Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keimanan dan ketakwaan manusia. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, tentu saja sangat membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak dengan keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya tentu saja adalah pembangunan pendidikan.
Fenomena globalisasi yang telah mengubah sedemikian rupa pola perdagangan dunia, informasi dan komunikasi, serta hubungan perekonomian pada abad ini, membawa pengaruh perubahan yang sama di bidang pendidikan. Terjadinya era globalisasi memberi dampak ganda, dampak yang menguntungkan dan dampak yang merugikan.
Dampak yang menguntungkan adalah memberi kesempatan kerjasama yang seluas-luasnya kepada negara-negara asing. Tetapi di sisi lain, jika kita tidak mampu bersaing dengan mereka karena sumber daya manusia (SDM) yang lemah, maka konsekuensinya akan berdampak merugikan bagi bangsa kita.
Oleh karena itu, globalisasi akan mendatangkan tantangan tersendiri bagi pembangunan pendidikan di Indonesia. Pada era ini, kemandirian sangat mutlak diperlukan dalam menentukan arah perjalanan sebuah negara. Dalam kaitan ini, Indonesia harus mereformasi pendidikan yang hingga hari ini belum mampu membangkitkan bangsa Indonesia dari ketertinggalannya dibanding bangsa-bangsa lain.
Merujuk pada teori dependensi, bahwa satu-satunya jalan bagi negara satelit seperti Indonesia untuk dapat terlepas dari ketergantungannya terhadap negara sentral adalah dengan cara mandiri. Dan modal awalnya adalah dengan membangun pendidikan. Karena pendidikan adalah dasar utama dalam membangun kompetensi individu-individu, sehingga menentukan tingkat kemajuan, efisiensi dan kualitas bangsa untuk dapat memenangi persaingan di era global yang ketat ini. Dalam menghadapi perubahan yang cepat dan sangat besar dalam tantangan pasar bebas, pendidikan darus melahirkan manusia-manusia yang berdaya saing tinggi dan tangguh.
Kemampuan bersaing pendidikan Indonesia saat ini masih sangat lemah, bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara dekat yang terbilang masih berkembang seperti Malaysia, Thailand dan Filipina. Bahkan Malaysia kini mampu memulihkan kondisi ekonominya tanpa perlu mengandalkan bantuan IMF. Sumber daya manusia yang semakin kuat mengantarkan negara-negara ini pada kemajuan pesat dalam upaya keluar dari krisis yang hampir sama dengan yang dialami bangsa kita. Hal ini menunjukan bahwa sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi bangsa, sumber daya manusia (SDM) di negara kita harus terus diperbaiki, dan jalan utamanya adalah melalui pendidikan.
Jika pendidikan dibangun secara utuh, maka nantinya pendidikanlah yang akan membangun masyarakat secara luas. Masyarakat yang terberdayakan oleh sistem pendidikan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam konteks persaingan global. Konsekuensinya, pendidikan harus dirancang sebagai suatu usaha dan proses pemberdayaan yang benar-benar disadari secara kolektif, baik oleh individu, keluarga, masyarakat, terlebih oleh pemerintah, karena ini adalah investasi masa depan bangsa.
Dengan demikian, pendidikan memegang peranan penting dan strategis dalam menghasilkan SDM yang akan membangun bangsa ini. Namun sikap ini tidak berarti mengecilkan peran sektor lain dalam pembangunan bangsa. Saat ini dan juga waktu yang akan datang, keberadaan sumber daya manusia yang bermutu dalam arti luas akan semakin dibutuhkan bagi pembangunan bangsa.
Kualitas SDM yang diiringi moralitas dan integritas kebangsaan yang kuat: tidak korup, jujur, kreatif, antisipatif dan memiliki visi ke depan diasumsikan akan mempercepat pembangunan bangsa dan keluar dari krisis yang berlarut-larut, serta tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan global.
Tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara telah mengalami pergeseran seiring datangnya globalisasi. Maka masyarakat harus pandai membangun sikap dan menjawab tantangan. Semangat nasionalisme dan kesemestaan harus dapat membawa kemajuan bangsa.
Seperti pada teori Modernisasi Baru, bahwa aspek yang berkenaan dengan tradisi tidak dipandang sebagai penghambat pembangunan. Hal ini justru dipandang sebagai faktor positif, sehingga tidak mempertentangkan dengan tajam antara nilai-nilai tradisional dan modern. Moral dan karakter suatu bangsa adalah modal kuat untuk bisa mencapai ke-modern-an tanpa harus meninggalkan nilai-nilai tradisional. Yang terpenting adalah dapat mengembangkan dan memadukan hal-hal positif yang bersifat modern atau kesemestaan, dengan didasari oleh nilai-nilai tradisional atau nasionalisme sebagai landasan dalam membangun bangsa yang maju dan berkarakter, dalam bidang apapun.
Jangan biarkan semangat modernisasi dan kencangnya arus glonalisasi menjadikan bangsa ini tercabik dan terinveksi oleh virus globalisasi negatif. Begitupun sebaliknya, jangan sampai alasan mempertahankan tradisionalisme yang berlebihan menjadikan bangsa ini tidak mau berkembang dan maju.
Memegang kuat identitas bangsa, menjaga nilai-nilai kehidupan, dan patuh terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah modal utama dari integritas dan loyalitas bangsa kita, ini harus dipertahankan dan diperkuat. Sedangkan kemampuan komparatif dan kompetitif adalah bentuk usaha yang harus dikembangan untuk mencapai kemajuan bangsa. Keduanya adalah penting.
Semua itu, sekali lagi, memerlukan peran signifikan dan antisipasi pendidikan. Apakah pendidikan kita mampu mengakomodasi dan memberikan solusi dalam memajukan dan memenangkan kompetisi global yang keras dan ketat. Serta apakah mampu mencegah, terutama bagi para penerus agar tidak terbelenggu bahkan terlena dalam lingkaran globalisasi tanpa upaya meningkatkan kualitas dirinya untuk ikut membangun bangsa.
Oleh: Maya Nurhasni (Pend. Sejarah UPI)
Referensi
Garna, Y. K. (1999). Teori Sosial dan Pembangunan Indonesia: Suatu Kajian melalui Diskusi. Bandung: Primaco Academika.
Oleh: Maya Nurhasni (Pend. Sejarah UPI)
Garna, Y. K. (1999). Teori Sosial dan Pembangunan Indonesia: Suatu Kajian melalui Diskusi. Bandung: Primaco Academika.
Suwarsono, dan
Alvin Y.So. (2006). Perubahan Sosial dan
Pembangunan. Jakarta: LP3ES.
Sa’ud, U.Syefudin, dan Abin S.Makmun. (2009). PERENCANAAN PENDIDIKAN Suatu Kajian Komprehensif. Bandung: Program
Pascasarjana UPI dan PT. Remaja Rosdakarya.
Abidin, M. Zainal. (2010). Ketahanan Nasional dalam Era Globalisasi. [Online] Tersedia: http://www.masbied.com/2010/02/20/ketahanan-nasional-dalam-era-globalisasi. [November 2011].
Arief, Armai. Tantangan Pendidikan Di Era Globalisasi. [Online] Tersedia: http://www.fai.umj.ac.id/index.php . [Desember 2011].
Budiwati, Neti. (2009). Kontribusi Pendidikan Terhadap
Pembangunan . [Online] Tersedia: http://netibudiwati.blogspot.com/2009/04/kontribusi-pendidikan-terhadap.html. [Desember 2011].
Pembahas : Rani Anggia Puspita
BalasHapusNIM : 09066899
Dalam artikel di atas, penyaji menjelaskan bahwa pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. Menurut saya, pendidikan adalah upaya yang dilakukan untuk mengembangkan potensi seoseorang dengan proses belajar agar ia bisa memiliki keterampilan bagi dirinya maupun masyarakat. Pendidikan sangat penting bagi seorang manusia, karena pendidikan dibutuhkan seumur hidup. Bahkan sejak dari bayi, manusia selayaknya sudah mendapatkan pendidikan, dengan mengajarkan anaknya banyak hal. Ketika beranjak dewasa, manusia biasanya menjalani pendidikan formal seperti di sekolah hingga kuliah.
Saya sepakat dengan penyaji bahwa globalisasi itu berwajah ganda, mempunyai dampak positif dan negative. Dampak positif atau yang menguntungkan dari globalisasi adalah bahwa Indonesia bisa bekerja sama dengan Negara lainnya, selain itu saya juga menambahkan bahwa dengan globalisasi ini, kita dapat dengan cepat mengetahui informasi terbaru yang ada di luar dengan cepat. Namun, dampak negatifnya adalah jika sumber daya manusia Indonesia yang tidak siap dengan hal ini, maka tidak akan mampu bersaing dengan Negara lain. Selain itu, bila globalisasi tidak mampu disaring sesuai dengan kepribadian bangsa kita, akan menghasilkan istilah lain yang disebut sebagai westernisasi. Westernisasi sering disebut sebagai gaya hidup kebarat-baratan. Biasanya diikuti anak muda atau remaja yang notabennya masih bersekolah. Dapat dimaklumi apabali para remaja mencontoh hal-hal baik dari barat seperti sikap-sikap orang barat yang ulet dalam bekerja dan demokrasi. Namun kebanyakan remaja kita mencontoh yang buruk-buruknya seperti gaya pakaian yang minim yang tidak sesuai dengan adat timur, sangat konsumtif terhadap produk luar negeri, pola hidup bebas seperti free sex dan mabok serta atheis atau tidak percaya kepada Tuhan.
Maka, sangat rawan bila westernisasi ini diikuti remaja, karena remaja adalah generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan pembangunan Negara kita. Bila para remajanya saja sudah senang ikut gaya kebarat-baratan, maka bagaimana bisa meneruskan permbangunan bangsa? Maka upaya yang dapat dilakukan dalam menekan arus globalisasi yang akan memberikan dampak buruknya terhadap pembangunan di Indonesia dapat dilakukan dengan cara memberikan pendidikan moral atau pendidikan karakter, seperti yang ditulis oleh penyaji. Selain itu, dengan menanamkan jiwa nasionalisme pada para peserta didik, agar mereka terhindar dari weternisasi. Menurut saya, penanaman jiwa nasionalisme harus selalu dijelaskan walaupun tidak luas oleh pengajar ketika melakukan pembelajaran di kelasnya. Selain itu, mata pelajaran sejarah juga dapat menumbuhkan dan memperkuat jiwa nasonalisme para peserta didik, karena banyak sejarah tentang perjuangan dari para pahlawan yang akan memotivasi siswa untuk melanjutkan pembangunan Negara Indonesia. Lalu dalam mata pelajaran pendidikan agama juga akan memberikan kontribusi. Karena dengan pendidikan yang berbasis agama, para peserta didik akan senantiasa memikirkan Tuhan. Ketika memikirkan agama dan Tuhan, maka mereka akan mengingat mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang dilarang Tuhan. Spirit Quotient (SQ) juga dibutuhkan selain Emotional Quotient (EQ) dan Intelligence Quotient (IQ). Dengan penanaman pendidikan berbasis SQ, maka dijamin, tindakan KKN atau korupsi serta perbuatan jahil-jahil yang merugikan pembangunan Indonesia akan musnah. Dengan demikian, pembangunan Indonesia akan berkembang dengan modal utama pendidikan yang baik walaupun diterjang arus globalisasi yang tinggi.