Judul :
Peranan Chaebol terhadap pembangunan Perekonomian Korea Selatan
1960 – 2002
Penyaji ;
Nama :Vebri Ahmad Sodikin
Nim :0800965
Korea adalah sebuah semenanjung yang di Asia Timur (di antara Tiongkok
dan Jepang). Korea terbagi menjadi dua negara, yakni Republik Korea (Korea
Selatan) dan Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara) setelah Perang
Dunia II pada tahun 1945. Korea Selatan kemudian berkembang menjadi negara
demokratis sementara Korea Utara berhaluan komunis. Bangsa Korea tergolong ras
kulit kuning (Mongoloid) dan rumpun Altai-Tungusik. Luas Republik Korea adalah
99.274 km2, lebih kecil dibanding Korea Utara. Keadaan topografinya sebagian
besar berbukit dan tidak rata. Pegunungan di wilayah timur umumnya menjadi hulu
sungai-sungai besar, seperti sungai Han dan sungai Naktong. Sementara wilayah
barat merupakan bagian rendah yang terdiri dari daratan pantai yang berlumpur.
Di wilayah barat dan selatan yang terdapat banyak teluk terdapat banyak
pelabuhan yang baik dan strategis seperti Incheon, Mokpo, Gwangyang dan Busan.
Korea Selatan memiliki sekitar 3.000 pulau, sebagian besar adalah
pulau kecil dan tidak berpenghuni. Pulau - pulau ini tersebar dari barat hingga
ke
selatan Korea
Selatan. Pulau Jeju
yang terletak sekitar 100 kilometer di bagian selatan Korea Selatan adalah
pulau terbesar dengan luas area 1.845 km2. Gunung Halla adalah gunung berapi
tertinggi sekaligus sebagai titik tertinggi di Korea Selatan yang terletak di
Pulau Jeju. Korea Selatan adalah negara republik. Seperti pada negara-negara
demokrasi lainnya, Korea Selatan membagi pemerintahannya dalam tiga bagian: eksekutif,
yudikatif dan legislatif. Lembaga eksekutif dipegang oleh presiden yang dipilih
berdasarkan hasil pemilu untuk masa jabatan 5 tahun dan dibantu oleh Perdana
Menteri yang ditunjuk oleh presiden dengan persetujuan dewan perwakilan.
Presiden bertindak sebagai kepala negara dan Perdana Menteri sebagai kepala
pemerintahan.
Pada masa akhir
Dinasti Chosun dikembangkan
Pelajaran nasional yang menyebabkan munculnya para kaum terpelajar yang disebut
Kuk-Hak (Semacam kaum Gentry di China pada masa Dinasti Han) setelah ini
kemudian muncul para sarjana yang mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
bahasa, kesenian serta membangun hubungan internasional dalam ekonomi dan
politik. Pada perkembangan selanjutnya terjadi kontak langsung dengan Jepang di
pulau Tsushima lalu di bukalah Waegwan (perumahan Jepang).
Untuk mempermudah hubungan
ini maka Korea menempatkan wedana di Dongnae (sekarang Busan), disinilah
terjadi kegiatan jual-beli barang-barang ekonomi dengan para konglomerat Jepang
yang disebut Zaibatsu (Sejarah
Korea. Radio Korea
Internasional, KBS, 1995: 124 – 136). Inilah awal mulanya Chaebol muncul di Korea walaupun sempat
terputus akibat adanya imperialisme Jepang tetapi peran
itu kembali setelah Perang Korea
hingga masa modern saat ini.
Chaebol secara bahasa artinya milyarder atau juga
konglomerat. Perang Korea pada tahun 1950 – 1953 telah meghancurkan semua
aspek-aspek sosial masyarakat Korea termasuk aspek ekonomi. Dalam perkembangan
berikutnya, Korea Utara yang beraliran komunis menganut perekonomian sosialis
dalam pembangunan negara mereka dan bersekutu dengan Uni Soviet dan Republik
Rakyat Cina. Sementara Korea Selatan yang bersekutu dengan Amerika Serikat
menganut sistem ekonomi liberal dalam pembangunan perekonomian mereka.
Kondisi keadaan alam yang
miskin sumber daya alam membuat Korea Selatan memulai pembangunan negara mereka dengan cara
melakukan pinjaman utang luar negeri. Pembangunan ekonomi inilah yang kemudian
melahirkan konglomerasi dalam sosial masyarakat Korea
Selatan. Gejala itu
mulai muncul pada tahun 1960-an, di awal masa pemerintahan Presiden Park Chung
Hee pada tahun 1961. Untuk mempercepat pembangunan perekonomian Korea
Selatan yang modern dan
berorientasi industri, Presiden Park Chung Hee mengajak peran serta swasta,
dalam hal ini perusahaan-perusahaan menengah yang berbasis perusahaan keluarga.
Pemerintah memberikan berbagai macam fasilitas dan kemudahan serta kebijakan
bagi para pengusaha menengah ini untuk mendapat kredit pinjamian luar negeri
serta menjamin iklim usaha yang menguntungkan. Pemerintah Korea Selatan
membuat kebijakan yang
menguntungkan para pengusaha dan perusahaannya dan membuat
perusahaan-perusahaan terutama konstruksi yang telah berdiri sebelum adanya
Perang Korea, seperti Samsung (1938), LG (1947), KIA dan Hyundai (1947) seolah
mendapat kesempatan untuk mendapat keuntungan yang besar dengan adanya
kebijakan dari Park Chung Hee saat itu dan melahirkan perusahaan keluarga
berbasis konstruksi lainnya, antara lain Daewoo, Ssang Yong (1967), Lotte
(1969) dan sebagainya. Chaebol
merupakan salah satu komponen bangsa Korea yang mempunyai peranan penting dalam
pembangunan Korea Selatan yang menjadikannya sebagai sebuah negara yang maju
dan sangat diperhitungan di kawasan Asia Pasifik dan dunia. Korea
Selatan memiliki ekonomi
pasar dan menempat urutan kelima belas berdasarkan PDB. Pasar bebas adalah
pasar ideal, dimana seluruh keputusan ekonomi dan aksi oleh individu yang
berhubungan dengan uang, barang, dan jasa adalah sukarela (Apridar, 2009: 19).
Sebagai salah satu dari empat Macan Asia Timur, Korea Selatan telah mencapai rekor ekspor impor yang memukau, nilai
ekspornya merupakan terbesar kedelapan di dunia. Sementara, nilai impornya
terbesar kesebelas. Kemajuan ekonomi ini dikenal dengan nama Keajaiban di
Sungai Han (http://id.wikipedia.org/wiki/korea).
Di sisi lain Chaebol menyebabkan jatuhnya perekonomian Korea
Selatan dengan adanya
krisis finansial Asia 1997 membuka kelemahan dari model pengembangan Korea
Selatan, termasuk rasio
utang yang besar, pinjaman luar yang besar, dan sektor finansial yang tidak
disiplin menyebabkan banyaknya kebangktutan perusahaan-perusahaan dan para Chaebol pun akhirnya tidak bisa
menggerakkan usahanya karena tidak memiliki modal lagi. Pertumbuhan jatuh
sekitar 6,6% pada 1998, kemudian pulih dengan cepat ke 10,8% pada 1999 dan 9,2%
pada 2000. Pertumbuhan kembali jatuh ke 3,3% pada 2001 karena perlambatan
ekonomi dunia, ekspor yang menurun, dan adanya persepsi bahwa pembaharuan
finansial dan perusahaan yang dibutuhkan tidak tumbuh. Perekonomian Korea
Selatan mulai bangkit
pada awal tahun 2002 dan para Chaebol pun
turut serta menstabilkan ekonomi Korea Selatan karena diantara perusahaan yang bangkrut akibat
krisis finansial 1997 masih ada yang bisa bertahan, diantaranya Samsung, LG,
Hyundai dan KIA Motors untuk kembali membangun ekonomi Korea
Selatan yang sempat
tidak stabil akibat krisis.
Dampak yang di timbulkan dengan adanya chaebol terhadap ekonomi korea selatan.
Pembangunan
perekonomian yang dikuasai oleh kaum chebol ini tentu saja mempunyai dampak
positif dan negatif bagi bangsa Korea. Eksistensi dan peran Chaebol sangat
menentukan, terutama setelah krisis finansial Asia pada 1997. Para chaebol juga
pernah terlibat skandal punya yang melibatkan Presiden Kim Dae-jung dan Roh
Moo-hyun. Artinya, mereka masih memiliki peran penting dalam politik domestik
dan global tidak hanya dalam ekonomi.
A. Dampak Positif.
1.
Menggantarkan Korea sebagai industri baru di Asia dan Pasifik dan dunia.
2. Besarnya
GDP dan pendapatan negara itu naik drastis.
3.
Infrastruktur dan kemajuan teknologi berkembang dengan pesat.
4.
Menggerakkan semangat wirausaha di kalangan masyarakat Korea Selatan.
5. Mampu
melahirkan banyak perusahaan baru yang bergerak diberbagai bidang usaha.
B.
Dampak Negatif
1. Menjadi
salah penyebab utama krisis ekonomi yang melanda Asia pada tahun 1997.
2. Terjadinya KKN.
3.
Memusatnya kemakmuran pada sekelompok elit saja.
4.
Banyaknya kredit macet yang dibuat oleh group chebol ini.
Analisis pembahasan :
Nama :
M. Sadudin
Nim : 0800968
Perang saudara di Korea pada tahun 1950 –
1953 telah meghancurkan dan memporak-porandakan semua aspek-aspek sosial
masyarakat Korea, termasuk aspek ekonomi. Dalam perkembangan berikutnya, Korea
Utara yang beraliran komunis mengusung perekonomian sosialis dalam pembangunan
negara mereka dan bersekutu dengan Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina.
Sementara Korea Selatan yang bersekutu dengan Amerika Serikat menganut sistem
ekonomi liberal dalam pembangunan perekonomian mereka.
Korea sendiri dengan kondisi keadaan alam
yang miskin sumber daya alam membuat Korea Selatan memulai pembangunan negara
mereka dengan cara melakukan pinjaman utang luar negeri. Pembangunan ekonomi
inilah yang kemudian melahirkan konglomerasi atau yang disebut juga dengan (chaebol)
dalam sosial masyarakat Korea. Gejala itu mulai muncul pada tahun 1960-an, di
awal masa pemerintahan Presiden Park Chunghee pada tahun 1961.
Untuk mempercepat pembangunan perekonomian
Korea yang modern dan berorientasi industri, Presiden Park Chunghee mengajak
peran serta swasta, dalam hal ini perusahaan-perusahaan menengah yang berbasis
perusahaan keluarga. Pemerintah memberikan berbagai macam fasilitas dan
kemudahan serta kebijakan bagi para pengusaha menengah ini untuk mendapat
kredit pinjamian luar negeri serta menjamin iklim usaha yang menguntungkan.
Pemerintah Korea membuat kebijakan yang menguntungkan para pengusaha atau
perusahaan tersebut ini. Inilah yang kemudian yang disebut dengan (chaebol).
Tetapi disisi lain Chaebol menyebabkan jatuhnya
perekonomian Korea Selatan dengan adanya krisis finansial Asia 1997 membuka
kelemahan dari model pengembangan Korea Selatan, termasuk rasio utang yang besar, pinjaman luar yang
besar, dan sektor finansial yang tidak disiplin menyebabkan banyaknya
kebangktutan perusahaan-perusahaan dan para Chaebol
pun akhirnya tidak bisa menggerakkan usahanya karena tidak memiliki modal
lagi.
Meskipun tiga
presiden terakhir (Kim Young-sam, Kim Dae-jung, dan Roh Moo-hyun) telah mencoba
untuk merombak Chaebol; terutama setelah krisis finansial Asia pada 1997; mereka
tetap memainkan peranan penting dalam ekonomi nasional.
Daftar
Pustaka
__________
,
(1995). Sejarah Korea. Seoul: Radio
Korea Internasional, KBS. National Institute for International Education
Development, Ministry of Education of Korea.
__________
,
(2008). Fakta-Fakta tentang Korea.
Seoul: Pelayanan Kebudayaan dan Informasi kementrian Kebudayaan, Olahraga dan
Pariwisata.
Apridar,
(2009). Ekonomi Internasional: Sejarah,
Teori, Konsep, dan Permasalahan dalam Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Woo-Keun,
Han. (1970). The History of Korea.
Seoul: Eul-Yoo Publishing Co,.Ltd.
Sung-Nyong,
Lee. (1970). Korean Studies Today.
Seoul: Institute of Asian Studies, Seoul National University.
Sjamsuddin,
Helius. (2007). Metodologi Sejarah.
Yogyakarta: Ombak.
Perang saudara di Korea pada tahun 1950 – 1953 telah meghancurkan dan memporak-porandakan semua aspek-aspek sosial masyarakat Korea, termasuk aspek ekonomi. Dalam perkembangan berikutnya, Korea Utara yang beraliran komunis mengusung perekonomian sosialis dalam pembangunan negara mereka dan bersekutu dengan Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina. Sementara Korea Selatan yang bersekutu dengan Amerika Serikat menganut sistem ekonomi liberal dalam pembangunan perekonomian mereka.
BalasHapusKorea sendiri dengan kondisi keadaan alam yang miskin sumber daya alam membuat Korea Selatan memulai pembangunan negara mereka dengan cara melakukan pinjaman utang luar negeri. Pembangunan ekonomi inilah yang kemudian melahirkan konglomerasi atau yang disebut juga dengan (chaebol) dalam sosial masyarakat Korea. Gejala itu mulai muncul pada tahun 1960-an, di awal masa pemerintahan Presiden Park Chunghee pada tahun 1961.
Untuk mempercepat pembangunan perekonomian Korea yang modern dan berorientasi industri, Presiden Park Chunghee mengajak peran serta swasta, dalam hal ini perusahaan-perusahaan menengah yang berbasis perusahaan keluarga. Pemerintah memberikan berbagai macam fasilitas dan kemudahan serta kebijakan bagi para pengusaha menengah ini untuk mendapat kredit pinjamian luar negeri serta menjamin iklim usaha yang menguntungkan. Pemerintah Korea membuat kebijakan yang menguntungkan para pengusaha atau perusahaan tersebut ini. Inilah yang kemudian yang disebut dengan (chaebol).
Tetapi disisi lain Chaebol menyebabkan jatuhnya perekonomian Korea Selatan dengan adanya krisis finansial Asia 1997 membuka kelemahan dari model pengembangan Korea Selatan, termasuk rasio utang yang besar, pinjaman luar yang besar, dan sektor finansial yang tidak disiplin menyebabkan banyaknya kebangktutan perusahaan-perusahaan dan para Chaebol pun akhirnya tidak bisa menggerakkan usahanya karena tidak memiliki modal lagi.
Meskipun tiga presiden terakhir (Kim Young-sam, Kim Dae-jung, dan Roh Moo-hyun) telah mencoba untuk merombak Chaebol; terutama setelah krisis finansial Asia pada 1997; mereka tetap memainkan peranan penting dalam ekonomi nasional.