Minggu, 08 November 2015

sosbang

Pertumbuhan Perekonomian Jerman Paska Jerman Bersatu
Nama  : Neni Nadia F
Nim     : 1105546
Sebagai negara yang kalah dalam perang dunia, situasi dalam negeri jerman mengalami krisis ekonomi yang sangat hebat, situasi ekonomi yang sangat labil, insflasi melonjak, dimana-mana penganguran bertambah banyak. Sementara itu, selain tidak bisa mengatasi masalah ekonomi, pemerintah juga tidak mampu membayar utang ganti rugi perang kepada pihak sekutu.
Ketidak mampuan pemerintah Jerman mengatasi krisis ekonomi mengakibatkan rakyat tidak lagi mempercayai pemerintah sehingga mendorong timbulnya partai-partai baru yang bersifat lebih keras seperti partai Spartacis (komunis), partai sosial Demokrat dan Partai Nasional sosialis. Partai terakhir disebut National Sozialistische Deutsche Arbeiter Partei atau NAZI yang dipimpin oleh adolf Hitler. Kesengsaraan rakyat menurut Hitler diakibatkan karena kalah perang. Orang komunis dan yahudi disebut sebagai pengacau ekonomi Jerman.  Dalam bukunya, Mein Kampf (Perjuanganku), Hitler menyatakan bahwa dunia akan baik jika dipimpin oleh orang-orang Jerman sebab orang Jerman ditakdirkan untuk menguasai negara-negara lain. Hitler bercita-cita melaksanakan pemerintahan yang lebensraum (memperluas ruang hidup). (Djaja, Wahyudi: 193).
Mengenai pendapat Hitler yaitu dunia akan baik jika dipimpin oleh orang Jerman yang merupakan pendapat bangsa Eropa dimana bangsa Eropa beranggapan bahwa mereka adalah Bangsa yang terkuat dan bangsa yang lainnya adalah dibawah mereka. Maka dilihat dari pendapat tersebut mereka termasuk sebagai kaum Fasis, dimana kaum fasis ini sangat mengutamakan dan mengagungkan perang dan disiplin militer. Selain itu negara fasis mengembangkan perasaan nasionalisme yang sangat berlebihan (ultranasionalisme dan chauvinisme) disertai dengan semangat heroisme di kalangan masyarakat luas. Oleh sebab itu negara-negara fasis sangat agresif. Hal ini merupakan salah satu penyebab pecahnya Perang Dunia II.
Pada peristiwa Perang Dunia II Jerman kalah oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Soviet dengan mengalahkan kekuasaan NAZI. Pada kekalahannya itu dibuat sebuah perjanjian yang bernama perjanjian Yalta dan Potsdam. Dimana isi perjanjian itu membagi dua wilayah Jerman, yaitu Jerman di Timur oleh Uni Soviet sedangkan Jerman Barat oleh As, Inggris dan Prancis. Keempat negara itu masing-masing menangani Jerman dan Berlin. Karena posisi timur dan barat yang berseberangan, pada 1949 Uni Soviet memberi dukungannya untuk membentuk sosialis Jerman Timur. Sementara AS, Inggris, Prancis, mengendalikan wilayah Jerman Barat dan menerapkan sistem demokrasi.
Dalam hal ini Amerika Serikat memberikan bantuan kepada Jerman Barat paska Perang Dunia II melalui program “Marshal Plan”. Bantuan rekonstruksi pembangunan yang dilakukan oleh Amerika Serikat, diharapkan agar Jerman Barat kelak dapat melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat, baik dari segi sosial budaya, ekonomi, dan politik. Begitu juga dengan Uni Soviet yang memberikan bantuan pada Jerman Timur. Namun dalam hal ini terjadi ketimpangan antara pembangunan ekonomi antara Jerman Barat yang menganut ideologi kapitalis-liberal sedangkan Jerman Timur yang menganut komunisme. Jerman barat yang lebih baju dan berkembang ketimbang Jerman Timur. Sehingga pada tahun 1955 sekutu melepaskan negara Jerman Barat yang dianggap sudah mampu berdiri sendiri ini. Akbitanya tercatat pada tahun 1949-1961 sekitar 120.000 orang penduduk Jerman Timur berusaha menyebrangi perbatasan dan masuk ke wilayah Jerman Barat. Pemerintah Jerman Timur akhirnya mendirikan tembok yang memanjang mengelilingi kota Berlin Barat sepanjang 160 km dan kemudian tembok tersebut diberi nama tembok Berlin.  Setelah 40 tahun terpecah, tak terhitung banyaknya keluarga  yang terpisah akibat pembagian wilayah tersebut, dan pada saat itu, perekonomian Jerman Timur sudah di ambang kehancuran, dan sulit untuk bertahan.
Setelah tembok Berlin hancur maka rakyat menganggap robohnya Tembok Berlin sebagai lambang hilangnya batas antara Jerman Timur dan Barat. Maka kedua wilayah terebut bersatu kembali dan untuk memulihkan ekonomi negara Jerman. Cara pertama yang dapat dilakukan oleh pemerintahan Jerman yang baru bersatu adalah “Perjanjian Mata Uang, Ekonomi, dan Kesejahteraan Setelah Reunifikasi” yang ditanda tangani oleh kedua pemerintahan pada 18 Mei 1990, yang intinya adalah menggantikan mata uang Mark Jerman Timur dengan Mark Jerman Barat, mengembalikan perekonomian Jerman Timur ke dalam jalur perekonomian Jerman Barat, dan mulai berlaku pada 1 Juli 1990.
Laporan Departeman Dalam Negeri Jerman dalam peringatan 20 tahun Jerman bersatu pada tahun 2010 menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian ekonomi dan pembangunan pada wilayah bekas Jerman Timur “Sejak 1990 sampai dengan sekarang telah tercapai banyak hasil menggembirakan yang sulit dipercaya.” Ia melimpahkan jasa ini pada rakyat, yang telah menorehkan catatan sejarah reformasi yang belum pernah ada ini dengan keyakinan dan tekad di hati. “Selama 20 tahun terakhir, adalah prestasi dan hasil sejarah yang tercipta berkat seluruh rakyat Jerman”.
Laporan reunifikasi menyebutkan, rata-rata GNP warga bekas Jerman Timur yang hanya 9.751 euro pada 1991, telah meningkat menjadi 19.500 euro pada 2009, atau mencapai 2 kali lipat dari sebelumnya. Sementara indeks bersama Jerman Barat pada 1991 sebesar 24.872 euro, sampai 2009 meningkat menjadi 27.929 euro, atau meningkat sebesar 12%. (Rata – rata GNP China pada 2009 hanya 3.711 dolar AS, atau sekitar 2.855 euro). Jika dibandingkan antara periode yang sama, pada 1991 rata-rata GNP warga Jerman Timur hanya 2/5 dari GNP Jerman Barat, sementara pada 2009 sudah mencapai lebih dari 2/3 dari GNP warga Jerman Barat.
Bersatunya kembali Jerman Barat dan Jerman Timur sangat dirasakan sebagai sebuah hadiah bagi kehidupan masyarakat Jerman Timur karena dapat terlepas dari sistem pemerintahan yang sosialis pada saat itu, dan memulai kehidupan yang demokrasi bersama – sama dengan Jerman Barat. Kehidupan masyarakat Jerman Timur dalam bidang perekonomian mengalami peningkatan tidak seperti pada saat Jerman Timur terpisah dari Jerman Barat.
Dalam era globalisasi, Globalisasi telah mengubah wajah perekonomian Jerman. Seiring bergulirnya globalisasi, Perusahaan-perusahaan Jerman yang didukung oleh pemerintah Schröder, menata kembali kebijakan ekonominya. Dengan politik pengaturan upah dan waktu kerja yang lebih fleksibel diharapkan Jerman siap bersaing di bursa saham internasional. Tak hanya itu, wajah-wajah internasional mewarnai wajah anggota dewan direksi beberapa perusahaan Jerman.
Dilihat dari perkembangan perekonomian Jerman dapat dikaitkan dengan teori Depedensi baru kenapa demikian karena suatu negara berkembang tergantu pada negara satelit (negara maju), karena pertumbuhan perekonomian yang di alami pasca Jerman bersatu sangat tergantung para Ekspor luar negeri. Menurut Teori Dependensi baru negara Dunia Ketiga tidak lagi hanya semata bergantung pada asing, tetapi sebagai aktor yang aktif yang secara cerdik berusaha untuk bekerja sama dengan modal domestik dan modal internasional. Konsep ini dapat menjelaskan sekalipun dalam era globalisasi wajah lain dari kapitalisme internasional telah melakukan penetrasi kultural ke segala mata angin dunia, maka seharusnya ekspresi kebudayaan dunia akan bermuka tunggal dalam satu kontrol. [Dikutip: https://sambelalab.wordpress.com/2010/11/10/pertumbuhan-ekonomi-jerman-paska-jerman-bersatu-2/]. Jerman juga tidak hanya tergantung kepada negara sentral tetapi Jerman juga mampu membangun pertumbuhan ekonominya sendiri dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkan dinegaranya.

Sumber:
Djaja, Wahyudi. 2012. Sejarah Eropa. Yogyakarta: Ombak
Soeratman, Darsiti. 1964. Sejarah Afrika. Yogyakarta: Ombak
Firdaus, Rahmat. 2013. Perekonomian Jerman Pasca Perang Dunia II. Tersedia: [online]. http://sukmazaman.blogspot.co.id/2013/01/perekonomian-jerman-pasca-perang-dunia.html
Nuraeni, Cahya. 2011. Pertumbuhan Ekonomi Jerman pasca Jerman Bersatu. Tersedia; [online]. https://sambelalab.wordpress.com/2010/11/10/pertumbuhan-ekonomi-jerman-paska-jerman-bersatu-2/


PEKEMBANGAN EKONOMI JERMAN
Tri wulansari
1005891
Pada tahun 1920 pasca perang dunia I Jerman dilanda kesulitan ekonomi dan struktur kenegaraannya yang tidak stabil, saat itu Jerman bukanlah negara kekaisaran melainkan negara Republik. Pada masa transisi ini Jerman mengalami inflasi yang dasyat dan menjadi pengalaman sejarah tak terlupakan.
Jerman adalah negara yang perekonomiannya stabil, namun karena ambisinya menjadi penguasa dan terjun kedalam peperangan, keuangan Jerman menjadi terguncang, oleh karena perang itu didanai dari pinjaman. Pada awalnya Jerman dapat memenangkan perang sehingga segala utangnya akan dibiayai negara yang kalah, akan tetapi hasilnya justeru sebaliknya, alhasil Jerman harus membayar pinjaman dana perang tersebut, dan ditambah lagi Jerman harus mengikuti keinginan negara pemenang untuk membenahi pemerintahannya menjadi negara demokratik, serta harus membayar semua kerusakan yang amat berat akibat peperangan.
Pada pertengahan 1920-an ekonomi Jerman pulih dan inflasi mulai berkurang. Pemerintahan Weimar yang berkuasa berhasil menyelesaikan masalah pergantian kerugian perang dengan meminjam uang dari Amerika Serikat Pemerintahan Weimar mulai membayar utangnya 1/3 dari ahsil besi, batu bara, dan komoditas lainnya, serta kenaikan tarif pajak. Akan tetapi pemerintahan Weimar menolak pembayaran sisanya, sehingga Perancis dan Belgia menduduki Ruhr sebagai jantung industri Jerman. Kondisi ini mengakibatkan ekonomi Jerman makin terpuruk. Jerman akhirnya menyerah dan menyetujui ke perjanjian awal, akibatnya timbul money creation mata uang Mark yang menjadikan nilainya jatuh, dan harga-harga mulai naik tak terkendali, maka hiper inflasi tak terelakkan lagi.
Selain itu, ada sejumlah rakyat Jerman yang tidak setuju dan menyebut peristiwa ini sebagai "kemerosotan Weimar." Mereka bergabung dengan kelompok nonpolitik seperti Wandervogel yang menyerukan untuk kembali ke cara hidup lama yang lebih sederhana. Nazi memanfaatkannya dan ikut mensosialisasikan gerakan untuk kembali ke nilai lama ini
Pada waktu itu sepotong roti yang sewajarnya berharga 160 Mark berubah menjadi 1.500.000 Mark. Kehidupan di Jerman makin remuk redam dan berdampak pada sosial politik Jerman. Pada tahun 1923 partai NAZI melakukan kudeta, kemudian utang pinjaman dihapuskan sehingga penyandang dananya jadi gigit jari. Pada tahun ini tak ada lagi uang pensiun, bagi pensiunan. Pada musim gugur 1923 kehancuran Jerman semakin lengkap karena nilai mata uangnya tak bernilai lagi.
Pada tahun 1930-an, Jermah jatuh bangkrut. Harga produk pertanian dunia yang jatuh mengakibatkan kemiskinan, jatuhnya Wall Street mengakibatkan kemerosotan ekonomi di seluruh dunia, ditambah lagi dengan datangnya tagihan utang dari Amerika Serikat yang semakin menekan persediaan devisa Jerman. Tahun 1931 angka pengangguran di Jerman meningkat hingga 5 juta orang. Pengangguran hidup dengan susah payah di perkotaan ketika Jerman menjadi negara dengan perekonomian paling buruk di dunia. Keadaan semakin buruk ketika lima bank utama di Jerman hancur pada tahun 1931 menyebabkan lebih dari 20.000 perusahaan Jerman gulung tikar.
Tanpa diduga, dalam krisis ekonomi itu, suara untuk Nazi meningkat. orang-orang mulai tertarik dengan prinsip mereka: "Versailes adalah kejahatan dan Yahudi berada dibelakangnya. Marxisme harus dihancurkan dan Bangsa Jerman harus lahir kembali." Bahkan karena sedemikian bosannya dengan keadaan ekonomi, orang-orang pedesaan yang belum pernah mendengar tentang Hitler dan partainya ikut memilih Nazi. Seperti misalnya di kota terpencil di wilayah Prusia Timur, Neidenburg, terjadi peningkatan suara yang sangat drastis untuk Nazi. Pada tahun 1928, Nazi mendapat 2.3% suara di sini. Namun pada tahun 1930 dukungan yang mereka dapatkan melonjak ke angka 25.8%; padahal Hitler tak pernah berkunjung ke sana dan tak ada perwakilan partai Nazi di kota itu. Tapi bukan hanya Nazi yang mulai naik daun, komunis juga mulai mendapat dukungan sehingga demokrasi yang baru lahir di Jerman mulai terancam karena para pemilih terdorong ke titik ekstrem; antara Nazi dan Komunis. Pertikaian mulai terjadi, Nazi dan Pasukan Badainya (SA) dengan Komunis.
Pada pertengahan tahun 1931-an, Jerman kembali bangkit di bawah kepemimpinan Hitler. Saat itu, Nazi dengan menteri ekonominya, Hjalmar Horace Greeley Schacht, berhasil menghapus pengangguran di Jerman dengan menciptakan berbagai proyek yang menyerap banyak tenaga kerja seperti proyek pembangunan Autobahn dan proyek persenjataan-kembali militer Jerman. Nazi juga menambah anggaran militer pada tahun pertama kekuasaan mereka sampai-sampai militer tidak mampu menghabiskan seluruh biaya yang dianggarkan. Proyek-proyek tersebut membawa Jerman ke dalam keadaan tenaga kerja penuh. Rakyat mendapat pekerjaan dan penghasilan sehingga mereka dapat membeli makanan. Persenjataan-kembali juga menghapus rasa malu rakyat Jerman karena telah menyerah di Perang Dunia I.
Pada tahun 1935, Inggris, yang ketika itu merasa bersalah karena telah memaksakan Perjanjian Versailes yang memberatkan rakyat Jerman, membuat perjanjian baru dengan Hitler. Dalam perjanjian itu, Hitler diperbolehkan membangun angkatan lautnya melebihi batas yang diizinkan dalam Perjanjian Versailes. Hitler yang ingin memantapkan hubungannya dengan Inggris kemudian mengirim Joachim von Ribbentrop pada musim panas tahun 1936 untuk mengupayakan terciptanya aliansi antara Inggris dengan Jerman. Sayangnya, Joachim von Ribbentrop gagal membuat kesepakatan di Inggris; bukan karena Inggris tidak mau beraliansi dengan Jerman, melainkan karena orang Inggris menganggap Nazi mengirimkan orang yang terlalu sombong. Ribbentrop membuat kesalahan fatal dengan memberikan salut Nazi (dengan mengangkat tangan kanan) kepada Raja Inggris George VI.
Pada tahun 1936, rakyat Jerman menganggap negara mereka telah berubah menjadi negara yang lebih baik di tangan Hitler setelah ia memerintahkan pasukan Jerman untuk memasuki kembali wilayah Jerman yang sempat lepas akibat perjanjian Versailes, Rheinland. Selain Rhineland, Hitler juga memerintahkan pasukannya untuk memasuki wilayah dengan penduduk berbahasa jerman lainnya, Austria, pada tanggal 15 Maret 1938. Di kedua wilayah itu, pasukan Jerman disambut hangat dan meriah. Lebih jauh lagi, rakyat Jerman melihat tindakan pengambilan-kembali Rhineland dan Austria itu sebagai salah satu isyarat bahwa negara mereka mulai mendapatkan kembali kekuatan dan harga dirinya. Sepulangnya ke Jerman, Hitler disambut gegap gempita sebagai seorang pahlawan bangsa Jerman.
Bila dilihat dari teori dependesi modern, yang menyatakan bahwa suatu Negara berkembang yang tergantung dari berbagai segi pada Negara satelit (Negara maju), namun dalam teori ini tidak sepenuhnya memiliki ketergantungan pada negara satelit. Seperti halnya pasca Perang Dunia II, tergantung pada Negara pemenang perang dalam hal rekontruksi pembangunan pasca perang dengan masing-masing sistem kebijakan ekonomi yang diberlakukan oleh kedua Negara pemenang perang tersebut.


Sumber :
George Ritzer & Douglas J. Goodman (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana.
Firdaus, Rahmat. 2013. Perekonomian Jerman Pasca Perang Dunia II. Tersedia: [online]
  http://prillia.wordpress.com/2007/05/24/keajaiban-ekonomi-jerman-barat/ Diunduh, pada : minggu, tanggal 1 November 2015
 http://id.wikipedia.org/wiki/Jerm an#Demografi/ Diunduh, pada :minggu, tanggal 1 November 2015  
  http://ryoma-seigaku.blogspot.com/2011/05dampak-perang-dunia-ii.html Diunduh, Pada senin tanggal 2 November 2015 

1 komentar:

  1. The Article are written by author are very informative and have a unique idea to share. Thanks for sharing this Information with us.
    We provide English Speaking Course OnlineEnglish Speaking Course in Gurgaon at very reasonable price with 100% Success rate by AIBEDUCATION.

    BalasHapus