Oleh :
F. Abdullah Azzam
Shinta Oktapianti
Rhai Dwi
Abstraksi
Dinasti
Han merupakan dinasti yang unik, karena dinasti ini di pertengahan masa
berdirinya sempat di jatuhkan oleh dinasti Xin. Tetapi dengan jatuhnya han
ditangan dinasti Xin ini tidak menyebabkan dinasti han benar-benar jatuh. Hanya
beberapa tahun, dinasti Han bisa berdiri kembali dan membuat dinasti han baru
yaitu Han timur.
Sejarah
dinasti han pun cukup panjang. Banyak aspek mendukung sejarah dinasti han.
Salah satunya adalah politik dan kekuasaan yang ada di dinasti han. Banyak
kebijakan-kebijakan politik yang unik menurut kami. Sehingga dengan latar
belakang di atas, kami mencoba untuk mengangkat sejarah politik dan kekuasaan
China pada masa dinasti han. Sejarah yang unik ini menjadikan kami tergugah
untuk membuat sebuah makalah yang berjudul “China Masa Dinasti Han”.
A.
Kondisi Politik Dinasti Han Pada Masa Pemerintahan Kaisar
Liu Bang
Pada tahun 202 SM , Liu Bang
berhasil mengalahkan Xiang Yu serta mengangkat dirinya sebagai kaisar baru
dengan gelar Han Gaodi (206 – 195 SM). Dinastinya dinamakan Han , seturut nama
kerajaan yang dulu diberikan Xiang Yu padanya. Meskipun demikian, buku-buku
sejarah tetap mencantumkan bahwa Dinasti Han didirikan pada tahun 206 SM, yakni
saat Liu Bang diangkat sebagai raja muda Han oleh Xiang Yu. Tugas pertama yang
harus diemban Liu Bang adalah memulihkan persatuan negara, yakni mengembalikan
provinsi dan kerajaan yang memberontak ke dalam naungan pemerintah pusat.
Untuk memperkokoh persatuan ini, ia
mengganti para gubernur dan penguasa setempat dengan saudara atau
putra-putranya sendiri. Para ahli membagi periodasi Dinasti Han menjadi dua,
yakni Han Barat yang beribukota di Chang-an
dan Han Timur yang beribukota di Luoyang. Dinasti Han ini sempat terputus
sejenak oleh kudeta atau perebutan kekuasaan oleh seorang menteri bernama Wang Mang, dimana ia
mendirikan Dinasti Xin (9-25) yang tidak berumur panjang. Namun, Kaisar Han
Guangwu (25-57), yang juga terkenal dengan sebutan Guang Wudi, berhasil
membangkitkan kembali Dinasti Han. Inilah sebabnya mengapa kurun waktu pemerintahan
Dinasti Han dibagi menjadi dua periode sebagaimana yang telah diungkapkan
diatas, yakni : masa sebelum pemberontakan Wang Mang yang disebut Han Barat dan
sesudahnya yang dinamakan Han Timur.
B.
Kondisi Politik Dinasti
Han Setelah Masa Pemerintahan Kaisar Liu
Bang
Gaodi terbunuh pada tahun 195 SM
oleh tembakan anak panah musuhnya. Selama enam belas tahun berikutnya,
pemerintahan dikendalikan oleh janda Liu Bang yang bernama Ratu Lu Hou. Ia
membunuh empat putra Gaodi yang lainnya beserta ibu mereka masing-masing.
Tindak-tanduk sang ratu janda ini menimbulkan ketakutan dalam diri Huidi
(195-188 SM), yang merupakan putra dan pengganti Gaodi, sehingga akhirnya
membiarkan dirinya tenggelam dibawah bayang-bayang pengaruh ibunya itu. Ketika
Huidi meninggal tanpa pengganti, ratu janda menempatkan dua orang kaisar boneka
yang masih bayi (putra selir-selir Huidi), masing-masing bernama Shaodi Kong
serta Shaodi Hong, secara berturut-turut ke atas tahta dan menjadi wali bagi
mereka. Dengan demikian, kekuasaan yang sebenarnya berada di tangan Ratu Lu sendiri.
Huidi yang merupakan seorang kaisar
dengan kepribadian lemah menyebarluaskan penghormatan terhadap leluhur serta
mendirikan kuil-kuil penghormatan terhadap ayahnya di seluruh wilayah negeri. Meskipun
berada di balik bayang-bayang pengaruh ibunya, ia masih berinisiatif untuk
meringankan hukuman-hukuman berat yang diberlakukan semasa dinasti Qin. Ketika
ibu suri Lu wafat pada tahun 180 SM, sanak
keluarganya berusaha untuk merebut tahta, namun tiga putra Gaodi yang masih
hidup menggagalkan usaha itu dan membantai seluruh keluarga Lu. Tampilnya ibu suri Lu ke dalam pemerintahan ini memperlihatkan
kelemahan Dinasti Han, di mana wanita diberi kesempatan untuk bermain di
belakang layar dalam kancah perpolitikkan negara. Begitu memperoleh peluang
ini, seorang ratu atau selir raja dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan
kekuasaan keluarganya sendiri dengan jalan menempatkan mereka pada
jabatan-jabatan tinggi dan posisi strategis. Dengan demikian wafatnya sang ratu
merupakan ancaman bagi kekuasaan mereka, sehingga untuk melanggengkannya kudeta
adalah satu-satunya pilihan. Ini tentu saja menimbulkan perseteruan tak
habis-habisnya di istana.
C.
Kondisi Politik Pada Masa Dinasti Han Timur
Di
tahun 25, Liu Xiu, sebagai keturunan dari Han Barat, mengalahkan Wang Mang dan
mendirikan kembali dinasti Han dan dipindahkan ke bagian timur dengan Luo Yang
sebagai pusat pemerintahan.
Dinasti
Han banyak mengadopsi struktur pemerintahan dan administrasi dari Dinasti Qin,
namun juga memodifikasi dengan adanya desentralisasi kekuasaan. Dinasti Han
memberdayakan vasal-vasal yang tersebar, untuk kenyamanan politik. Han juga memperbaiki beragam
peraturan keras dari dinasti sebelumnya. Konfusianisme menjadi ideologi resmi,
tanpa menafikan Qin, kini seolah menjadi agama resmi Dinasti Han.
Jika
dibanding dengan Han Barat, bagian Timur ini dianggap lebih otoriter.
Kekaisaran Guang Wu mereformasi kebijakan- kebijakan yang telah dibuat oleh
Wang Mang sebelumnya. Ia ‘menggoncangkan’ birokrasi dan membuat 6 kementerian
untuk mengendalikan hubungan serta memperlemah kekuatan dari Sangong (Taiwei,
Situ dan Sikong). Di samping itu, Kekaisaran Guang Wu, Ming dan Zhang begitu
pandai dalam mengurus negara dan membangun hubungan dengan rakyatnya, maka dari
itu, kesejahteraan lebih meingkat daripada masa Han Barat. Dan periode ini
disebut Guang Wu Zhong Xing.
Kesejahteraan
Han Timur dirasakan saat pertengahan seratus tahun pertama. Setelah periode
Guang Wu, Ming dan Zhang, Dinasti Han mendapat kembali kesejahteraannya. Secara
keseluruhan, pertumbuhan dalam sektor ekonomi, keilmuan dan kebudayaan dapat
melebihi apa yang pernah didapat oleh Dinasti Han Barat.
Selain
itu, hubungan luar negeri Han Timur pun lebih sukses dibanding Han Barat. Ban
Chao. Seorang diplomat dari Han Timur, yang pernah lama tinggal di daerah
barat, mampu mengambil alih setidaknya
50 wilayah menjadi kekuasan Han Timur dari Han Barat. Dan untuk menjaga
keamanan dan perdamaian, Han Timur menjalin persahabatan dengan Hun Selatan,
dan etnis Qiang pun Jepang dan Korea. Misalnya saja, pada tahun 57, Jepang
mengirimkan duta ke Cina, dan pada jaman Guang Wu, mempersembahkan ukiran emas
yang bertulis “King Wonu of Han”. Dan ini menjadi saksi betapa antara Cina dan
Jepang sungguhnya punya hubungan yang baik.
Kesimpulan
Sebagai salah satu dinasti terbesar
dalam perjalanan sejarang bangsa Cina, Han sedikit banyak mempengaruhi sendi-
sendi peradaban, baik pada sisi politik, kebudayaan, dan lainnya. Dan dalam
setiap perjalanan sebuah kekuasaan, akan selalu ada suksesi kepemimpinan, baik
dengan halus maupun kasar. Dinasti Han telah membuktikan hal ini.
Kemelorotan adidaya Han runtuh oleh
beberapa sebab. Yang jelas, doktrin T’En Ming yang terlampau kuat, justru
menempatkan bangsa Cina pada ketidakberdayaan suksesi kepemimpinan yang baik
dan kontinu.
Daftar
Pustaka
Wiriatmadja, R dan Wildan D (2003).
Sejarah Peradaban Cina: Analisis
filosofis –historis dan sosio-antropologis. Bandung: Humaniora
Taniputera, Ivan. (2010). History Of
China. Ar-ruzz Media : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar