Oleh:
Rizki
Achirudin
Putri
Permata Sakti
Taufik
Hidayat
Abstraksi
Era Tokugawa merupakan era penyatuan Jepang yang diawali oleh naiknya
Tokugawa Ieyasu sebagai Shogun. Era ini membawa Jepang menutup diri (isolasi)
dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke Restorasi
Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya.
Pendahuluan
Jepang merupakan salah
satu negara di kawasan Asia Timur yang patut diperhitungkan. Dengan
kehebatannya dalam memadukan tradisi dan modernisasi, menjadikan Jepang sebagai
bangsa yang maju. Dalam periodisasi sejarahnya, Jepang terbagi ke dalam 4
babak, yaitu zaman prasejarah, zaman klasik, zaman pertengahan, dan zaman modern.
Zaman pertengahan Jepang ditandai dengan bangkitnya kelompok penguasa yang
terdiri dari para ksatria (Samurai). Pada zaman ini juga merupakan zaman
feodalisme yang ditandai dengan perebutan kekuasaan antar kelompok penguasa yang terdiri dari samurai. Pemerintahan di Jepang pada zaman pertengahan dikenal dengan
pemerintahan bakufu (Shogun). Shogun berasal dari kata Sei I TaiShogun yang
berarti panglima pasukan ekspedisi melawan orang biadab. Pemerintahan Shogun
merupakan pemerintahan militer. Jadi di Jepang saat itu terdapat dua sistem
pemerintahan, yaitu pemerintahan sakral yang dipimpin oleh Tenno sebagai
bangsawan istana (Kuge) dan penguasa politik secara nyata yang dipimpin oleh
para Shogun (bangsawan Buke). Masa pemerintahan bakufu (Shogun) di Jepang
terbagi ke dalam tiga, yaitu yang berpusat di Kamakura (1185-1333), yang
berpusat di Muromachi/Kyoto (1333/1573), dan yang berpusat di Edo/Tokyo
(1603-1867).
Shogun sebenarnya mulai dikenal
sejak zaman Nara (710-794) dan zaman Heian (794-1185), akan tetapi
jabatan Shogun pada Zaman Nara dan Heian tidaklah memiliki kekuasaan penuh
sebagaimana Zaman Kamakura hingga Zaman Edo (era Tokugawa), Shogun Zaman
Nara/Heian hanya bertindak sebagai jenderal perang. Selain itu jabatan Shogun
pada Zaman Nara/Heian masih dipegang secara bebas tanpa melihat keturunan.
Barulah sejak Zaman Kamakura (1192-1333) jabatan Shogun hanya diperuntukkan
keturunan klan Minamoto dan memiliki kekuasaan penuh pemerintahan dengan kaisar
bertindak hanya sebagai simbol.
Kemunculan
Rezim Shogun Tokugawa
Kemunculan Shogun
Tokugawa yaitu ketika Tokugawa Ieyasu berhasil memenangkan pertempuran
Sekigahara. Ketika Toyotomi Hideyoshi wafat, ada perebutan kekuasaan antara
pihak yang dipimpin oleh Tokugawa Ieyasu melawan pihak Ishida Mitsunari.
Pertempuran dimenangkan oleh Tokugawa Ieyasu yang memuluskan jalan menuju
terbentuknya Shogun Tokugawa. Tokugawa Ieyasu berhasil merebut kekuasaan
pemerintah pusat . Keberhasilan lebih yang diperoleh Tokugawa Ieyasu adalah
keberhasilan diangkat sebagai Shogun oleh kaisar pada tahun 1603. Tokugawa
Ieyasu merupakan Shogun pertama sekaligus pendiri Shogun Tokugawa.
Daftar Klan
Tokugawa antara lain:
1. Tokugawa
Ieyasu (1543-1616), berkuasa : 1603-
1605
2. Tokugawa
Hidetada ( 1579-1632), berkuasa :
1605-1623
3. Tokugawa
Iemitsu ( 1604-1651), berkuasa
:1632-1651
4. Tokugawa
Ietsuna (1641-1680),bekuasa : 1651-1680
5. Tokugawa
Tsunayoshi (1646-1709), berkuasa :
1680-1709
6. Tokugawa Ienobu (1662-1712), berkuasa : 1709-1712
7. Tokugawa Ietsugu (1709-1716), berkuasa : 1713-1716
8. Tokugawa
Yoshimune (1684-1751), berkuasa :
1716-1745
9. Tokugawa
Ieshige (1711-1761), berkuasa :
1745-1760
10. Tokugawa
Ieharu (1737-1786), berkuasa :
1787-1837
11. Tokugawa
Ienari ( 1773-1841 ),berkuasa
:1787-1837
12. Tokugawa
Ieyoshi (1793-1853), berkuasa :
1837-1853
13. Tokugawa
Iesada (1824-1858), berkuasa :
1853-1858
14. Tokugawa
Iemochi (1846-1866), berkuasa :
1858-1866
15. Tokugawa Yoshinobu (Keiki) (1837-1913), berkuasa : 1867-1868
Kehidupan Pada Masa Shogun Tokugawa
a.
Struktur Sosial Masyarakat
Rakyat Jepang dibagi-bagi menurut sistem kelas, berdasarkan pembagian
kelas yang diciptakan Toyotomi Hideyoshi. Kelas samurai berada di hirarki
paling atas, diikuti petani, pengrajin dan pedagang. Pemberontakan sering
terjadi akibat pembagian kelas yang kaku dan tidak memungkinkan orang untuk
berpindah kelas. Pajak yang dikenakan pada petani selalu berjumlah tetap dengan
tidak memperhitungkan inflasi. Samurai yang menguasai tanah harus menanggung
akibatnya, karena jumlah pajak yang berhasil dikumpulkan semakin hari nilainya
semakin berkurang. Perselisihan soal pajak sering menyulut pertikaian antara
petani kaya dan kalangan samurai yang terhormat tapi kurang makmur. Pertikaian
sering memicu kerusuhan lokal hingga pemberontakan berskala besar yang umumnya
dapat segera dipadamkan.
b. Perkembangan
Sosial Budaya
Sejak
pemeritahan Letshuna, bakufu mulai melonggarkan cara pemerintahan militer yang ketat untuk lebih memberi tekanan pada usaha
pendidikan dan kebudayaan karena landasan bakufu telah aman dan perlu
pengendalian terhadap para daimyo. Selama zaman administrasi birokrasi,
industri domestik memperlihatkan perkembangannya dan produksi bertambah dengan
cepat. Perhubungan juga mengalami perbaikan, peredaran bahan-bahan konsumsi
menjadi lancar dan perdagangan juga bertambah maju. Pada
puncak kemakmurannya, Edo merupakan kota yang terbesar di antara kota
istana dan di perkirakan mempunyai penduduk satu juta orang. Dengan hal ini
kemakmuran ekonomi, ilmu pengetahuan,
kesastraan, dan kesenian maju dengan pesat.Kemajuan juga tercapai dalam
penelitian sejarah Jepang, yang membawa pendekatanbaru terhadap studi
Mithe-Mithe. Dalam bidang kesusastraan timbul banyak sastra yangbersumber pada
kehidupan kelas pedagang. Dalam bidang kesenian aliran Kano menjadi sumber
pelukis-pelukis resmi bagi lembaga Shogun.
c. Sistem
Politik
Sistem politik
feodal Jepang di zaman Edo disebut Bakuhan Taisei, baku dalam” bakuhan” berarti
“tenda” yang merupakan singkatan dari bakufu (pemerintahan militer keShogunan).
Dalam sistem Bakuhan Taisei, daimyo menguasai daerah-daerah yang disebut Han
dan membagi-bagikan tanah kepada pengikutnya. Sebagai imbalannya, pengikut
daimyo berjanji untuk setia dan mendukung daimyo secara militer. Kekuasaan
pemerintah pusat berada di tangan Shogun di Edo dan daimyo ditunjuk sebagai
kepala pemerintahan daerah. Daimyo memimpin propinsi sebagai daerah yang
berdaulat dan berhak menentukan sendiri sistem pemerintahan, sistem perpajakan,
dan kebijakkan dalam negeriKeturunan keluarga Tokugawa disebar sebagai daimyo
di seluruh pelosok Jepang untuk mengawasi daimyo lain agar tetap setia dan
tidak bersekongkol melawan Shogun.
Feodalisme Edo
telah muncul dari sistem hirarki yang berstruktur ganda menjadi yang
berstruktur tunggal, yang berakar dalam suatu hubungan pengawasan oleh atasan
dan pemberian kompensasi kepada orang bawahan dalam bentuk penghasilan dari
produksi desa (Ishii, 1988). Tokugawa Ieyasu mengeluarkan kebijakan shihai yang
artinya pengawasan dan fujo yang artinya bantuan. Fujo merupakan suatu istilah
yang diberikan untuk melukiskan tanah yang dihadiahkan oleh para atasan kepada
para bawahan. Selain adanya kebijakan fujo, hubungan antara pemimpin dan
pembantu dilakukan dengan sistem pengawasan (shihai) yang bersifat hierarkis
dan massal dalam kalangan kaum militer. Puncak kekuasaan dipegang oleh shogun,
yaitu dari keluarga Tokugawa yang sedang memerintah. Di bawahnya terdapat
pembantu langsung shogun yang dinamakan kashin. Di antara kashin tersebut
antara lain daimyo, hatamoto, gokenin, dan koke. Hubungan di dalam sistem
keshogunan terjalin secara hierarkis dan mengandung unsur feodalisme yang kuat.
Feodalisme termanifestasi dalam bentuk penghormatan yang besar terhadap
pemimpin.
d.
Sistem Politik Luar Negeri
Pada masa Tokugawa,
Jepang menjalankan politik isolasi atau politik sakoku. Politik sakoku adalah
kebijakan penutupan negara dimana Orang Jepang dilarang pergi ke luar negeri dan
Orang dari negara lain yang pada umumnya adalah pedagang lintas negara
dilokalisasi di sebuah pulau buatan manusia bernama Dejima yang terletak di
Teluk Nagasaki, dan itu pun dengan pembatasan yang sangat ketat. Hanya Belanda,
China, Korea dan Ryukyu (sekarang Okinawa) yang diizinkan melakukan hubungan
dagang dengan Jepang. Masalah agama yang
banyak dianggap sebagai latar belakang penutupan negara sebenarnya bukanlah
faktor utama penyebab terjadinya Sakoku. Kekhawatiran akan imperialisme Eropa
juga merupakan faktor yang menentukan. Ketika pemerintah
mengambil kebijakan untuk menutup negara maka pemerintah justru mempunyai
kesempatan yang besar untuk memperbaiki pola pikir masyarakat. Dapat dikatakan
bahwa masa Sakoku adalah masa Jepang menjadi kepompong. Dalam masa Sakoku
masyarakat Jepang banyak belajar memahamai bangsanya sendiri dan bangsa lain.
Negara yang tertutup menghasilkan kondisi yang kondusif untuk membangun
nasionalisme masyarakat, bahkan pada saat itu materi tentang nasionalisme
dimasukkan dalam sistem pendidikan (Kokugaku). Untuk mengimbangi
keterasingan dari dunia luar, agar tidak tertinggal dalam bidang ilmu
pengetahuan, masyarakat Jepang tetap mempelajari ilmu – ilmu sains, terutama
yang berasal dari Belanda (rangaku). Materi ini juga dimasukkan dalam sistem
pendidikan. Namun, kebijakan pemerintah yang hanya mengizinkan Belanda untuk
tinggal di Dejima, tanpa masuk wilayah Jepang membuat masyarakat lebih objektif
dalam menerima ilmu – ilmu dari Belanda tersebut. Pembelajaran terhadap sains
Eropa dengan metode struktural seperti ini adalah upaya pemerintah agar
masyarakat tidak terkontaminasi budaya Barat dan dapat tetap menjunjung tinggi
tradisi Jepang.
Keruntuhan Shogun Tokugawa
a.
Timbulnya
Pemikiran Anti Bakufu dan Anti Feodal
Munculnya pemikiran
anti bakufu dan anti feodal muncul setelah beberapa golongan terutama dari
golongan pendukung Shintoisme Suika yang mendesak pembubaran bakufu dan
pengembalian kekuasaan pemerintahan kepada kaisar. Pendorong munculnya beberapa
protes terhadap sistem feodalisme Bakufu tidak terlepas dari perkembangna ilmu
pengetahuan di Jepang. Intelektualisme memunculkan sikap perbandingan antata
sistem kekaisaran mutlak dengan sistem feodalisme militer Bakufu. Hal tersebut
akhirnya membangkitkan semangat loyalitas kepada raja dan menolak sistem
keshogunan, terutama sistem feodalismenya. Salah satu gerakan awal
intelektualisme di Jepang adalah munculnya gerakan Mito yang memberi pengkajian
terhadap kepribadian asli Jepang. Tokoh dari gerakan ini antara lain Fujita
Yo-Koku dan anaknya yang bernama Fujita Toko, dan Aizawa Seisjisai.
b. Merosotnya Feodalisme
Han dan Desa
Kebijakan fujo berupa
pemberian tanah untuk pertanian menemui kemandekan ketika terjadi stagnasi
produksi pertanian di tengah tingkat konsumsi yang semakin meningkat. Ekonomi
uang yang semakin meningkat mengakibatkan kemerosotan swasembada beras di
pedesaan. Hal itu diperparah dengan tuntutan kenaikan pemasukan oleh para
daimyo yang terlilit hutang dengan menaikan pajak.
Hubungan pemimpin dan
pembantu menemui kerenggangan ketika semangat militeristik para samurai mulai pudar. Sekian lama berada dalam keadaan
damai dan mengurusi kepentingan sipil membuat semangat loyalitas militer mulai
melenceng. Lambat laun mereka menyukai
kedudukan sipil. Kecemburuan sosial terjadi antara pemimpin dan pembantu ketika
beberapa golongan rendah mulai merasa ada ketidakadilan dengan sistem fief
daimyo yang turun temurun.
c. Keadaan di dalam Han
Han yang lebih terfokus
ke desa merasakan krisis yang amat buruk sebagai dampak dari tumbuhnya ekonomi
uang serta ekonomi barang dagangan. Hal tersebut tidak dibarengi daya beli yang
cukup sebagai akibat stagnansi produksi serta tuntutan para daimyo yang semakin
meningkat.
d. Pemiskinan Golongan
Militer dan Keberhasilan Para Pedagang
Di tengah krisis, para
daimyo sangat bergantung kepada kucuran dana pinjaman para saudagar, mereka
akhirnya membuat suatu konsesi dengan memberikan hak istimewa kepada para
saudagar. Hak istimewa tersebut antara
lain pemberian status kepada para saudagar sebaga samurai. Pemberian hak istimewa
kepada para saudagar membuat para saudagar lebih leluasa dalam berbisnis. Namun
dibalik itu, para saudagar tetap berusaha agar sistem feodalisme tidak runtuh
karena kesuksesan mereka sangat bergantung kepada sistem tersebut.
e. Penggolongan dalam Tubuh
Kelas Petani
Perekonomian desa yang
identik dengan perekonomian pertanian menemui kekacauan ketika krisis ekonomi
global di Jepang melanda pedesaan. Krisis ekonomi tersebut mendorong beberapa
petani miskin untuk menjual tanahnya kepada petani besar sehingga kesenjangan
di desa semakin tajam dengan adanya petani kaya dengan petani miskin. dampak
terhadap kekuasaan feodal adalah berkurangnya sokongan desa terhadap pusat
pemerintahan feodal.
Kesimpulan
Keshogunan
Tokugawa muncul setelah terjadi perpecahan antar daimyo di Jepang. Hideyoshi
Toyotomi berhasil menguasai keadaan dengan dibantu oleh Tokugawa Ieyasu.
Wafatnya Hideyoshi Toyotomi pada 1598 membuka peluang bagi Tokugawa Ieyasu
untuk menggantikan posisi Hideyoshi Toyotomi. Tokugawa Ieyasu berhasil menjadi
shogun pada 1603.
Kebijakan
politik pada masa Tokugawa terkenal dengan dua kebijakan penting yakni
kebijakan shihai dan fujo. Shihai adalah kebijakan pengawasan terhadap para
pejabat keshogunan dari mulai yang atas hingga ke bawah. Pengawasan didasarkan
pada prinsip pemimpin dan pembantu. Kebijakn kedua adalah kebijkaan fujo yaotu
kebijakan pemberian bantuan kepada beberapa pejabat.
Kehancuran
keshogunan Tokugawa akhirnya menemui titik temu ketika dua kebijakan yang
tadinnya berjalan sehat menemui kebuntuan hingga menghasilkan masalah serius.
Pengawasan yang tidak berjalan berdampak pada banyaknya para daimyo yang lebih
bersikap sipil daripada militeris. Sedangkan
keselewengan dari sistem fujo adalah dengan adanya kesenjangna di
pedesaan sebagai dampai ekonomi global yang melilit desa.
Daftar Pustaka
Ishii,
Ryosuke. (1988). Sejarah Institusi
Politik Jepang. Jakarta : PT. Gramedia.
Yukichi,
Fukuzawa. (1985). Jepang di antara
feodalisme dan modernisme. Jakarta : PT. Pantja Simpati
Mangandaralam,
Syahbuddin. (1987). Mengenal Dari Dekat
Jepang Negara Matahari Terbit. Bandung: Remadja Karya.
Rosidi,
Ajip. (1981). Mengenal Jepang. Jakarta:
Pusat Kebudayaan Jepang.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut