Pertumbuhan Perekonomian
Jerman Paska Jerman Bersatu
Nama : Neni Nadia F
Nim : 1105546
Sebagai
negara yang kalah dalam perang dunia, situasi dalam negeri jerman mengalami
krisis ekonomi yang sangat hebat, situasi ekonomi yang sangat labil, insflasi
melonjak, dimana-mana penganguran bertambah banyak. Sementara itu, selain tidak
bisa mengatasi masalah ekonomi, pemerintah juga tidak mampu membayar utang
ganti rugi perang kepada pihak sekutu.
Ketidak
mampuan pemerintah Jerman mengatasi krisis ekonomi mengakibatkan rakyat tidak
lagi mempercayai pemerintah sehingga mendorong timbulnya partai-partai baru
yang bersifat lebih keras seperti partai Spartacis (komunis), partai sosial
Demokrat dan Partai Nasional sosialis. Partai terakhir disebut National Sozialistische Deutsche Arbeiter
Partei atau NAZI yang dipimpin oleh adolf Hitler. Kesengsaraan rakyat menurut
Hitler diakibatkan karena kalah perang. Orang komunis dan yahudi disebut
sebagai pengacau ekonomi Jerman. Dalam
bukunya, Mein Kampf (Perjuanganku), Hitler menyatakan bahwa dunia akan baik
jika dipimpin oleh orang-orang Jerman sebab orang Jerman ditakdirkan untuk
menguasai negara-negara lain. Hitler bercita-cita melaksanakan pemerintahan
yang lebensraum (memperluas ruang
hidup). (Djaja, Wahyudi: 193).
Mengenai
pendapat Hitler yaitu dunia akan baik jika dipimpin oleh orang Jerman yang
merupakan pendapat bangsa Eropa dimana bangsa Eropa beranggapan bahwa mereka
adalah Bangsa yang terkuat dan bangsa yang lainnya adalah dibawah mereka. Maka
dilihat dari pendapat tersebut mereka termasuk sebagai kaum Fasis, dimana kaum
fasis ini sangat mengutamakan dan mengagungkan perang dan disiplin militer.
Selain itu negara fasis mengembangkan perasaan nasionalisme yang sangat
berlebihan (ultranasionalisme dan chauvinisme) disertai dengan semangat
heroisme di kalangan masyarakat luas. Oleh sebab itu negara-negara fasis sangat
agresif. Hal ini merupakan salah satu penyebab pecahnya Perang Dunia II.
Pada
peristiwa Perang Dunia II Jerman kalah oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Soviet dengan mengalahkan kekuasaan
NAZI. Pada kekalahannya itu dibuat sebuah perjanjian yang bernama perjanjian
Yalta dan Potsdam. Dimana isi perjanjian itu membagi dua wilayah Jerman, yaitu
Jerman di Timur oleh Uni Soviet sedangkan Jerman Barat oleh As, Inggris dan
Prancis. Keempat negara itu masing-masing menangani Jerman dan Berlin. Karena
posisi timur dan barat yang berseberangan, pada 1949 Uni Soviet memberi
dukungannya untuk membentuk sosialis Jerman Timur. Sementara AS, Inggris,
Prancis, mengendalikan wilayah Jerman Barat dan menerapkan sistem demokrasi.
Dalam hal ini Amerika Serikat memberikan bantuan kepada Jerman Barat paska
Perang Dunia II melalui program “Marshal Plan”. Bantuan rekonstruksi pembangunan
yang dilakukan oleh Amerika Serikat, diharapkan agar Jerman Barat kelak dapat
melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat, baik dari segi sosial budaya,
ekonomi, dan politik. Begitu juga dengan Uni Soviet yang memberikan bantuan
pada Jerman Timur. Namun dalam hal ini terjadi ketimpangan antara pembangunan
ekonomi antara Jerman Barat yang menganut ideologi kapitalis-liberal sedangkan
Jerman Timur yang menganut komunisme. Jerman barat yang lebih baju dan
berkembang ketimbang Jerman Timur. Sehingga pada tahun 1955 sekutu melepaskan
negara Jerman Barat yang dianggap sudah mampu berdiri sendiri ini. Akbitanya
tercatat pada tahun 1949-1961 sekitar 120.000 orang penduduk Jerman Timur
berusaha menyebrangi perbatasan dan masuk ke wilayah Jerman Barat. Pemerintah
Jerman Timur akhirnya mendirikan tembok yang memanjang mengelilingi kota Berlin
Barat sepanjang 160 km dan kemudian tembok tersebut diberi nama tembok
Berlin. Setelah 40 tahun terpecah, tak
terhitung banyaknya keluarga yang
terpisah akibat pembagian wilayah tersebut, dan pada saat itu, perekonomian
Jerman Timur sudah di ambang kehancuran, dan sulit untuk bertahan.
Setelah tembok Berlin hancur maka rakyat menganggap robohnya Tembok Berlin
sebagai lambang hilangnya batas antara Jerman Timur dan Barat. Maka kedua
wilayah terebut bersatu kembali dan untuk memulihkan ekonomi negara Jerman. Cara
pertama yang dapat dilakukan oleh pemerintahan Jerman yang baru bersatu adalah
“Perjanjian Mata Uang, Ekonomi, dan Kesejahteraan Setelah Reunifikasi” yang
ditanda tangani oleh kedua pemerintahan pada 18 Mei 1990, yang intinya adalah
menggantikan mata uang Mark Jerman Timur dengan Mark Jerman Barat,
mengembalikan perekonomian Jerman Timur ke dalam jalur perekonomian Jerman
Barat, dan mulai berlaku pada 1 Juli 1990.
Laporan Departeman Dalam Negeri Jerman dalam peringatan 20 tahun Jerman
bersatu pada tahun 2010 menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian ekonomi dan
pembangunan pada wilayah bekas Jerman Timur “Sejak 1990 sampai dengan sekarang
telah tercapai banyak hasil menggembirakan yang sulit dipercaya.” Ia
melimpahkan jasa ini pada rakyat, yang telah menorehkan catatan sejarah
reformasi yang belum pernah ada ini dengan keyakinan dan tekad di hati. “Selama
20 tahun terakhir, adalah prestasi dan hasil sejarah yang tercipta berkat
seluruh rakyat Jerman”.
Laporan reunifikasi menyebutkan, rata-rata GNP warga bekas Jerman Timur
yang hanya 9.751 euro pada 1991, telah meningkat menjadi 19.500 euro pada 2009,
atau mencapai 2 kali lipat dari sebelumnya. Sementara indeks bersama Jerman
Barat pada 1991 sebesar 24.872 euro, sampai 2009 meningkat menjadi 27.929 euro,
atau meningkat sebesar 12%. (Rata – rata GNP China pada 2009 hanya 3.711 dolar
AS, atau sekitar 2.855 euro). Jika dibandingkan antara periode yang sama, pada
1991 rata-rata GNP warga Jerman Timur hanya 2/5 dari GNP Jerman Barat,
sementara pada 2009 sudah mencapai lebih dari 2/3 dari GNP warga Jerman Barat.
Bersatunya kembali Jerman Barat dan Jerman Timur sangat dirasakan sebagai
sebuah hadiah bagi kehidupan masyarakat Jerman Timur karena dapat terlepas dari
sistem pemerintahan yang sosialis pada saat itu, dan memulai kehidupan yang demokrasi
bersama – sama dengan Jerman Barat. Kehidupan masyarakat Jerman Timur dalam
bidang perekonomian mengalami peningkatan tidak seperti pada saat Jerman Timur
terpisah dari Jerman Barat.
Dalam era globalisasi, Globalisasi telah mengubah wajah perekonomian
Jerman. Seiring bergulirnya globalisasi, Perusahaan-perusahaan Jerman yang
didukung oleh pemerintah Schröder, menata kembali kebijakan ekonominya. Dengan
politik pengaturan upah dan waktu kerja yang lebih fleksibel diharapkan Jerman
siap bersaing di bursa saham internasional. Tak hanya itu, wajah-wajah
internasional mewarnai wajah anggota dewan direksi beberapa perusahaan Jerman.
Dilihat dari perkembangan perekonomian Jerman dapat dikaitkan dengan teori
Depedensi baru kenapa demikian karena suatu negara berkembang tergantu pada
negara satelit (negara maju), karena pertumbuhan perekonomian yang di alami
pasca Jerman bersatu sangat tergantung para Ekspor luar negeri. Menurut Teori
Dependensi baru negara Dunia Ketiga tidak lagi hanya semata bergantung pada
asing, tetapi sebagai aktor yang aktif yang secara cerdik berusaha untuk
bekerja sama dengan modal domestik dan modal internasional. Konsep ini dapat
menjelaskan sekalipun dalam era globalisasi wajah lain dari kapitalisme
internasional telah melakukan penetrasi kultural ke segala mata angin dunia,
maka seharusnya ekspresi kebudayaan dunia akan bermuka tunggal dalam satu
kontrol. [Dikutip: https://sambelalab.wordpress.com/2010/11/10/pertumbuhan-ekonomi-jerman-paska-jerman-bersatu-2/].
Jerman juga tidak hanya tergantung kepada negara sentral tetapi Jerman juga
mampu membangun pertumbuhan ekonominya sendiri dengan kebijakan-kebijakan yang
diterapkan dinegaranya.
Sumber:
Djaja, Wahyudi. 2012.
Sejarah Eropa. Yogyakarta: Ombak
Soeratman,
Darsiti. 1964. Sejarah Afrika. Yogyakarta: Ombak
Firdaus,
Rahmat. 2013. Perekonomian Jerman Pasca Perang Dunia II. Tersedia: [online]. http://sukmazaman.blogspot.co.id/2013/01/perekonomian-jerman-pasca-perang-dunia.html
Nuraeni,
Cahya. 2011. Pertumbuhan Ekonomi Jerman pasca Jerman Bersatu. Tersedia;
[online]. https://sambelalab.wordpress.com/2010/11/10/pertumbuhan-ekonomi-jerman-paska-jerman-bersatu-2/
PEKEMBANGAN EKONOMI JERMAN
Tri wulansari
1005891
Pada tahun 1920
pasca perang dunia I Jerman dilanda kesulitan ekonomi dan struktur
kenegaraannya yang tidak stabil, saat itu Jerman bukanlah negara kekaisaran
melainkan negara Republik. Pada masa transisi ini Jerman mengalami inflasi yang
dasyat dan menjadi pengalaman sejarah tak terlupakan.
Jerman adalah
negara yang perekonomiannya stabil, namun karena ambisinya menjadi penguasa dan
terjun kedalam peperangan, keuangan Jerman menjadi terguncang, oleh karena
perang itu didanai dari pinjaman. Pada awalnya Jerman dapat memenangkan perang
sehingga segala utangnya akan dibiayai negara yang kalah, akan tetapi hasilnya
justeru sebaliknya, alhasil Jerman harus membayar pinjaman dana perang
tersebut, dan ditambah lagi Jerman harus mengikuti keinginan negara pemenang
untuk membenahi pemerintahannya menjadi negara demokratik, serta harus membayar
semua kerusakan yang amat berat akibat peperangan.
Pada
pertengahan 1920-an ekonomi Jerman pulih dan inflasi mulai
berkurang. Pemerintahan Weimar yang berkuasa
berhasil menyelesaikan masalah pergantian kerugian perang dengan meminjam uang
dari Amerika Serikat Pemerintahan Weimar mulai membayar utangnya 1/3 dari ahsil besi,
batu bara, dan komoditas lainnya, serta kenaikan tarif pajak. Akan tetapi
pemerintahan Weimar menolak pembayaran sisanya, sehingga Perancis dan Belgia
menduduki Ruhr sebagai jantung industri Jerman. Kondisi ini mengakibatkan
ekonomi Jerman makin terpuruk. Jerman akhirnya menyerah dan menyetujui ke
perjanjian awal, akibatnya timbul money creation mata uang Mark yang menjadikan
nilainya jatuh, dan harga-harga mulai naik tak terkendali, maka hiper inflasi
tak terelakkan lagi.
Selain itu, ada
sejumlah rakyat Jerman yang tidak setuju dan menyebut peristiwa ini sebagai
"kemerosotan Weimar." Mereka bergabung dengan kelompok nonpolitik
seperti Wandervogel yang menyerukan untuk kembali ke cara hidup lama
yang lebih sederhana. Nazi memanfaatkannya dan ikut mensosialisasikan gerakan
untuk kembali ke nilai lama ini
Pada waktu itu
sepotong roti yang sewajarnya berharga 160 Mark berubah menjadi 1.500.000 Mark.
Kehidupan di Jerman makin remuk redam dan berdampak pada sosial politik Jerman.
Pada tahun 1923 partai NAZI melakukan kudeta, kemudian utang pinjaman
dihapuskan sehingga penyandang dananya jadi gigit jari. Pada tahun ini tak ada
lagi uang pensiun, bagi pensiunan. Pada musim gugur 1923 kehancuran Jerman
semakin lengkap karena nilai mata uangnya tak bernilai lagi.
Pada tahun 1930-an, Jermah jatuh bangkrut.
Harga produk pertanian dunia yang jatuh mengakibatkan kemiskinan, jatuhnya Wall Street mengakibatkan
kemerosotan ekonomi di seluruh
dunia, ditambah lagi dengan datangnya tagihan utang dari Amerika Serikat yang semakin
menekan persediaan devisa Jerman. Tahun 1931 angka pengangguran di Jerman meningkat hingga
5 juta orang. Pengangguran hidup dengan
susah payah di perkotaan ketika Jerman menjadi negara dengan perekonomian
paling buruk di dunia. Keadaan semakin buruk ketika lima bank utama di Jerman hancur pada tahun 1931 menyebabkan
lebih dari 20.000 perusahaan Jerman gulung tikar.
Tanpa diduga, dalam krisis ekonomi itu, suara
untuk Nazi meningkat. orang-orang mulai tertarik dengan prinsip mereka:
"Versailes adalah kejahatan dan Yahudi berada dibelakangnya. Marxisme harus
dihancurkan dan Bangsa Jerman harus lahir kembali." Bahkan karena
sedemikian bosannya dengan keadaan ekonomi, orang-orang pedesaan yang belum
pernah mendengar tentang Hitler dan partainya ikut memilih Nazi. Seperti
misalnya di kota terpencil di wilayah Prusia Timur, Neidenburg, terjadi
peningkatan suara yang sangat drastis untuk Nazi. Pada tahun 1928, Nazi mendapat
2.3% suara di sini. Namun pada tahun 1930 dukungan yang mereka dapatkan melonjak ke
angka 25.8%; padahal Hitler tak pernah berkunjung ke sana dan tak ada
perwakilan partai Nazi di kota itu. Tapi bukan hanya Nazi yang mulai naik daun,
komunis juga mulai mendapat dukungan sehingga demokrasi yang baru lahir di
Jerman mulai terancam karena para pemilih terdorong ke titik ekstrem; antara
Nazi dan Komunis. Pertikaian mulai terjadi, Nazi dan Pasukan Badainya (SA)
dengan Komunis.
Pada pertengahan tahun 1931-an, Jerman kembali
bangkit di bawah kepemimpinan Hitler. Saat itu, Nazi dengan menteri ekonominya,
Hjalmar Horace Greeley Schacht, berhasil
menghapus pengangguran di Jerman dengan menciptakan berbagai proyek yang
menyerap banyak tenaga kerja seperti proyek pembangunan Autobahn dan proyek
persenjataan-kembali militer Jerman. Nazi juga menambah anggaran militer pada
tahun pertama kekuasaan mereka sampai-sampai militer tidak mampu menghabiskan
seluruh biaya yang dianggarkan. Proyek-proyek tersebut membawa Jerman ke dalam
keadaan tenaga kerja penuh. Rakyat mendapat pekerjaan dan penghasilan sehingga
mereka dapat membeli makanan. Persenjataan-kembali juga menghapus rasa malu
rakyat Jerman karena telah menyerah di Perang Dunia I.
Pada tahun 1935, Inggris, yang ketika itu merasa bersalah
karena telah memaksakan Perjanjian Versailes yang memberatkan rakyat Jerman,
membuat perjanjian baru dengan Hitler. Dalam perjanjian itu, Hitler
diperbolehkan membangun angkatan lautnya melebihi batas yang diizinkan dalam
Perjanjian Versailes. Hitler yang ingin memantapkan hubungannya dengan Inggris
kemudian mengirim Joachim von Ribbentrop pada musim
panas tahun 1936 untuk
mengupayakan terciptanya aliansi antara Inggris dengan Jerman. Sayangnya,
Joachim von Ribbentrop gagal membuat kesepakatan di Inggris; bukan karena
Inggris tidak mau beraliansi dengan Jerman, melainkan karena orang Inggris
menganggap Nazi mengirimkan orang yang terlalu sombong. Ribbentrop membuat
kesalahan fatal dengan memberikan salut Nazi (dengan mengangkat tangan kanan)
kepada Raja Inggris George VI.
Pada tahun 1936, rakyat Jerman menganggap negara mereka telah
berubah menjadi negara yang lebih baik di tangan Hitler setelah ia
memerintahkan pasukan Jerman untuk memasuki kembali wilayah Jerman yang sempat
lepas akibat perjanjian Versailes, Rheinland. Selain Rhineland, Hitler juga memerintahkan
pasukannya untuk memasuki wilayah dengan penduduk berbahasa jerman lainnya, Austria, pada tanggal 15 Maret 1938. Di kedua
wilayah itu, pasukan Jerman disambut hangat dan meriah. Lebih jauh lagi, rakyat
Jerman melihat tindakan pengambilan-kembali Rhineland dan Austria itu sebagai
salah satu isyarat bahwa negara mereka mulai mendapatkan kembali kekuatan dan
harga dirinya. Sepulangnya ke Jerman, Hitler disambut gegap gempita sebagai
seorang pahlawan bangsa Jerman.
Bila dilihat dari teori dependesi
modern, yang menyatakan bahwa suatu Negara berkembang yang tergantung dari
berbagai segi pada Negara satelit (Negara maju), namun dalam teori ini tidak
sepenuhnya memiliki ketergantungan pada negara satelit. Seperti halnya pasca
Perang Dunia II, tergantung pada Negara pemenang perang dalam hal rekontruksi
pembangunan pasca perang dengan masing-masing sistem kebijakan ekonomi yang
diberlakukan oleh kedua Negara pemenang perang tersebut.
Sumber :
George Ritzer
& Douglas J. Goodman (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta :
Kencana.
Firdaus,
Rahmat. 2013. Perekonomian Jerman Pasca Perang Dunia II. Tersedia:
[online]
http://prillia.wordpress.com/2007/05/24/keajaiban-ekonomi-jerman-barat/ Diunduh, pada : minggu,
tanggal 1 November 2015
http://ryoma-seigaku.blogspot.com/2011/05dampak-perang-dunia-ii.html Diunduh, Pada senin tanggal 2
November 2015
https://logammulia.wordpress.com/2008/11/11/sejarah-hiper-inflasi-di-jerman/ Diunduh pada : senin 2 November
2015