Oleh: Sheni Asrianti
NIM: 1202823
Ketika mendengar
nama Jepang, apa yang ada di benak anda tentang Negara yang dijuluki matahari
terbit ini? Manga, Cosplay, J-Pop, Samurai, Ramen? Memang tidak salah
menyatakan bahwa Jepang terkenal dengan hal-hal yang telah disebutkan di atas.
Negara kekaisaran ini menjadi salah satu Negara yang disegani di dunia,
terutama dalam hal pembangunan. Produk-produk otomotif, obat-obatan, alat
komunikasi buatan Jepang tersebar luas di berbagai Negara (Vogel, 1982),
termasuk di Indonesia. Banyak nilai yang dapat diambil dari kebangkitan Jepang
dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Berikut akan saya gambarkan
mengenai pembangunan ekonomi Jepang dan analisis pembangunan di Jepang
berdasarkan teori-teori pembangunan.
A. Kondisi
Jepang Pasca Perang Dunia ke-II
Pada bulan
Agustus tahun 1945, Jepang yang terkuras habis tenaganya dan letih berperang,
menyerah dan menerima persyaratan penyerahan Sekutu, dan atas maklumat Kaisar,
rakyat meletakkan senjata. Selama beberapa tahun setelah kekalahan Jepang dalam
perang dunia II, ekonomi bangsa Jepang hampir seluruhnya lumpuh akibat
kerusakan perang. Kekurangan pangan yang parah, inflasi yang tak terbendung,
dan pasar gelap dimana-mana. Bangsa Jepang telah kehilangan semua wilayahnya di
seberang laut, dan jumlah penduduknya telah melonjak melampaui 80 juta dengan
penambahan sekitar 6 juta orang yang pulang dari luar negeri. Pabrik-pabrik
terbakar dalam serangan udara. Permintaan dalam negeri jatuh dengan penghentian
pesanan militer, dan perdagangan seberang laut dibatasi oleh pasukan
pendudukan. Total kerugian materi yang diderita Jepang begitu besar. Kerusakan
akibat bom atom sekutu sangat membahayakan lingkungan mengingat radiasi dari
bom atom tersebut.
Gambar
1. Kehancuran akibat dibom atom oleh Sekutu tahun 1945
Sebelum Jepang
menyatakan kalah perang dari Sekutu. Kaisar Hirohito pernah berucap kepada
salah seorang perwira Angkatan Laut Jepang, bahwa Jepang akan bengkit menjadi
Negara yang makmur dan maju dalam segala bidang, bahkan akan melebihi
Negara-negara manapun di dunia. Memang benar, setelah perang
memporak-porandakan Jepang, Sang Kaisar memimpin rakyat negeri matahari terbit
bangkit dari puing-puing perang menjadi Negara maju di Asia yang berperang
penting dalam perekonomian dunia.
B. Rehabilitasi
Ekonomi Jepang
Salah satu tugas
yang paling mendesak di tahun pasca perang adalah rehabilitasi ekonomi. Dengan
dukungan penuh simpati dari Amerika Serikat dan bangsa-bangsa lain, Jepang
diterima di berbagai organisasi internasional, sehingga dapat berperan dalam
perdagangan internasional yang bebas dan multilateral. Rakyat Jepang mulai
membangun kembali ekonominya yang dihancurkan oleh perang, mula-mula dengan
rehabilitasi dari Amerika Serikat. Berbagai perubahan sosial yang dilakukan
setelah perang, membantu pembentukan kerangka dasar pengembangan ekonomi
selanjutnya. Demiliterisasi pasca perang dan larangan persenjataan kembali yang
tertera dalam undang-undang dasar yang baru meniadakan beban berat pada sumber
ekonomi bangsa, dari pengeluaran sektor militer.
Lebih dari enam
tahun sejak menyerah, Jepang berada dibawah pengawasan Sekutu, terutama Amerika
Serikat. Dibawah pendudukan penguasa yang dipimpin oleh Jenderal Mac Arthur,
dilaksanakan beberapa perubahan sosial dan politik. Tanah pertanian dibagi
kembali dengan memprioritaskan penyewa sebelumnya. Buruh diyakinkan akan hak
mereka untuk mendirikan pereserikatan buruh dan hak mogok. Zaibatsu yang
merupakan perusahaan holding yang
berdasarkan keluarga, dileburkan. Wanita diberi hak suara dan hak-hak lain.
Kebebasan rapat, bicara, dan agama dijamin. Pada tahun 1947, ditetapkan sebuah
undang-undang dasar baru dan liberal (Fukutake, 1989: 12).
Gambar 2. Salah satu Zaibatsu di
Jepang
Sumber: www.ekonomi.kompasiana.com
Pada pertengahan
tahun 1960-an Jepang menjadi cukup kuat secara ekonomi untuk bersaing dengan
sukses di pasaran terbuka di dunia (Pasariboe, 2014). Sejalan dengan
rehabilitasi ekonomi, Jepang berusaha memulihkan kedudukannya dalam diplomasi
internasional. Dimulai dengan diterimanya sebagai anggota PBB, Jepang menjadi
peserta yang semakin aktif dalam forum politik internasional maupun dalam forum
ekonomi dan social. Pengaturan keamanan dengan Amerika Serikat yang aslinya
ditandatangani pada tahun 1951, direvisi pada tahun 1960 supaya lebih bersifat
timbal-balik. Rampasan perang dilunasi menjelang pertengahan tahun 1960-an.
Setelah suatu rentetan negoisasi yang berkepanjangan, Jepang membuka hubungan
resmi dengan Republik Korea pada tahun 1965. Hanya dua dasawarsa setelah
kekalahannya dalam perang dunia II, Jepang Hampir pulih sepenuhnya dan berdiri
kembali dari puing-puing peperangan. Olimpiade Tokyo tahun 1964 adalah symbol
dari kepercayaan diri yang baru bangsa Jepang, dan kedudukan Jepang yang
semakin kokoh dalam masyarakat internasional (Fukutake, 1989, hlm. 13).
Pasca kekalahan
Jepang dalam perang dunia II, Negara ini berada dibawah sistem Pax Americana di tengah berkecamuknya perang dingin. Tujuannya adalah
tidak lain membendung perluasan komunisme di kawasan Asia Pasifik. Jepang
dijadikan oleh Amerika Serikat sebagai Negara penopang kekuatan hegemoni
Amerika Serikat di Asia Pasifik. Nilai investasi Jepang di Amerika Serikat
kurang lebih 12 persen. California merupakan tempat tujuan bagi kepentingan
Jepang. Terdapat kurang lebih 750 cabang perusahaan Jepang dan bank di Negara bagian tersebut. Di kawasan
Asia Pasifik, Jepang merupakan itra dagang utama bagi lebih dari setengah
jumlah Negara di kawasan itu, termasuk empat Naga Asia, yaitu Korea, Taiwan,
Hongkong, dan Singapura, Investasi Jepang di Asia Pasifik meningkat lebih dari
dua kali lipat hanya dalam waktu dua tahun. Pada tahun 1987, Jepang merupakan
Negara donor terbesar di dunia. Keperkasaan kedudukan Jepang sebagai pasar
impor, penyedia bantuan luar negeri, dan sumber investasi asing begitu dominan
bagi perekonomian Negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Dominasi ini
dipertahankan Jepang hingga kini. Banyak orang menyebutnya sebagai Abad Pasifik
(Waspodo, 2004, hlm. 17).
Segala bidang di
Jepang tumbuh menjadi industry-industry yang hasil produknya menjamah di
seluruh dunia. Hal ini mengingatkan kita kepada pendahulu Hirohito, Kaisar
Meiji yang dengan semangat Jepangnya memajukan rakyat Jepang menjadi bangsa
yang disegani oleh seluruh dunia. Putra-putri terbaik Jepang yang berprestasi
dikirim keluar negeri untuk membawa berbagai ilmu untuk diterapkan di Jepang
yang membawa hasil kemakmuran Jepang dewasa ini. Banyak hal yang dilakukan
Hirohito untuk memajukan Jepang Pemasaran produk-produk Jepang telah menembus
pasar dunia dan diakui kehebatanya. Perekonomian Jepang merupakan suatu
himpunan makmur dari industry, perdagangan, keuangan, pertanian, dan semua
unsur-unsur lainnya dari struktur ekonomi modern. Ekonomi bangsa Jepang berada
dalam tahap industrialisasi yang maju, dilayani oleh arus informasi yang padat
dan jaringan angkutan yang telah berkembang luas. Salah satu ciri khas ekonomi
Jepang adalah sumbangan utama sektor produksi dan jasa. Ciri khas lainnya ialah
relatif pentingnya perdagangan internasional bagi ekonomi Jepang.
C. Pembangunan
di Jepang Ditinjau Berdasarkan Teori
Indikator
dalam pembangunan suatu negara ada tiga, diantaranya ekonomi, pendidikan, dan
kesehatan. Jepang bisa dikatakan sebagai negara yang tingkat ekonomi,
pendidikan dan kesehatannya mengalami peningkatan semenjak perang dunia ke-II.
Setelah menolak adanya kekuasaan militer, Jepang memusatkan perhatiannya secara
khusus hanya pada usaha menambah kekayaan dengan secepat-cepatnya. Tolak ukur
bagi penambahan kekayaan Negara itu adalah GNP (Gross National Product). Tahun 1960 GNP Jepang sejajar dengan GNP
Italia dan sedikit di bawah Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis. Dengan
segera pertumbuhan ekonomi yang cepat itu menyebabkan meningkatnya produksi,
usaha untuk memberikan prioritas kepada industri mulai menambahkan hasil. Tahun
1965, GNP Jepang menjadi setara dengan Inggris dan Perancis. Tradisi yang
berasal dari zaman Meiji untuk mengungguli Negara-negara terkemuka masih hidup
terus (Fukutake, 1988, hlm. 198).
Gambar 3.
Beberapa merk perusahaan industri dan elektronik Jepang
Naiknya
GNP Jepang, menyebabkan bertambahnya tingkat ekonomi masyarakat Jepang, maka
dari itu meningkatnya pula taraf konsumsi masayarakatnya. Kenaikan mendadak
taraf konsumsi tersebut menghasilkan kehidupan yang tidak seimbang. Makin cepat
kenaikannya, maka makin besar pula kontradiksi-kontradiksi dalam kehidupan
seseorang. Meskipun secara jasmani kaya, tetapi secara rohani miskin. Untuk
Jepang sendiri, mengejar GNP akhirnya dapat menghancurkan perikemanusiaan yang
masih ada dalam kehidupan Jepang. Lalu apa gunanya perkembangan ekonomi itu
bagi Jepang? Untuk itulah Jepang bertekad merubah paradigma dari Negara
adikuasa ekonomi menjadi “Kekuatan Kesejahteraan”. Jepang harus menjadi sesuatu
masyarakat yang benar-benar bisa menjamin setiap orang baik mereka yang bekerja
dengan kemampuan penuhmaupun yang tidak dapat bekerja suatu “kehidupan yang
sehat dan berbudaya”.
Selain
ekonomi dan kesejahteraan hidup, Jepang juga merupakan suatu bangsa yang besar
dalam hal pendidikan dan pengetahuan. Pendidikan Jepang sudah menjadi nomor dua
setelah Amerika Serikat dalam hal jumlah siswa yang menerima pendidikan tinggi.
Akan tetapi, masalah pendidikan sebagai “soko guru” justru muncul ke permukaan.
Selama ini, Jepang menerapkan pendidikan zaman Meiji, yaitu suatu pendidikan
yang menghasilkan warga Negara patuh yang membaktikan hidup mereka pada
kebijakan peningkatan kekayaan nasional dan kekuatan militer. Pembaharuan
terhadap pendidikan haruslah dilaksanakan. Masalahnya ada pada kebebasan
akademik. Dalam pendidikan, hiduplah asas-asas demokrasi yang mendasar.
Pendidikan yang demokratis di Jepang hendaknya dilaksanakan sesuai dengan
semangat undang-undang pokok mengenai pendidikan. Melaksanakan program
pembaharuan pendidikan seperti itu akan berarti mengubah Jepang menjadi suatu
bangsa yang benar-benar berbudaya.
Gambar 4.
Pendidikan di Jepang pasca Perang Dunia ke-II, Jepang mendatangkan pengajar
dari luar negeri
Teori
pembangunan di Jepang bisa dianalisis melalui Teori dependensi dari Andre
Gunder Frank. Dalam teori dependensi, negara-negara di dunia ketiga yang
menjadi negara satelit bagi negara-negara pusat hendaknya tidak memiliki
ketergantungan terhadap negara pusat tersebut. Jepang setelah perang dunia
ke-II, mengalami keterpurukan dalam membangun kembali negaranya. Situasi yang
terjadi pada saat itu adalah Jepang menerima bantuan dari negara lain terutama
dari Amerika Serikat, sekaligus menjadi pusat hegemoni Amerika Serikat di Asia
Pasifik pada masa perang dingin. Pinjaman-pinjaman diberikan Amerika Serikat
kepada Jepang. Begitupun bantuan tenaga ahli dan pendidik dikirimkan oleh
Jepang untuk belajar di luar negeri. Posisi Jepang pada masa perang dingin adalah
negara satelit bagi negara Amerika Serikat. Akan tetapi, Jepang pandai
memanfaatkan situasi dan bantuan-batuan yang diberikan agar memberikan
keuntungan bagi Jepang sendiri. Hasilnya tidak sia-sia, jepang menjadi negara
yang tingkat ekonominya terkuat di Asia. Produk Jepang tersebar di seluruh
dunia. Bahkan Indonesia, menjadi salah satu tempat pemasaran mutlak produk
Jepang. Jepang yang tadinya negara satelit berubah menjadi negara pusat yang
stabilitas ekonominya meningkat tajam.
Teori Dependansi yang tepat digunakan adalah Dependansi
baru. Menurut teori ini, Negara dunia ketiga harus diarahkan untuk
melihat asal-muasal timbulnya ketergantungan Negara tersebut, sekaligus melihat
perubahan sejarahnya. Tidak hanya itu, masalah ketergantungan tidak hanya pada
dimensi ekonomi saja melainkan juga aspek sosial-politik. Negara dunia ketiga
masih memiliki peluang untuk mencapai apa yang disebut sebagai situasi
pembangunan bergantung. Ketergantungan dan pembangunan bisa berjalan bersamaan
secara dinamis (Suwarsono, 2013).
Gambar 5.
Shinkansen, kereta api super cepat di Jepang. Bukti keberhasilan Jepang dalam
pembangunan di bidang transportasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Fukutake, T. (1988). Masyarakat Jepang Dewasa Ini. Jakarta: PT. Gramedia.
Majalah Sains Indonesia. (2012). Kebangkitan dan Kemakmuran Jepang: Bekerja
Keras Berdasarkan Nilai-Nilai Luhur.
Tersedia: www.sainsindonesia.co.id. (28 Oktober 2015).
Pasariboe, H. (2014). Ronin: Dibalik Kebangkitan Ekonomi Jepang.
Tersedia: www.ekonomi.kompasiana.com. (28 Oktober 2015).
Suwarsono.
(2013). Perubahan Sosial dan Pembangunan.
Jakarta: LP3ES.
Vogel, E. (1982). Jepang Jempol.
Jakarta : Sinar Harapan.
Waspodo, T.S. (2004). Modernisasi dan Globalisasi. Malang: Insan Cendikia.
Review
Artikel “Pembangunan
di Negara Matahari Terbit Pasca Perang Dunia”
Oleh: Nurhabibah
NIM: 1202824
Membahas soal Jepang dan khususnya kondisi Negaranya
dewasa ini yang sudah memiliki kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan,
merupakan sebuah contoh yang baik dan patut untuk ditiru dalam mencapai
kesejahteraan bagi seluruh warga Negaranya. Artikel yang ditulis oleh Sheni,
cukup merangkum perjuangan Jepang dalam membangun kembali Negaranya setelah
‘’kesakitan’’ akibat kalah dalam perang dunia ke dua dan menerima perlakuan
teramat menyakitkan dari Amerika dengan dibomnya kota Hirosima dan Nagasaki
yang membuat kerusakan bukan hanya sekedar infrastruktur Negara, menurut saya
beban yang lebih besar atau dampak paling serius yang ditimbulkan adalah beban
psikologis masyarakatnya yang harus dibangun agar memiliki kembali motivasi
untuk melanjutkan hidup. Beban psikologis ini tidak dapat dianggap sepele, karena
paparan dari bom itu sangatlah serius terhadap tubuh manusia dan terutama
memori tentang dahsyatnya ledakan bom, berjatuhannya korban jiwa, kehilangan
anggota keluarga, kehilangan rumah, pekerjaan dan lain-lain itulah diantara
faktor yang sesungguhnya bisa melemahkan Jepang, dimana bayang-bayang tentang
peristiwa kelam itu dapat merusak motivasi hidup dan menimbulkan putus asa yang
berkepanjangan. Namun ternyata kerusakan atau kondisi Jepang yang porak-poranda
tersebut hanya berlangsung sementara, karena masih ada harapan dan optimisme
untuk menjadi Negara yang maju seperti yang diutarakan oleh Kaisar Hirohito
yang percaya bahwa Jepang akan menjadi Negara yang unggul dalam berbagai bidang
dan mampu menggungguli negara-negara lainnya di dunia. Artikel yang ditulis
sudah cukup kronologis dan berimbang, karena meskipun tema utamanya adalah
kondisi ekonomi Jepang pasca perang dunia, namun penulis pun mennyinggung pula
terutama kondisi ekonomi dan pembangunan yang berhasil dilaksanakan oleh Jepang
hingga mencapai kesuksesan, dimana saat ini produk-produk buatan Jepang
berhasil menguasai puluhan Negara di dunia khususnya Asia, diantaranya seperti
Indonesia yang menjadi salah satu pasar yang cukup strategis dalam memasarkan
berbagai produk dari Negeri yang sempat menjajah dan mengalami kebangkrutan
namun kemudian dengan segenap kekuatannya berhasil membuktikan keyakinannya
menjadi Negara yang maju dan mampu bersaing dengan bangsa kulit putih yang
sempat menghinanya.
Penulis
pun berusaha untuk menghadirkan tulisan yang ilmiah dan dapat dipertanggung
jawabkan, dengan mencantumkan kutipan-kutipan, sumber rujukan gambar dan daftar
pusataka yang jelas. Selain dari itu artikel ini dikupas dengan menggunakan
salah satu teori pembangunan yaitu teori dependensi, dimana teori tersebut
menitik beratkan pada kajian ketergantungan negara satelit kepada Negara pusat.
Keberhasilan Jepang dalam mencapai kekuatan kesejahteraan bagi seluruh warga
Negaranya, didukung pula oleh kualitas pendidikan yang bagus. Semangat bangsa
Jepang terhadap pemenuhan hak pendidikan bagi seluruh warga Negaranya,
khususnya pasca perang dunia dengan mendatangkan guru atau tenaga pengajar
asing ke Negerinya membuahkan hasil yang mencengangkan, dimana keadaan semula
Jepang Adalah Negara satelit dan khususnya mendapatkan banyak bantuan dari
Amerika dalam upaya rehabilitasi ekonominya, namun seiring terus tumbuh atau
meningkatnya para golongan terdidik lambat laun menjadikan Jepang belajar untuk
menjadi bangsa yang benar-benar mandiri dan disegani oleh bangsa lainnya,
bahkan oleh Amerika Serikat itu sendiri yang meskipun tidak mau secara nyata
mengakui kegagahan Jepang hari ini. Namun, pada intinya Amerika Serikat sungguh
takut atau khawatir khususnya terhadap bangsa-bangsa di Asia yang memiliki
semangat dan potensi dalam berbagai bidang kehidupan dan sesungguhnya mampu
mengalahkan dominasi Amerika di dalam percaturan politik dan ekonomi dunia.
Karena pada dasarnya kemajuan sebuah negara bisa dicapai ketika stabilitas
politik, ekonomi dan kualitas pendidikan bangsanya bisa terpenuhi atau berjalan
dengan baik. Jepang hari ini bisa memenuhi ketiga syarat tersebut, dan ketika
melihat kepada pendapatnya Mc. Clelland bahwa negara yang maju bisa ditopang
ketika 2% warganya adalah pengusaha, Jepang pun memenuhi syarat tersebut
sehingga tidak bisa diragukan lagi bahwa Negara Jepang bisa dijadikan contoh
untuk belajar bahwa keterpurukan atau sejarah yang menyakitkan bukanlah untuk
diratapi, namun disaat kesulitan tersebut jadikanlah motivasi untuk belajar dan
terus belajar dengan bersungguh-sungguh, sehingga pada akhirnya mampu sampai
kepada tujuan hidup yang dicita-citakan yakni kesejahteraan bagi seluruh warga
negaranya dengan hidup mandiri dan menjunjung tinggi budaya bangsa.
Review Artikel “Pembangunan
di Negara Matahari Terbit Pasca Perang Dunia”
Oleh: Sinta Nurhasanah
NIM: 1206590
Saya Sinta Nurhasanah,
setuju dengan apa yang dipaparkan oleh teman saya Sheni, mengenai pembangunan
Ekonomi Jepang pasca perang dunia ke-2, berdasarkan buku yang saya baca pasca
kekalahan, Jepang telah mampu membangun sistem politik di
Jepang sedemikian rupa.Dengan terlibatnya Amerika Serikat dalam membangun
sistem politik Jepang, Amerika Serikat juga ikut berperan dalam pembangunan
ekonomi di Jepang.Karena Amerika Serikat tidak ingin Jepang terpengaruh komunis
Uni Soviet, maka Amerika Serikat memberikan berbagai bantuan untuk Jepang.
AmerikaSerikat ingin menjadikan Jepang sebagaibase campbagi Asia untuk
membendungkomunidsme. Jepang banyak mengalokasikan dana untuk Jepang agarJepang
dapat mengembangkan industry-industri privatnya (Beckley et al, 2013: 9). Hal
tersebut digunakan secara bijak oleh Jepang sehingga industry privat Jepang
ternyata benar-benar mengalami kemajuan.
Selain itu, Amerika Serikat juga melakukan transfer teknologi kepada
Jepang sehingga Jepang dapat lebih mengembangkan industrinya dengan
teknologi-teknologi yang maju dari Amerika tersebut.Ketika Jepang telah
mengembangkan industrinya, Amerika Serikat juga menyediakan pasar untuk Jepang
dalam memasarkan produk-produknya tersebut.Jepang memperoleh 30% dari pasar
Amerika (Beckley et al, 2013: 10). Hal ini ternyata sangat bermanfaat bagi
Jepang karena produk Jepang diminati di Amerika Serikat, namun Amerika Serikat
sendiri yang justru mengalami permasalahan karena produknya sendiri jadi tidak
laku. Hal tersebutlah yang kemudian menyebabkan Jepang dan Amerika Serikat
mengalami konflik dalamhal perdagangan. Masyarakat Jepang tidak konsumtif
terhadap produk impor, sementara masyarakat Amerika Serikat relatif konsumtif terhadap
produk impor. Ini kemudian menyebabkan ketidakseimbangan perdagangan di antara
Jepang dan Amerika Serikat (Gilpin, 2003: 317-8).Meski Jepang jelas terbilang
sukses, namun Jepang juga ternyata sempat mengalami kemunduran. Krisis Asia
merupakan salah satu penyebab kemunduran Jepang. Beberapa penelitian menemukan
adanya kesalahan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah terkait dengan
terjadinyabubble economydi Jepang. Kebijakan pemerintah untuk mendorongbubble
economypada tahun 1980an justru menyebabkan kemunduran Jepang padatahun 1990an.
Deputi Gubernur Bank Jepang pada waktu itu, menyadari keadaan ekonomi sedang
menjadi terlalupanas, merekomendasikan untuk menaikkan suku bunga, meskipun
harga konsumsi menjadi stabil, namun harga saham jadi menggelembung dan suplai
uang mengalami perluasan (Vogel, 2006: 23). Kebijakan pemerintah Jepang ini
dinilai tidak tepat sehingga bank pun juga mengalami krisis. Semakin
parahnyabubble economyyang dialami oleh Jepang pada saat krisis menyebabkan
kondisi Jepang semakin tidak menentu.Dengan demikian, Jepang merupakan negara
yang termasuk berhasil bangkit meski telah kalah dari Sekutu pada Perang Dunia
II. Kehancuran Jepang akibat pengeboman Hiroshima dan Nagasaki oleh Sekutu,
tidak lantas membuat Jepang terlalu terpuruk. Terbukti Jepang telah mengalami
kebangkitan pada industrialisasinya pada tahun 1950an dan menorehkan sejarah
yang sering disebut-sebut sebagaiJapan’s Miracle. Keberhasilan Jepang tersebut
ternyata melibatkan Amerika Serikat di baliknya, meski kemudian melahirkan
konflik yang disebabkan karena ketidakseimbangan perdagangan. Meski Jepang
merupakan negara yang sering disebut sebagai “pemimpin” Asia pada masa itu,
namun Jepang juga sempat mengalami kemunduran yang seringkali dianggap
kemunduran tersebut dikarenakan kesalahan pemerintah dalam mengambil kebijakan
sehingga menyebabkan krisis di Jepang menjadi semakin parah dan Jepang sulit
bangun dari krisis dalam waktu yang lama. Permasalahan ini tentuharus segera
diselesaikan agar Jepang dapat bangkit kembali sebagai negara yang
eksistensinya diperhitungkan di mata internasional
DAFTAR
PUSTAKA
Beckley, Michael et al. 2013. “America’s Role in The
Making of Japan’s Economic Miracle” [online], diunduh
darihttp://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm, [28 Maret 2014].
Katzenstein, Peter J. dan Martin Rouse. 1993. “Japan
as a Regional Power”, dalamRegionalism and Rivalry: Japan and the United States
in Pacific Asia. Chicago: The University of Chicago Press.
Robert Gilpin. 2003. “Sources of American-Japanese
Economic Conflict”, dalam G John Ikenberry dan M Mastanduno (eds),International
Relations Theory and the Asia Pacific. New York: Columbia University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar