aliran
yang memuja dewa wisnu sebagai dewa utama. Dan dalam menjalankan fungsinya
sebagai dewa pemelihara jagat raya, wisnu mempunyai kemampuan untuk menjelma
kedalam berbagai makhluk. Akibatnya Wisnu disembah dalam wujud penjelmaannya
atau avatarnya.
Pemujaan pada Dewa Siwa: Pemujaan pada dewa siwa
menggambarkan Siwa sebagai maha pertapa dan sebagai pelindung para petapa.
Menurut para penganutnya siwa juga melakukan penjelmaan tertentu yang nampaknya
meniru aliran wisnu. Kecenderungan pendekatan diantara kedua aliran ini
terlihat nyata dalam perpaduan bentuk penjelmaan Harihara. Tokoh ini merupakan
gabungan dari gelar hari bagi wisnu dan hara bagi Siwa. Pemujaan ini banyak dilakukan di daerah
Deccan terutama pada masa Vijayanegara.
Pemujaan pada Sakti: Pemujaan terhadap para dewa
perempuan yang nampaknya berkembang disepanjang waktu di india, yang bermula
pada masa kebudayaan Harrapa dilembah sungai Indus. Pemujaan itu merupakan
kelangsungan dari rasa ketergantungan mereka terhadap dewi kesuburan karena
ketergantungan mereka pada tanah pertanian.
Sekte Brahma : sebagai pencipta yang menurunkan Sekte Agni, Sekte Rudra,
Sekte Yama, dan Sekte Indra. Sekte adalah jalan untuk mencapai tujuan hidup
menurut Agama Hindu, yaitu moksha (kembali kepada Tuhan), dan pemeluk Hindu
dipersilahkan memilih sendiri aliran yang mana menurutnya yang paling
baik/bagus.
Kemunduran Agama Hindu Abad Ke 6 Sm Di India
Pada
abad 6 SM terjadi proses penbaharuan dalam bidang keagamaan yang terus
berkembang dan berkelanjutan. Hal ini terjadi karena mereka ingin bebas dari
dominasi para brahman. Dua ajaran yang muncul pada masa itu adalah jainisme dan
budhisme. Kedua ajaran ini pada dasarnya tidak menolak keberadaan dewa-dewa
karena itu banyak orang yang mudah masuk kedalam ajaran ini karena tanpa harus
meninggalkan kepercayaan pada dewa-dewa, kan tetapi dalam ajaran budhisme dapat
dikatakan anti kasta yang ada dalam masyarakat hindu. Tentu saja hal ini
disambut baik oleh para kaum yang merasa di diskrimimnasi oleh kasta.
SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
BalasHapusDEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI KANJENG DIMAS DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KIYAI KANJENG DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....
…TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…
**** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..
…=>AKI KANJENG<=…
>>>085-320-279-333<<<
SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI KANJENG DIMAS DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KIYAI KANJENG DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....
…TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…
**** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..
…=>AKI KANJENG<=…
>>>085-320-279-333<<<