Jumat, 06 November 2015

PEMBANGUNAN EKONOMI DI NEGARA MATAHARI TERBIT



Pembangunan di Negara Matahari Terbit Pasca Perang Dunia
Oleh: Sheni Asrianti
NIM: 1202823

Ketika mendengar nama Jepang, apa yang ada di benak anda tentang Negara yang dijuluki matahari terbit ini? Manga, Cosplay, J-Pop, Samurai, Ramen? Memang tidak salah menyatakan bahwa Jepang terkenal dengan hal-hal yang telah disebutkan di atas. Negara kekaisaran ini menjadi salah satu Negara yang disegani di dunia, terutama dalam hal pembangunan. Produk-produk otomotif, obat-obatan, alat komunikasi buatan Jepang tersebar luas di berbagai Negara (Vogel, 1982), termasuk di Indonesia. Banyak nilai yang dapat diambil dari kebangkitan Jepang dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Berikut akan saya gambarkan mengenai pembangunan ekonomi Jepang dan analisis pembangunan di Jepang berdasarkan teori-teori pembangunan.

A.    Kondisi Jepang Pasca Perang Dunia ke-II
Pada bulan Agustus tahun 1945, Jepang yang terkuras habis tenaganya dan letih berperang, menyerah dan menerima persyaratan penyerahan Sekutu, dan atas maklumat Kaisar, rakyat meletakkan senjata. Selama beberapa tahun setelah kekalahan Jepang dalam perang dunia II, ekonomi bangsa Jepang hampir seluruhnya lumpuh akibat kerusakan perang. Kekurangan pangan yang parah, inflasi yang tak terbendung, dan pasar gelap dimana-mana. Bangsa Jepang telah kehilangan semua wilayahnya di seberang laut, dan jumlah penduduknya telah melonjak melampaui 80 juta dengan penambahan sekitar 6 juta orang yang pulang dari luar negeri. Pabrik-pabrik terbakar dalam serangan udara. Permintaan dalam negeri jatuh dengan penghentian pesanan militer, dan perdagangan seberang laut dibatasi oleh pasukan pendudukan. Total kerugian materi yang diderita Jepang begitu besar. Kerusakan akibat bom atom sekutu sangat membahayakan lingkungan mengingat radiasi dari bom atom tersebut.

Gambar 1. Kehancuran akibat dibom atom oleh Sekutu tahun 1945

Sebelum Jepang menyatakan kalah perang dari Sekutu. Kaisar Hirohito pernah berucap kepada salah seorang perwira Angkatan Laut Jepang, bahwa Jepang akan bengkit menjadi Negara yang makmur dan maju dalam segala bidang, bahkan akan melebihi Negara-negara manapun di dunia. Memang benar, setelah perang memporak-porandakan Jepang, Sang Kaisar memimpin rakyat negeri matahari terbit bangkit dari puing-puing perang menjadi Negara maju di Asia yang berperang penting dalam perekonomian dunia.

B.     Rehabilitasi Ekonomi Jepang
Salah satu tugas yang paling mendesak di tahun pasca perang adalah rehabilitasi ekonomi. Dengan dukungan penuh simpati dari Amerika Serikat dan bangsa-bangsa lain, Jepang diterima di berbagai organisasi internasional, sehingga dapat berperan dalam perdagangan internasional yang bebas dan multilateral. Rakyat Jepang mulai membangun kembali ekonominya yang dihancurkan oleh perang, mula-mula dengan rehabilitasi dari Amerika Serikat. Berbagai perubahan sosial yang dilakukan setelah perang, membantu pembentukan kerangka dasar pengembangan ekonomi selanjutnya. Demiliterisasi pasca perang dan larangan persenjataan kembali yang tertera dalam undang-undang dasar yang baru meniadakan beban berat pada sumber ekonomi bangsa, dari pengeluaran sektor militer.
Lebih dari enam tahun sejak menyerah, Jepang berada dibawah pengawasan Sekutu, terutama Amerika Serikat. Dibawah pendudukan penguasa yang dipimpin oleh Jenderal Mac Arthur, dilaksanakan beberapa perubahan sosial dan politik. Tanah pertanian dibagi kembali dengan memprioritaskan penyewa sebelumnya. Buruh diyakinkan akan hak mereka untuk mendirikan pereserikatan buruh dan hak mogok. Zaibatsu yang merupakan perusahaan holding yang berdasarkan keluarga, dileburkan. Wanita diberi hak suara dan hak-hak lain. Kebebasan rapat, bicara, dan agama dijamin. Pada tahun 1947, ditetapkan sebuah undang-undang dasar baru dan liberal (Fukutake, 1989: 12).  

Gambar 2. Salah satu Zaibatsu di Jepang
Sumber: www.ekonomi.kompasiana.com

Pada pertengahan tahun 1960-an Jepang menjadi cukup kuat secara ekonomi untuk bersaing dengan sukses di pasaran terbuka di dunia (Pasariboe, 2014). Sejalan dengan rehabilitasi ekonomi, Jepang berusaha memulihkan kedudukannya dalam diplomasi internasional. Dimulai dengan diterimanya sebagai anggota PBB, Jepang menjadi peserta yang semakin aktif dalam forum politik internasional maupun dalam forum ekonomi dan social. Pengaturan keamanan dengan Amerika Serikat yang aslinya ditandatangani pada tahun 1951, direvisi pada tahun 1960 supaya lebih bersifat timbal-balik. Rampasan perang dilunasi menjelang pertengahan tahun 1960-an. Setelah suatu rentetan negoisasi yang berkepanjangan, Jepang membuka hubungan resmi dengan Republik Korea pada tahun 1965. Hanya dua dasawarsa setelah kekalahannya dalam perang dunia II, Jepang Hampir pulih sepenuhnya dan berdiri kembali dari puing-puing peperangan. Olimpiade Tokyo tahun 1964 adalah symbol dari kepercayaan diri yang baru bangsa Jepang, dan kedudukan Jepang yang semakin kokoh dalam masyarakat internasional (Fukutake, 1989, hlm. 13).    
Pasca kekalahan Jepang dalam perang dunia II, Negara ini berada dibawah sistem Pax Americana di tengah  berkecamuknya perang dingin. Tujuannya adalah tidak lain membendung perluasan komunisme di kawasan Asia Pasifik. Jepang dijadikan oleh Amerika Serikat sebagai Negara penopang kekuatan hegemoni Amerika Serikat di Asia Pasifik. Nilai investasi Jepang di Amerika Serikat kurang lebih 12 persen. California merupakan tempat tujuan bagi kepentingan Jepang. Terdapat kurang lebih 750 cabang perusahaan Jepang dan  bank di Negara bagian tersebut. Di kawasan Asia Pasifik, Jepang merupakan itra dagang utama bagi lebih dari setengah jumlah Negara di kawasan itu, termasuk empat Naga Asia, yaitu Korea, Taiwan, Hongkong, dan Singapura, Investasi Jepang di Asia Pasifik meningkat lebih dari dua kali lipat hanya dalam waktu dua tahun. Pada tahun 1987, Jepang merupakan Negara donor terbesar di dunia. Keperkasaan kedudukan Jepang sebagai pasar impor, penyedia bantuan luar negeri, dan sumber investasi asing begitu dominan bagi perekonomian Negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Dominasi ini dipertahankan Jepang hingga kini. Banyak orang menyebutnya sebagai Abad Pasifik (Waspodo,  2004, hlm. 17).
Segala bidang di Jepang tumbuh menjadi industry-industry yang hasil produknya menjamah di seluruh dunia. Hal ini mengingatkan kita kepada pendahulu Hirohito, Kaisar Meiji yang dengan semangat Jepangnya memajukan rakyat Jepang menjadi bangsa yang disegani oleh seluruh dunia. Putra-putri terbaik Jepang yang berprestasi dikirim keluar negeri untuk membawa berbagai ilmu untuk diterapkan di Jepang yang membawa hasil kemakmuran Jepang dewasa ini. Banyak hal yang dilakukan Hirohito untuk memajukan Jepang Pemasaran produk-produk Jepang telah menembus pasar dunia dan diakui kehebatanya. Perekonomian Jepang merupakan suatu himpunan makmur dari industry, perdagangan, keuangan, pertanian, dan semua unsur-unsur lainnya dari struktur ekonomi modern. Ekonomi bangsa Jepang berada dalam tahap industrialisasi yang maju, dilayani oleh arus informasi yang padat dan jaringan angkutan yang telah berkembang luas. Salah satu ciri khas ekonomi Jepang adalah sumbangan utama sektor produksi dan jasa. Ciri khas lainnya ialah relatif pentingnya perdagangan internasional bagi ekonomi Jepang.

C.     Pembangunan di Jepang Ditinjau Berdasarkan Teori
            Indikator dalam pembangunan suatu negara ada tiga, diantaranya ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Jepang bisa dikatakan sebagai negara yang tingkat ekonomi, pendidikan dan kesehatannya mengalami peningkatan semenjak perang dunia ke-II. Setelah menolak adanya kekuasaan militer, Jepang memusatkan perhatiannya secara khusus hanya pada usaha menambah kekayaan dengan secepat-cepatnya. Tolak ukur bagi penambahan kekayaan Negara itu adalah GNP (Gross National Product). Tahun 1960 GNP Jepang sejajar dengan GNP Italia dan sedikit di bawah Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis. Dengan segera pertumbuhan ekonomi yang cepat itu menyebabkan meningkatnya produksi, usaha untuk memberikan prioritas kepada industri mulai menambahkan hasil. Tahun 1965, GNP Jepang menjadi setara dengan Inggris dan Perancis. Tradisi yang berasal dari zaman Meiji untuk mengungguli Negara-negara terkemuka masih hidup terus (Fukutake, 1988, hlm. 198).

Gambar 3. Beberapa merk perusahaan industri dan elektronik Jepang

            Naiknya GNP Jepang, menyebabkan bertambahnya tingkat ekonomi masyarakat Jepang, maka dari itu meningkatnya pula taraf konsumsi masayarakatnya. Kenaikan mendadak taraf konsumsi tersebut menghasilkan kehidupan yang tidak seimbang. Makin cepat kenaikannya, maka makin besar pula kontradiksi-kontradiksi dalam kehidupan seseorang. Meskipun secara jasmani kaya, tetapi secara rohani miskin. Untuk Jepang sendiri, mengejar GNP akhirnya dapat menghancurkan perikemanusiaan yang masih ada dalam kehidupan Jepang. Lalu apa gunanya perkembangan ekonomi itu bagi Jepang? Untuk itulah Jepang bertekad merubah paradigma dari Negara adikuasa ekonomi menjadi “Kekuatan Kesejahteraan”. Jepang harus menjadi sesuatu masyarakat yang benar-benar bisa menjamin setiap orang baik mereka yang bekerja dengan kemampuan penuhmaupun yang tidak dapat bekerja suatu “kehidupan yang sehat dan berbudaya”.
            Selain ekonomi dan kesejahteraan hidup, Jepang juga merupakan suatu bangsa yang besar dalam hal pendidikan dan pengetahuan. Pendidikan Jepang sudah menjadi nomor dua setelah Amerika Serikat dalam hal jumlah siswa yang menerima pendidikan tinggi. Akan tetapi, masalah pendidikan sebagai “soko guru” justru muncul ke permukaan. Selama ini, Jepang menerapkan pendidikan zaman Meiji, yaitu suatu pendidikan yang menghasilkan warga Negara patuh yang membaktikan hidup mereka pada kebijakan peningkatan kekayaan nasional dan kekuatan militer. Pembaharuan terhadap pendidikan haruslah dilaksanakan. Masalahnya ada pada kebebasan akademik. Dalam pendidikan, hiduplah asas-asas demokrasi yang mendasar. Pendidikan yang demokratis di Jepang hendaknya dilaksanakan sesuai dengan semangat undang-undang pokok mengenai pendidikan. Melaksanakan program pembaharuan pendidikan seperti itu akan berarti mengubah Jepang menjadi suatu bangsa yang benar-benar berbudaya. 
Gambar 4. Pendidikan di Jepang pasca Perang Dunia ke-II, Jepang mendatangkan pengajar dari luar negeri

            Teori pembangunan di Jepang bisa dianalisis melalui Teori dependensi dari Andre Gunder Frank. Dalam teori dependensi, negara-negara di dunia ketiga yang menjadi negara satelit bagi negara-negara pusat hendaknya tidak memiliki ketergantungan terhadap negara pusat tersebut. Jepang setelah perang dunia ke-II, mengalami keterpurukan dalam membangun kembali negaranya. Situasi yang terjadi pada saat itu adalah Jepang menerima bantuan dari negara lain terutama dari Amerika Serikat, sekaligus menjadi pusat hegemoni Amerika Serikat di Asia Pasifik pada masa perang dingin. Pinjaman-pinjaman diberikan Amerika Serikat kepada Jepang. Begitupun bantuan tenaga ahli dan pendidik dikirimkan oleh Jepang untuk belajar di luar negeri. Posisi Jepang pada masa perang dingin adalah negara satelit bagi negara Amerika Serikat. Akan tetapi, Jepang pandai memanfaatkan situasi dan bantuan-batuan yang diberikan agar memberikan keuntungan bagi Jepang sendiri. Hasilnya tidak sia-sia, jepang menjadi negara yang tingkat ekonominya terkuat di Asia. Produk Jepang tersebar di seluruh dunia. Bahkan Indonesia, menjadi salah satu tempat pemasaran mutlak produk Jepang. Jepang yang tadinya negara satelit berubah menjadi negara pusat yang stabilitas ekonominya meningkat tajam.
Teori Dependansi yang tepat digunakan adalah Dependansi baru. Menurut teori ini, Negara dunia ketiga harus diarahkan untuk melihat asal-muasal timbulnya ketergantungan Negara tersebut, sekaligus melihat perubahan sejarahnya. Tidak hanya itu, masalah ketergantungan tidak hanya pada dimensi ekonomi saja melainkan juga aspek sosial-politik. Negara dunia ketiga masih memiliki peluang untuk mencapai apa yang disebut sebagai situasi pembangunan bergantung. Ketergantungan dan pembangunan bisa berjalan bersamaan secara dinamis (Suwarsono, 2013).
Gambar 5. Shinkansen, kereta api super cepat di Jepang. Bukti keberhasilan Jepang dalam pembangunan di bidang transportasi.



DAFTAR PUSTAKA
Fukutake, T. (1988). Masyarakat Jepang Dewasa Ini. Jakarta: PT. Gramedia.
Majalah Sains Indonesia. (2012). Kebangkitan dan Kemakmuran Jepang: Bekerja Keras Berdasarkan Nilai-Nilai Luhur. Tersedia: www.sainsindonesia.co.id. (28 Oktober 2015).
Pasariboe, H. (2014). Ronin: Dibalik Kebangkitan Ekonomi Jepang. Tersedia: www.ekonomi.kompasiana.com. (28 Oktober 2015).
Suwarsono. (2013). Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: LP3ES.
Vogel, E. (1982). Jepang Jempol. Jakarta : Sinar Harapan.
Waspodo, T.S. (2004). Modernisasi dan Globalisasi. Malang: Insan Cendikia.



Review Artikel “Pembangunan di Negara Matahari Terbit Pasca Perang Dunia”
Oleh: Nurhabibah
NIM: 1202824
Membahas soal Jepang dan khususnya kondisi Negaranya dewasa ini yang sudah memiliki kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, merupakan sebuah contoh yang baik dan patut untuk ditiru dalam mencapai kesejahteraan bagi seluruh warga Negaranya. Artikel yang ditulis oleh Sheni, cukup merangkum perjuangan Jepang dalam membangun kembali Negaranya setelah ‘’kesakitan’’ akibat kalah dalam perang dunia ke dua dan menerima perlakuan teramat menyakitkan dari Amerika dengan dibomnya kota Hirosima dan Nagasaki yang membuat kerusakan bukan hanya sekedar infrastruktur Negara, menurut saya beban yang lebih besar atau dampak paling serius yang ditimbulkan adalah beban psikologis masyarakatnya yang harus dibangun agar memiliki kembali motivasi untuk melanjutkan hidup. Beban psikologis ini tidak dapat dianggap sepele, karena paparan dari bom itu sangatlah serius terhadap tubuh manusia dan terutama memori tentang dahsyatnya ledakan bom, berjatuhannya korban jiwa, kehilangan anggota keluarga, kehilangan rumah, pekerjaan dan lain-lain itulah diantara faktor yang sesungguhnya bisa melemahkan Jepang, dimana bayang-bayang tentang peristiwa kelam itu dapat merusak motivasi hidup dan menimbulkan putus asa yang berkepanjangan. Namun ternyata kerusakan atau kondisi Jepang yang porak-poranda tersebut hanya berlangsung sementara, karena masih ada harapan dan optimisme untuk menjadi Negara yang maju seperti yang diutarakan oleh Kaisar Hirohito yang percaya bahwa Jepang akan menjadi Negara yang unggul dalam berbagai bidang dan mampu menggungguli negara-negara lainnya di dunia. Artikel yang ditulis sudah cukup kronologis dan berimbang, karena meskipun tema utamanya adalah kondisi ekonomi Jepang pasca perang dunia, namun penulis pun mennyinggung pula terutama kondisi ekonomi dan pembangunan yang berhasil dilaksanakan oleh Jepang hingga mencapai kesuksesan, dimana saat ini produk-produk buatan Jepang berhasil menguasai puluhan Negara di dunia khususnya Asia, diantaranya seperti Indonesia yang menjadi salah satu pasar yang cukup strategis dalam memasarkan berbagai produk dari Negeri yang sempat menjajah dan mengalami kebangkrutan namun kemudian dengan segenap kekuatannya berhasil membuktikan keyakinannya menjadi Negara yang maju dan mampu bersaing dengan bangsa kulit putih yang sempat menghinanya.
            Penulis pun berusaha untuk menghadirkan tulisan yang ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan, dengan mencantumkan kutipan-kutipan, sumber rujukan gambar dan daftar pusataka yang jelas. Selain dari itu artikel ini dikupas dengan menggunakan salah satu teori pembangunan yaitu teori dependensi, dimana teori tersebut menitik beratkan pada kajian ketergantungan negara satelit kepada Negara pusat. Keberhasilan Jepang dalam mencapai kekuatan kesejahteraan bagi seluruh warga Negaranya, didukung pula oleh kualitas pendidikan yang bagus. Semangat bangsa Jepang terhadap pemenuhan hak pendidikan bagi seluruh warga Negaranya, khususnya pasca perang dunia dengan mendatangkan guru atau tenaga pengajar asing ke Negerinya membuahkan hasil yang mencengangkan, dimana keadaan semula Jepang Adalah Negara satelit dan khususnya mendapatkan banyak bantuan dari Amerika dalam upaya rehabilitasi ekonominya, namun seiring terus tumbuh atau meningkatnya para golongan terdidik lambat laun menjadikan Jepang belajar untuk menjadi bangsa yang benar-benar mandiri dan disegani oleh bangsa lainnya, bahkan oleh Amerika Serikat itu sendiri yang meskipun tidak mau secara nyata mengakui kegagahan Jepang hari ini. Namun, pada intinya Amerika Serikat sungguh takut atau khawatir khususnya terhadap bangsa-bangsa di Asia yang memiliki semangat dan potensi dalam berbagai bidang kehidupan dan sesungguhnya mampu mengalahkan dominasi Amerika di dalam percaturan politik dan ekonomi dunia. Karena pada dasarnya kemajuan sebuah negara bisa dicapai ketika stabilitas politik, ekonomi dan kualitas pendidikan bangsanya bisa terpenuhi atau berjalan dengan baik. Jepang hari ini bisa memenuhi ketiga syarat tersebut, dan ketika melihat kepada pendapatnya Mc. Clelland bahwa negara yang maju bisa ditopang ketika 2% warganya adalah pengusaha, Jepang pun memenuhi syarat tersebut sehingga tidak bisa diragukan lagi bahwa Negara Jepang bisa dijadikan contoh untuk belajar bahwa keterpurukan atau sejarah yang menyakitkan bukanlah untuk diratapi, namun disaat kesulitan tersebut jadikanlah motivasi untuk belajar dan terus belajar dengan bersungguh-sungguh, sehingga pada akhirnya mampu sampai kepada tujuan hidup yang dicita-citakan yakni kesejahteraan bagi seluruh warga negaranya dengan hidup mandiri dan menjunjung tinggi budaya bangsa.


Review Artikel “Pembangunan di Negara Matahari Terbit Pasca Perang Dunia”
Oleh: Sinta Nurhasanah
NIM: 1206590

Saya Sinta Nurhasanah, setuju dengan apa yang dipaparkan oleh teman saya Sheni, mengenai pembangunan Ekonomi Jepang pasca perang dunia ke-2, berdasarkan buku yang saya baca pasca kekalahan,  Jepang telah mampu membangun sistem politik di Jepang sedemikian rupa.Dengan terlibatnya Amerika Serikat dalam membangun sistem politik Jepang, Amerika Serikat juga ikut berperan dalam pembangunan ekonomi di Jepang.Karena Amerika Serikat tidak ingin Jepang terpengaruh komunis Uni Soviet, maka Amerika Serikat memberikan berbagai bantuan untuk Jepang. AmerikaSerikat ingin menjadikan Jepang sebagaibase campbagi Asia untuk membendungkomunidsme. Jepang banyak mengalokasikan dana untuk Jepang agarJepang dapat mengembangkan industry-industri privatnya (Beckley et al, 2013: 9). Hal tersebut digunakan secara bijak oleh Jepang sehingga industry privat Jepang ternyata benar-benar mengalami kemajuan.  Selain itu, Amerika Serikat juga melakukan transfer teknologi kepada Jepang sehingga Jepang dapat lebih mengembangkan industrinya dengan teknologi-teknologi yang maju dari Amerika tersebut.Ketika Jepang telah mengembangkan industrinya, Amerika Serikat juga menyediakan pasar untuk Jepang dalam memasarkan produk-produknya tersebut.Jepang memperoleh 30% dari pasar Amerika (Beckley et al, 2013: 10). Hal ini ternyata sangat bermanfaat bagi Jepang karena produk Jepang diminati di Amerika Serikat, namun Amerika Serikat sendiri yang justru mengalami permasalahan karena produknya sendiri jadi tidak laku. Hal tersebutlah yang kemudian menyebabkan Jepang dan Amerika Serikat mengalami konflik dalamhal perdagangan. Masyarakat Jepang tidak konsumtif terhadap produk impor, sementara masyarakat Amerika Serikat relatif konsumtif terhadap produk impor. Ini kemudian menyebabkan ketidakseimbangan perdagangan di antara Jepang dan Amerika Serikat (Gilpin, 2003: 317-8).Meski Jepang jelas terbilang sukses, namun Jepang juga ternyata sempat mengalami kemunduran. Krisis Asia merupakan salah satu penyebab kemunduran Jepang. Beberapa penelitian menemukan adanya kesalahan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah terkait dengan terjadinyabubble economydi Jepang. Kebijakan pemerintah untuk mendorongbubble economypada tahun 1980an justru menyebabkan kemunduran Jepang padatahun 1990an. Deputi Gubernur Bank Jepang pada waktu itu, menyadari keadaan ekonomi sedang menjadi terlalupanas, merekomendasikan untuk menaikkan suku bunga, meskipun harga konsumsi menjadi stabil, namun harga saham jadi menggelembung dan suplai uang mengalami perluasan (Vogel, 2006: 23). Kebijakan pemerintah Jepang ini dinilai tidak tepat sehingga bank pun juga mengalami krisis. Semakin parahnyabubble economyyang dialami oleh Jepang pada saat krisis menyebabkan kondisi Jepang semakin tidak menentu.Dengan demikian, Jepang merupakan negara yang termasuk berhasil bangkit meski telah kalah dari Sekutu pada Perang Dunia II. Kehancuran Jepang akibat pengeboman Hiroshima dan Nagasaki oleh Sekutu, tidak lantas membuat Jepang terlalu terpuruk. Terbukti Jepang telah mengalami kebangkitan pada industrialisasinya pada tahun 1950an dan menorehkan sejarah yang sering disebut-sebut sebagaiJapan’s Miracle. Keberhasilan Jepang tersebut ternyata melibatkan Amerika Serikat di baliknya, meski kemudian melahirkan konflik yang disebabkan karena ketidakseimbangan perdagangan. Meski Jepang merupakan negara yang sering disebut sebagai “pemimpin” Asia pada masa itu, namun Jepang juga sempat mengalami kemunduran yang seringkali dianggap kemunduran tersebut dikarenakan kesalahan pemerintah dalam mengambil kebijakan sehingga menyebabkan krisis di Jepang menjadi semakin parah dan Jepang sulit bangun dari krisis dalam waktu yang lama. Permasalahan ini tentuharus segera diselesaikan agar Jepang dapat bangkit kembali sebagai negara yang eksistensinya diperhitungkan di mata internasional

DAFTAR PUSTAKA
Beckley, Michael et al. 2013. “America’s Role in The Making of Japan’s Economic Miracle” [online], diunduh darihttp://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm, [28 Maret 2014].
Katzenstein, Peter J. dan Martin Rouse. 1993. “Japan as a Regional Power”, dalamRegionalism and Rivalry: Japan and the United States in Pacific Asia. Chicago: The University of Chicago Press.
Robert Gilpin. 2003. “Sources of American-Japanese Economic Conflict”, dalam G John Ikenberry dan M Mastanduno (eds),International Relations Theory and the Asia Pacific. New York: Columbia University Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar