Kamis, 14 Juni 2012

China Masa Dinasti Han


 Oleh :
F. Abdullah Azzam
Shinta Oktapianti
Rhai Dwi

Abstraksi
Dinasti Han merupakan dinasti yang unik, karena dinasti ini di pertengahan masa berdirinya sempat di jatuhkan oleh dinasti Xin. Tetapi dengan jatuhnya han ditangan dinasti Xin ini tidak menyebabkan dinasti han benar-benar jatuh. Hanya beberapa tahun, dinasti Han bisa berdiri kembali dan membuat dinasti han baru yaitu Han timur.
Sejarah dinasti han pun cukup panjang. Banyak aspek mendukung sejarah dinasti han. Salah satunya adalah politik dan kekuasaan yang ada di dinasti han. Banyak kebijakan-kebijakan politik yang unik menurut kami. Sehingga dengan latar belakang di atas, kami mencoba untuk mengangkat sejarah politik dan kekuasaan China pada masa dinasti han. Sejarah yang unik ini menjadikan kami tergugah untuk membuat sebuah makalah yang berjudul “China Masa Dinasti Han”.

A.    Kondisi Politik Dinasti Han Pada Masa Pemerintahan Kaisar Liu Bang
Pada tahun 202 SM , Liu Bang berhasil mengalahkan Xiang Yu serta mengangkat dirinya sebagai kaisar baru dengan gelar Han Gaodi (206 – 195 SM). Dinastinya dinamakan Han , seturut nama kerajaan yang dulu diberikan Xiang Yu padanya. Meskipun demikian, buku-buku sejarah tetap mencantumkan bahwa Dinasti Han didirikan pada tahun 206 SM, yakni saat Liu Bang diangkat sebagai raja muda Han oleh Xiang Yu. Tugas pertama yang harus diemban Liu Bang adalah memulihkan persatuan negara, yakni mengembalikan provinsi dan kerajaan yang memberontak ke dalam naungan pemerintah pusat.
Untuk memperkokoh persatuan ini, ia mengganti para gubernur dan penguasa setempat dengan saudara atau putra-putranya sendiri. Para ahli membagi periodasi Dinasti Han menjadi dua, yakni Han Barat yang beribukota di Chang-an dan Han Timur yang beribukota di Luoyang. Dinasti Han ini sempat terputus sejenak oleh kudeta atau perebutan kekuasaan oleh seorang menteri bernama Wang Mang, dimana ia mendirikan Dinasti Xin (9-25) yang tidak berumur panjang. Namun, Kaisar Han Guangwu (25-57), yang juga terkenal dengan sebutan Guang Wudi, berhasil membangkitkan kembali Dinasti Han. Inilah sebabnya mengapa kurun waktu pemerintahan Dinasti Han dibagi menjadi dua periode sebagaimana yang telah diungkapkan diatas, yakni : masa sebelum pemberontakan Wang Mang yang disebut Han Barat dan sesudahnya yang dinamakan Han Timur.

B.     Kondisi Politik Dinasti Han Setelah Masa Pemerintahan Kaisar Liu Bang
Gaodi terbunuh pada tahun 195 SM oleh tembakan anak panah musuhnya. Selama enam belas tahun berikutnya, pemerintahan dikendalikan oleh janda Liu Bang yang bernama Ratu Lu Hou. Ia membunuh empat putra Gaodi yang lainnya beserta ibu mereka masing-masing. Tindak-tanduk sang ratu janda ini menimbulkan ketakutan dalam diri Huidi (195-188 SM), yang merupakan putra dan pengganti Gaodi, sehingga akhirnya membiarkan dirinya tenggelam dibawah bayang-bayang pengaruh ibunya itu. Ketika Huidi meninggal tanpa pengganti, ratu janda menempatkan dua orang kaisar boneka yang masih bayi (putra selir-selir Huidi), masing-masing bernama Shaodi Kong serta Shaodi Hong, secara berturut-turut ke atas tahta dan menjadi wali bagi mereka. Dengan demikian, kekuasaan yang sebenarnya berada di tangan Ratu Lu sendiri.
Huidi yang merupakan seorang kaisar dengan kepribadian lemah menyebarluaskan penghormatan terhadap leluhur serta mendirikan kuil-kuil penghormatan terhadap ayahnya di seluruh wilayah negeri. Meskipun berada di balik bayang-bayang pengaruh ibunya, ia masih berinisiatif untuk meringankan hukuman-hukuman berat yang diberlakukan semasa dinasti Qin. Ketika ibu suri Lu wafat pada tahun 180 SM, sanak keluarganya berusaha untuk merebut tahta, namun tiga putra Gaodi yang masih hidup menggagalkan usaha itu dan membantai seluruh keluarga Lu. Tampilnya ibu suri Lu ke dalam pemerintahan ini memperlihatkan kelemahan Dinasti Han, di mana wanita diberi kesempatan untuk bermain di belakang layar dalam kancah perpolitikkan negara. Begitu memperoleh peluang ini, seorang ratu atau selir raja dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kekuasaan keluarganya sendiri dengan jalan menempatkan mereka pada jabatan-jabatan tinggi dan posisi strategis. Dengan demikian wafatnya sang ratu merupakan ancaman bagi kekuasaan mereka, sehingga untuk melanggengkannya kudeta adalah satu-satunya pilihan. Ini tentu saja menimbulkan perseteruan tak habis-habisnya di istana.






C.    Kondisi Politik Pada Masa Dinasti Han Timur
Di tahun 25, Liu Xiu, sebagai keturunan dari Han Barat, mengalahkan Wang Mang dan mendirikan kembali dinasti Han dan dipindahkan ke bagian timur dengan Luo Yang sebagai pusat pemerintahan.
Dinasti Han banyak mengadopsi struktur pemerintahan dan administrasi dari Dinasti Qin, namun juga memodifikasi dengan adanya desentralisasi kekuasaan. Dinasti Han memberdayakan vasal-vasal yang tersebar, untuk kenyamanan  politik. Han juga memperbaiki beragam peraturan keras dari dinasti sebelumnya. Konfusianisme menjadi ideologi resmi, tanpa menafikan Qin, kini seolah menjadi agama resmi Dinasti Han.
Jika dibanding dengan Han Barat, bagian Timur ini dianggap lebih otoriter. Kekaisaran Guang Wu mereformasi kebijakan- kebijakan yang telah dibuat oleh Wang Mang sebelumnya. Ia ‘menggoncangkan’ birokrasi dan membuat 6 kementerian untuk mengendalikan hubungan serta memperlemah kekuatan dari Sangong (Taiwei, Situ dan Sikong). Di samping itu, Kekaisaran Guang Wu, Ming dan Zhang begitu pandai dalam mengurus negara dan membangun hubungan dengan rakyatnya, maka dari itu, kesejahteraan lebih meingkat daripada masa Han Barat. Dan periode ini disebut Guang Wu Zhong Xing.
Kesejahteraan Han Timur dirasakan saat pertengahan seratus tahun pertama. Setelah periode Guang Wu, Ming dan Zhang, Dinasti Han mendapat kembali kesejahteraannya. Secara keseluruhan, pertumbuhan dalam sektor ekonomi, keilmuan dan kebudayaan dapat melebihi apa yang pernah didapat oleh Dinasti Han Barat.
Selain itu, hubungan luar negeri Han Timur pun lebih sukses dibanding Han Barat. Ban Chao. Seorang diplomat dari Han Timur, yang pernah lama tinggal di daerah barat,  mampu mengambil alih setidaknya 50 wilayah menjadi kekuasan Han Timur dari Han Barat. Dan untuk menjaga keamanan dan perdamaian, Han Timur menjalin persahabatan dengan Hun Selatan, dan etnis Qiang pun Jepang dan Korea. Misalnya saja, pada tahun 57, Jepang mengirimkan duta ke Cina, dan pada jaman Guang Wu, mempersembahkan ukiran emas yang bertulis “King Wonu of Han”. Dan ini menjadi saksi betapa antara Cina dan Jepang sungguhnya punya hubungan yang baik.



Kesimpulan
Sebagai salah satu dinasti terbesar dalam perjalanan sejarang bangsa Cina, Han sedikit banyak mempengaruhi sendi- sendi peradaban, baik pada sisi politik, kebudayaan, dan lainnya. Dan dalam setiap perjalanan sebuah kekuasaan, akan selalu ada suksesi kepemimpinan, baik dengan halus maupun kasar. Dinasti Han telah membuktikan hal ini.
Kemelorotan adidaya Han runtuh oleh beberapa sebab. Yang jelas, doktrin T’En Ming yang terlampau kuat, justru menempatkan bangsa Cina pada ketidakberdayaan suksesi kepemimpinan yang baik dan kontinu.

Daftar Pustaka
Wiriatmadja, R dan Wildan D (2003). Sejarah Peradaban Cina: Analisis filosofis –historis dan sosio-antropologis. Bandung: Humaniora
Taniputera, Ivan. (2010). History Of China. Ar-ruzz Media : Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar