Jumat, 06 November 2015


Keberhasilan Pembangunan Malaysia Tahun 2010 Dikaitkan Dengan

 Tanggapan Cardoso Dalam Teori Dependensi Baru

Oleh

                Euis Megiawati (1202817)

 

Malaysia adalah salah satu Negara di Asia Tenggara yang pernah diduduki oleh Inggris dan kemudian merdeka pada tahun 1957. Kebijakan politik Malaysia dibawah kepemimpinan Perdana Menteri Mahathir dinilai cenderung otoriter (Cipto, 2007). Kemerdekaan Malaysia adalah kemerdekaan yang diberikan oleh Britania Raya atau Inggris. Politik dan ekonomi Malaysia selalu dibawah pengawasan kekuasaan Inggris. Setelah Malaysia terbebas dari imperialisme bangsa barat dalam hal ini Inggris, ternyata Inggris tidak membiarkan Malaysia bebas begitu saja. Tanpa kita sadarai Inggris menerapkan neo-imperialisme di Malaysia.
 Neo-imperialisme  dapat terjadi pada bekas-bekas tanah jajahan yang masih bergantung pada bekas negara penjajahnya, neo-imperialisme juga berlaku pada negara yang bergantung pada negara lain. Hal ini, dapat terlihat pada  Negara Malaysia yang sampai sekarang masih bergantung dan tidak bisa lepas dari Negara-negara bekas penjajahnya khususnya Inggris.Namun, Malaysia yang kita tahu sangat bergantung pada Inggris (jika dalam teori system ekonomi dunia dikatakan sebagai Negara pusat karena dijadikan Negara untuk bergantungnya Negara-negara pinggiran, Negara-negara pinggiran dalam hal ini adalah Negara-negara di dunia ketiga salah satunya yaitu Malaysia)  ternyata Malaysia yang merupakan Negara berkembang sekarang sudah mampu melebarkan sayapnya baik dalam hal politik maupun ekonomi. Karena hal itu Malaysia dapat menjadi Negara yang bisa membangun ekonominya secara mandiri walaupun masih bergantung pada Inggrias. Bahkan pada tahun 2001 sampai dengan 2010, Malaysia dapat mencapai pembangunan Negara yang cukup memuaskan.
Diparuh waktu ini, Malaysia menjadi salah satu Negara perdagangan utama dunia dan berada diperingkat ke-21 dunia sebagai Negara pengekspor ditahun 2010. Bahkan, berdasarkan laporan Deutsche Bank mengenai potensi pertumbuhan 34 negara yang maju dan sedang membangun, Malaysia dinyatakan sebagai Negara kedua yang pantas membangun setelah India, dan mengatasi China dalam kurun tahun 2006 hingga 2020 nanti. Tidak itu saja, berdasarkan laporan AT Kearney, Malaysia berada diantara 15 negara utama untuk tujuan imvestasi, dan berada pada tangga ketiga dunia sebagai lokasi “outsourching”. Bahkan laporan AT Kearney bersama majalah Foreign Policy mendudukkan Malaysia sebagai satu-satunya negara dari Benua Asia yang termasuk dalam 20 negara yang paling global. Tak hanya itu, situs bisnis Forbes pada 19 Juli 2010 kemarin, mendudukkan Malaysia di urutan ke-4 di antara 13 negara di Asia yang memiliki potensi dan peringkat bisnis tertinggi. Penilaian terhadap ke-13 negara tersebut berdasarkan peringkat yang dimiliki oleh World Economic Forum, Fraser Institute, World Bank dan Milken Institute. Dalam hal ini, penilaian dari World Economic Forum didasarkan pada penghitungan peringkat daya saing ke-13 negara tersebut, Fraser Institute menyatakan tingkat kebebasan dalam melakukan bisnis, Milken Institute ialah indeks akses para pemodal dan World Bank menyatakan keamanan dalam melakukan suatu bisnis.
Menurut Forbes tersebut, Kuala Lumpur, sebagai ibukota negara Malaysia yang merupakan tujuan bisnis dan pariwisata, negara itu mampu membuktikan tingginya tingkat pemasukan investasi luar negeri (FDI) sebesar 18,4%. Bahkan tingkat daya saing bisnis yang dimiliki, Malaysia lebih unggul dibandingkan dengan Shanghai. Bagaimana dengan Indonesia? Negara kita ini tidak masuk dalam 13 negara yang berhasil di survey oleh Forbes. Kemajuan Malaysia tak terlepas dari program atau langkah yang diambil pada masa kekuasaan Abdullah Ahmad Badawi. Beberapa langkah tindakan yang dilakukan Ahmad Badawi tersebut ditujukan untuk menyelamatkan perekonomian bangsa, agar tidak terpuruk di tengah persaingan perdagangan antarbangsa dan harga minyak yang makin menggila waktu itu, sehingga sangat mempengaruhi perekonomian negara.
Langkah-langkah itu meliputi, pertama, melakukan penghematan dan memperketat pengeluaran negara. Segala pengeluaran atau pembelanjaan negara harus dipantau dengan saksama agar negara tidak menghadapi defisit yang sangat besar, dan tidak menimbulkan beban bagi negara sebagai akibat dari besarnya belanja ketimbang devisa yang diterima. Untuk itu negara juga harus memiki tabungan bagi hari depan.Kedua, membina ekonomi berasaskan pengetahuan. Hal ini diwujudkan dengan cara memberi perhatian berat terhadap usaha-usaha yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, kreativitas, dan inovasi, serta memberi fokus kepada bidang-bidang yang mempunyai daya saing yang lebih kuat. Oleh karena itu, sumber daya manusia adalah elemen terpenting dalam ekonomi negara dan harus ditingkatkan nilainya, serta dibinaupaya. Untuk itu, program-program penelitian dan pembangunan, penguasaan sains dan teknologi, penguasaan ilmu pengetahuan dan kemahiran, harus lebih digalakkan di kalangan warga masyarakat, agar warga mampu menghasilkan ciptaan baru, produk baru, pendapatan baru, dan kekayaan baru.Ketiga, memperkokoh asas dan fundamental ekonomi negara, serta menciptakan bidang-bidang pertumbuhan baru. Staretegi ini dapat dicapai melalui bioteknologi dan pertanian modern, karena sektor pertanian sangat dimungkinkan untuk mencapai hal itu. Selain sektor tersebut, bidang-bidang lain seperti pariwisata, pendidikan, kesehatan, keuangan Islam, dan pemasaran makanan halal merupakan potensibesar untuk menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Hal ini sudah dibuktikan denganpertumbuhan dunia pariwisata Malaysia yang begitu mengesankan. Bahkan banyak orang-orang kita yang melancong, berobat, dan bersekolah di negeri jiran itu.Keempat, memperbaiki sistem informasi dan menghapus sistem birokrasi yang rumit terutama dalam bidang investasi agar menjadilebih baik dan cepat. Hal ini sangat berkaitan erat dengangood governancedangood government. Sistem birokrasi cenderung menyulitkan investor bahkan mendorong munculnya tindakan suap yang menyebabkan tingginya biaya investasi. Penghapusan dan pembasmian suap di berbagai sektor, baik sektor umum, pemerintahan, dan sektor swasta sangat mutlak diperlukan.Kelima, meningkatkan kualitas hidup rakyat melalui perbaikan sarana dan prasarana rakyat sepertiperumahan, kesehatan, komunikasi dan informasi, pendidikan, kelistrikan, dan penyediaan air bersih, terutama di kawasan-kawasan yang masih tertinggal.Keenam, menghilangkan kesenjangan sosial melalui pemerataan pembangunan antara daerah atauwilayah, perkotaan dan pedesaan, serta peningkatan pendapatan golongan miskin melalui peningkatan modal usaha dan budaya seperti keterampilan. Ketujuh, menciptakan stabilitas nasional yang mantap. Strategi ini dapat diwujudkan dengan cara membina kemanan, kestabilan, dan kemakmuran serta persatuan dan kesatuan bangsa. Kestabilan inijuga dapat dicapai dengan melakukan rancangan program ekonomi dan program sosial yang memuat sikap adil bagi setiap warga yang berbeda suku bangsa. Di samping itu, iklim investasi harus mampu memberi keyakinan kepada para investor bahwa negara (Malaysia) merupakan tujuan investasi yang tepat. Selain langkah-langkah di atas, Badawi juga punyastrategi keislaman dan Agenda Melayu. (Kompasiana, 2015).
            Keberhasilan pembangunan Malaysia yang telah dijelaskan di atas sejalan dengan teori dependensi baru dalam tanggapan Cardoso. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
a. Cardoso menyebutnya sebagai metode historis structural, karena menggunakan analisis sejarah dalam ilmu-ilmu sosial. Istilah ketergantungan digunakan Cardoso sebagai alat analisis untuk menjelaskan situasi konkrit di Dunia Ketiga. Berbeda dengan dependensi klasik yang menganggap keterbelakangan sebagai analisis yang selalu digunakan untuk menjelaskan semua keterbelakangan di Dunia Ketiga.

b. Cardoso member perhatian yang cukup terhadap faktor internal (nasional) di samping faktor eksternal (global). Dalam Dependensi klasik hanya fokus pada factor eksternal (bahwa semua keterbelakangan dan ketergantungan berasal dari luar/kolonoalis).Tesisnya, bahwa kekuatan eksternal akan mewujud menjadi kekuatan internal melalui perilaku sosial dan kelas sosial yang dominan yang akan memaksakan ketercapaian tujuan dan dominasi asing.

c. Cardoso melihat situasi ketergantungan sebagai proses yang memiliki berbagai kemungkinan akhir yang terbuka. Sementara, teori dependensi klasik menekankan kepastian ketergantungan struktural. Oleh karena itu, Cardoso masih melihat dengan jelas bahwa Negara Dunia Ketiga masih memiliki peluang untuk apa yang dia sebut sebagai situasi pembangunan yang bergantung (associated-dependen depelovment). Oleh karena itu, sekaligus untuk menjawab situasi yang terjadi di Korea Selatan dan Kanada, bahkan di negara-negara Asia lainnya yang kemudian mencapai pembangunan ekonominya dengan melepaskan diri dari ketergantungan yang dominan dari negara metropolis, seperti Cina, Hongkong, Malaysia,Taiwan dan yang paling mutakhir adalah Vietnam!

Tentang penggunaan modal asing, bagi negara-negara yang bergantung, menurut Cardoso bahwa dalam batas-batas tertentu, bersesuaian dengan kemakmuran negara-negara pinggiran. Dalam arti, perusahaan multinasional (investor asing) diasumsikan membantu proses pembangunan negara-negara pinggiran.Hal ini dilihat dari aspek bahwa perusahaan multi nasional lebih berorientasi kepada usaha produksi dan penjualan barang-barang produksi untuk kepentingan domestik. Kendati demikian, Cardoso tidak setuju terhadap tesis teori modernisasi, bahwa kondisi ini akan membawa Negara Dunia Ketiga pada proses kemandirian, karena ongkos sosialnya dan biaya pembangunan terlalu tinggi. Di samping itu, Cardoso mencoba mengaitkan antara dinamika politik di negara bergantung melalui penelitiannya di Brazilia. Menurutnya, terdapat 3 macam kekuatan politik : negara birokratis- teknokratis militer , perubahan multi nasional dan borjuis lokal.

 
 


 

Referensi

Cipto, Bambang. (2007). Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nasution, Abdi. (2105). Kenapa Malaysia Maju?. Kompasiana. [Online]. Tersedia di: http://m.kompasiana.com/abdinst/kenapa-malaysia-maju_55002144813311501afa71c0. [01 November 2015].

Mangandaralam, Syahduddin. (1987). Mengenal Dari Dekat Malaysia Negara Tetangga Kita Dalam ASEAN. Bandung: REMAJA KARYA.

Suwarsono dan Alfin. (2013). Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta : LP3ES.

 

 

 
REVIEW

Oleh

Dea Ulviaturohmah (1205116)

 

Saya setuju dengan artikel di atas, terutama dalam penggunaan teori depedensi baru yang dihubungkan dengan keberhasilan pembangunan Malaysia tahun 2010. Tetapi didalam artikel saya tidak melihat peran Inggris dalam artikel tersebut. Padahal dalam teori dependensi baru peran dari Negara bekas penjajah harus terlihat menonjol, baru kita bisa melihat sejauh mana perkembangan negara yang dijajahnya.
Menurut saya, ketekaitan teori dependensi baru dengan perkembangan pembangunan di Malaysia harus dijelaskan lebih lanjutb lagi, karena jika hanya sejauh ini pembaca tidak akan mengerti secara jelas tentang maksud dari artikel ini. Selain itu, sumber yang penulis gunakan minim, sehingga tidak ada bahan untuk pembanding. Oleh karena itu, saya menyarankan kepada penulis untuk mencari sumber yang lebih banyak lagi.

1 komentar:









  1. Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!


    1"Dikejar-kejar hutang

    2"Selaluh kalah dalam bermain togel

    3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel


    4"Anda udah kem***-m*** tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat


    5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
    tapi tidak ada satupun yang berhasil..







    Solusi yang tepat jangan anda putus asah... KI JAYA WARSITO akan membantu
    anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
    butuh angka togel 2D ,3D, 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
    100% jebol
    Apabila ada waktu
    silahkan Hub: KI JAYA WARSITO DI NO: [[[085-342-064-735]]]


    ANGKA RITUAL: TOTO/MAGNUM 4D/5D/6D


    ANGKA RITUAL: HONGKONG 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; KUDA LARI 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; SINGAPUR 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; TAIWAN,THAILAND



    ANGKA RITUAL: SIDNEY 2D/3D/4D
    DAN D*** GHOIB

    BalasHapus