Abstract
China
culture is one of the oldest culture in the world. Until now people in China
still keep their ancestor culture by
doing it in their daily life. Because of that, the culture of china can spread widely
to another countries and many of that countries adapt the china culture and combine
it to their culture. Such as Korean and Japan which adapt the china culture in
many aspects of life. The adaptation happens because those countries think that
China culture is a modern culture and has a good value for their country.
Pendahuluan
Berkembangnya kebudayaan Cina ke Jepang tidak lepas dari
peran orang-orang Tionghoa yang datang dan menetap di Jepang. Mereka
mempengaruhi kebudayaan Jepang dengan ajaran yang dibawanya seperti
Konfusianisme, Taoisme dan Agama Budha yang sangat erat dengan kebudayaan di
Cina yang dibawa ke Jepang.
Orang-orang Tionghoa tidak secara sengaja menyebarkan
kebudayaan Cina. Dalam konteks teori difusi budaya yang terdiri dari penetrasi
damai dan penetrasi kekerasan, penyebaran budaya Cina ke Jepang pada masa ini
tergolong pada penetrasi secara damai, karena proses penerapan budaya Cina oleh
masyarakat Jepang tidak berdasarkan paksaan dari orang Cina yang datang ke
Jepang.Sebagai pendatang di Jepang, orang-orang
Cina ini tetap hidup dengan budaya mereka sendiri.Awalnya orang Jepang hanya melihat cara hidup orang-orang
Cina, kemudian lama-kelamaan mereka menganggap cara hidup orang Cina tersebut
sebagai sesuatu yang indah dan menganggap tinggi kebudayaan
orang-orang Cina, hingga akhirnya mereka
menirunya. Pada saat itu kebudayaan Cina
dianggap sebagai budaya yang modern, karena bila dibandingkan dengan kebudayaan
di Jepang pada masa itu, budaya Cina jauh lebih maju dan dianggap indah oleh
orang-orang Jepang yang melihatnya.
Akulturasi Kebudayaan Cina Terhadap Kebudayaan Jepang
Dari berbagai wilayah yang
telah disebutkan diatas, terdapat dua negara yang mendapat pengaruh budaya Cina
yang sangat kuat, yakni Jepang dan Korea. Kedua negara tersebut memiliki budaya
yang mirip dengan budaya Cina pada umumnya. Hingga kini, kita dapat melihat
kemiripan tersebut, misalnya dalam hal arsitektur, bangunan-bangunan
tradisional Jepang dan Korea sangat mirip dengan bangunan tradisional Cina.
Selain itu dalam hal kepercayaan, adanya pengaruh dari paham Konfusianisme
dalam berbagai segi kehidupan bangsa Cina, Jepang dan Korea. Berbagai kemiripan
tersebut menimbulkan suatu hipotesis awal bahwa kebudayaan ketiga negara
tersebut berasal dari satu wilayah yakni Cina, dalam artian bahwa Jepang dan
Korea menerapkan unsur-unsur budaya Cina dalam kehidupan mereka setelah
menerima pengaruh dari budaya yang disebarkan oleh orang-orang Cina yang
melakukan migrasi ke wilayah mereka.
Akulturasi Kebudayaan Cina Terhadap Kebudayaan Jepang
Kebudayaan Cina yang mengalami akulturasi
dengan kebudayaan Jepang diantaranya ialah dalam hal tulisan dan bahasa, bangsa Jepang pada awalnya belum bisa membaca dan menulis,
Jepang juga tidak punya system tulis, kemudian mengadopsi dan mempribumikan
banyak aksara China serta meramunya dengan sistem tulis temuan sendiri
(Jacques, 2009: 126). Dibawanya bahasa Cina oleh seorang sarjana Korea yang
bernama Wani sebagai perantara, maka orang Jepang mengadopsi tulisan dari Cina
tersebut. Pada awalnya Wani mengajarkan tentang huruf Cina di Jepang, karena
pada saat itu banyak yang mempelajari dan memang belum ada sistem penulisan di
Jepang. Jepang kemudian mengadopsi tulisan Cina tersebut, mereka menggunakan
tulisan Cina dengan dua cara, yaitu cara fonetis dan cara ideografis.
Selain
itu hal lain yang mempengaruhi kebudayaan Jepang dari kebudayaan Cina ialah
dalam hal kepercayaan atau agama, mayoritas
di Jepang menganut agama Shinto. Bila dalam bahasa Mandarin maka menjadi shin
dan tou yang bermakna “jalan/jalur dewa”. Shinto merupakan agama resmi yang
berasal dari Jepang. Shinto merupakan penyembahan kepada kammi (dewa, roh alam, atau sekedar kehadiran spiritual).Kammi merupakan
benda-benda dan proses alam, misalnya Amaterasu, sang
dewa matahari.
Ajaran Shinto ini merupakan animisme karena mempercayai
banyak dewa.Dalam ritual keagamaannya Shinto melakukan penyembahan pada arwah
leluhur/ nenek moyang.
Pada sekitar abad ke 5 masuklah agama Budha dari Cina ke
Jepang. Ajaran agama Budha di Jepang mempercayai dewa matahari atau dikenal
dengan nama Amaterasu sebagai dewa tertinggi yang dianggap sebagai penjelmaan
Budha Daichi Nyorai. Agama Budha di Jepang yang paling terkenal adalah ajaran
Budha Zen yang diserap dari China. Setelah masuknya Agama Budha ke Jepang,
banyak peziarah dari Jepang pada abad ke-9 datang ke Wihara di Cina (Sen, 2010
: 98).
Tak
hanya dalam kepercayaan dalam bentuk agama dan ilmu falak, filsafat pun mulai
menyebar di Jepang antara lain Konfusianisme
dan Taoisme. Konfusianisme menanamkan pengaruhnya seperti pemujaan terhadap
nenek moyang, kesetiaan kepada keluarga, kebaktian anak kepada keluarga, dsb. Loyalitas
berikut bakti kepada orang tua dan kewajiban terhadap orang yang lebih senior
menurutotoritas, darah, dan umur termasuk karakteristik penentu utama hubungan
hierarkis yang menjiwai budaya Jepang (Jacques, 2009: 51).
Pengaruh Taoisme masuk pula ke Jepang. Unsur
dari Taoisme yang berkembang di Jepang terletak dalam bentuk penggunaan magic atau sihir.
Tenunan
dan kerajinan di Jepang pun dapat pengaruh dari Cina, sejak zaman Kofun sudah dikenal sistem menjahit pakaian
yang nantinya dikenal dengan nama Kimono. Pada awal perkembangannya Cina
mempengaruhi Jepang dengan pakaian yang terdiri dari dua potong pakaian yaitu
pakaian atas dan pakaian bawah. Haniwa mengenakan baju atas seperti mantel yang
dipakai menutupi kantoi. Pakaian bagian bawah berupa rok yang dililitkan di
pinggang. Dari penemuan haniwa terlihat pakaian berupa celana berpipa lebar
seperti hakama. Baju atas
terdiri dari dua jenis kerah yaitu kerah datar sampai persis di bawah leher
(agekubi) dan kerah berbentuk huruf “V” (tarekubi) yang dipertemukan di bagian
dada. Kerajinan yang mendapat pengaruh Cina ialah dalam sistem penghalusan keramik pada masa Yayoi
juga hasil pengaruh yang dibawa oleh Cina ke Jepang selain itu teknologi
perkayuan, pengolahan benang sutra yang banyak dilakukan di Jepang berasal dari
Cina.
Dalam hal mata pencaharian tradisional di Jepang, kebudayaan Cina juga telah banyak
berdatangan sejak abad ke 3 di daerah Kan di Jepang, dengan masuknya perunggu
dan pertanian, maka banyak sekali masyarakat Jepang yang memiliki mata
pencaharian sebagai petani.
Pengobatan di Jepang Pijat tradisional China kuno yang dikenal Shiatsuatau juga
dikenal sebagai ‘anma’. Anma kemudian diadopsi dan diadaptasi oleh masyarakat
Jepang. Terapi anma ini secara bertahap berevolusi dan dipengaruhi oleh
kebudayaan dari timur dan barat.Terapi Amma (atau anma dalam bahasa Jepang) dapat menyembuhkan sakit ringan, nyeri, sampai sakit yang serius atau parah.
Hubungan antara Cina dan Jepang secara resmi telah dibuka
sejak abad ke-5. Hasil dari hubungan tersebut yaitu banyak kebudayaan Cina yang
masuk ke Jepang, seperti: kesusasteraan, ilmu falak, obat-obatan, menenun dan
juga agama Budha.
Akulturasi
Kebudayaan Cina Terhadap Kebudayaan Korea
Selain Jepang, kebudayaan Cina juga menyebar ke Korea.
Awal mula menyebarnya budaya Cina adalah saat Korea belum terpecah menjadi dua
negara, melainkan pada saat jaman Tiga Kerajaan yakni Kerajaan Koguryo,
Kerajaan Baekje dan Kerajaan Silla. Budaya-budaya Cina yang masuk ke Korea,
tidak semuanya langsung diterapkan oleh orang-orang Korea. Namun, disesuaikan dengan
kondisi masyarakat Korea saat itu. Sehingga terjadi proses akulturasi antara
budaya Cina dan budaya Korea.
Dalam perspektif teori difusi kebudayaan, penyebaran
budaya Cina ke Korea terjadi melalui dua cara, yakni: pertama, penetrasi
kebudayaan dengan cara kekerasan (paksa) yang dibuktikan dengan adanya agresi
kerajaan Cina ke berbagai wilayah
termasuk ke Korea, yang terjadi pada saat Dinasti Han yang berkuasa. Pada
awalnya seorang pemimpin emigran Korea asal Cina bernama Wiman, ia menaklukan
raja Kojosun di semenanjung Korea pada awal abad ke-2 SM, namun ini tidak
berlangsung lama karenaadanya agresi dari Dinasti Han yang datang dan
meruntuhkan Kojosun, sehingga jatuh ke tangan kerajaan Han. Dalam agresinya,
Dinasti Han banyak menyebarkan kebudayaan-kebudayaan mereka di wilayah
jajahannya, termasuk di Korea. Kedua, penetrasi kebudayaan secara damai. Hal
ini dibuktikan denganbeberapa sumber yang mengatakan bahwa kebudayaan Cina
masuk ke Korea dengan cara diimpor, maksudnya adalah tanpa adanya pemaksaan. Orang-orang
Korea menerapkan kebudayaan Cina dalam budaya-budaya yang dimilikinya
dikarenakan adanya keinginan mencontoh kebudayaan Cina yang membuat tata
kehidupan menjadi baik, teratur dan maju.
Shamanisme merupakan kepercayaan yang berlandaskan hal-hal mistik
atau gaib, dan percaya pada roh-roh yang sudah meninggal. Dalam shamanisme di
Korea, banyak dilakukannya gut atau persembahan dalam upacara-upacara seperti
penyembuhan terhadap penyakit-penyakit, meminta keberuntungan dalam pertanian
dan lain-lain, dan perantaranya melalui orang yang kerasukan. Walaupun bukan
berasal dari Cina, namun agama Budha dikenalkan di Korea melalui perantara Cina
atau Tionghoa (Sejarah Korea, 1995: 31), yang selanjutnya Korea
menyebarkan agama Budha ke Jepang.
Selain
itu juga masuknya filsafat Konfusianisme yang merupakan alirat filsafat yang diajarkan oleh Confucius.
Tujuan aliran ini yang sesungguhnya dan paling utama adalah konsepsi tentang
langkah pencapaian masyarakat yang ideal. Confucius ingin melanjutkan dan
memelihara tradisi pemikiran membela dan mempertahankan masyarakat feodal. Ajarannya tentang moral diperuntukan untuk
golongan atas. Dalam pandangannya, rakyat biasa hanya berfungsi untuk mengabdi
pada raja. (Wiriaatmadja, 2003: 112). Di Korea, aliran Konfusianisme merupakan
budaya yang diimpor dari Cina dan pertama
kali diterima di kerajaan Goguryeo, lalu berturut-turut ke Baekje dan Silla.
Aliran ini diduga masuk ke Korea pada abad ke 4 Masehi, saat ketiga negara
telah mencapai tingkat kematangan.
Kaum bangsawan terdiri
dari keluarga raja yang memegang hak mutlak baik di bidang politik, ekonomi
maupun seni budaya sekalipun. Sebagian besar penduduk awam bekerja sebagai
petani yang memiliki tanah sendiri, berkewajiban membayar berbagai pajak dan
dipanggil oleh kerajaan. Sementara itu, kaum masyarakat yang paling rendah
disebut dengan Bugok. (Sejarah Korea, 1995:
29).
Dalam
bidang kesenian pun ada unsur akulturasi, dengan terdapat banyak tari-tarian dan nyanyian-nyanyian dalam
budaya seni Korea. Karena sejak zaman dahulu bangsa Korea dikenal sangat
menikmati nyanyian dan tarian.
Dalam seni pahatan, di Korea banyak terdapat karya-karya
indah, diantaranya adalah Pagoda batu, patung Budha, lonceng, lukisan dan
kerajinan tangan. Di antara pagoda batu, pagoda 7 tingkat di kuil Hyonhwa,
pagoda 9 tingkat yang bersegi 8 di kuil Woljong dan pagoda bati 10 tingkat di
kuil Kyongchon yang menawan. Patung Budha Amitayorai sojo di kuil Busok
dianggap sebagai karya terbaik pada masa Koryo. Terdapat banyak karya seni yang
mencolok mengenai Budha, ini menunjukan bahwa agama Budha pada saat itu di
Korea dianut banyak orang dan mempengaruhi segala kehidupan.
Terdapat begitu banyak kesenian yang ada di Korea yang
terpengaruh oleh kebudayaan Cina. Di Korea tedapat seni kaligrafi yang
dinamakan soeye. Soeye merupakan seni menulis indah dalam aksara Cina yang
berkembang di Korea.Tulisan yang ditulis satu demi satu dalam gaya khas penulis
menggunakan kuas yang sudah dioleskan ditinta sebelumnya dibentuk membuat
sebuah kalimat bermakna.
Penutup
Sebuah peradaban besar pasti didukung oleh kebudayaan yang
besar pula. Begitu pula halnya dengan peradaban Cina yang memiliki kebudayaan
kuat sebagai perlambang identitas bangsanya. Dengan basic yang sangat kuat dan
sejarah yang panjang, kebudayaan Cina tersebut pada perkembangannya
mempengaruhi kebudayaan-kebudayaan di sekitarnya. Sejarah pun membuktikan bahwa
Cina merupakan sumber peradaban bagi bangsa-bangsa tetangganya, seperti Jepang
dan Korea. Pernyataan ini dibuktikan dengan ditemukannya unsur-unsur budaya
Cina dalam berbagai segi kehidupan di Jepang dan Korea. Selain itu juga
dibuktikan dengan adanya bentuk-bentuk akulturasi antara kebudayaan Cina dengan
kebudayaan asli setempat.
Hal ini sekaligus membuktikan hipotesis awal, bahwa
kebudayaan yang dimiliki oleh Cina, Jepang, dan Korea memang bersumber pada
satu wilayah, yakni dari Cina. Kebudayaan Cina menyebar ke Jepang dan Korea dan
berakulturasi dengan kebudayaan setempat, sehingga membentuk kebudayaan yang
khas bagi Jepang dan Korea. Pada saat ini kita dapat melihat adanya kesamaan
antara kebudayaan dari ketiga negara tersebut.
Oleh : Rani Anggia Puspita (0906689)
Elfa Michellia Karima (0907228)
Dwi Setiyono (0908890)
Daftar Pustaka
Jacques, Martin. (2011). When China Rules the World. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Koentjaraningrat.(2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: RinekaCipta
Sen, Tan Ta. (2010). Cheng
Ho. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Taniputera, Ivan. (2007). History of China. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Tanpa nama. (1995). Sejarah
Korea. Seoul: Radio Korea International KBS.
Wiriaatmadja, Rochiati dkk. (2004). Sejarah dan Peradaban Cina. Bandung: Humaniora Utama Press (HUP).
Wiriaatmadja, Rochiati dkk. (2004). Sejarah dan Peradaban Cina. Bandung: Humaniora Utama Press (HUP).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar