Keberhasilan Pembangunan Malaysia Tahun
2010 Dikaitkan Dengan
Tanggapan Cardoso Dalam Teori Dependensi Baru
Oleh
Euis Megiawati (1202817)
Malaysia
adalah salah satu Negara di Asia Tenggara yang pernah diduduki oleh Inggris dan
kemudian merdeka pada tahun 1957. Kebijakan politik Malaysia dibawah
kepemimpinan Perdana Menteri Mahathir dinilai cenderung otoriter (Cipto, 2007).
Kemerdekaan Malaysia adalah kemerdekaan yang diberikan oleh Britania Raya atau
Inggris. Politik dan ekonomi Malaysia selalu dibawah pengawasan kekuasaan
Inggris. Setelah Malaysia terbebas dari imperialisme bangsa barat dalam hal ini
Inggris, ternyata Inggris tidak membiarkan Malaysia bebas begitu saja. Tanpa
kita sadarai Inggris menerapkan neo-imperialisme di Malaysia.
Neo-imperialisme dapat terjadi pada bekas-bekas tanah jajahan
yang masih bergantung pada bekas negara penjajahnya, neo-imperialisme juga
berlaku pada negara yang bergantung pada negara lain. Hal ini, dapat terlihat
pada Negara Malaysia yang sampai sekarang
masih bergantung dan tidak bisa lepas dari Negara-negara bekas penjajahnya
khususnya Inggris.Namun, Malaysia yang kita tahu sangat bergantung pada Inggris
(jika dalam teori system ekonomi dunia dikatakan sebagai Negara pusat karena
dijadikan Negara untuk bergantungnya Negara-negara pinggiran, Negara-negara
pinggiran dalam hal ini adalah Negara-negara di dunia ketiga salah satunya
yaitu Malaysia) ternyata Malaysia yang
merupakan Negara berkembang sekarang sudah mampu melebarkan sayapnya baik dalam
hal politik maupun ekonomi. Karena hal itu Malaysia dapat menjadi Negara yang
bisa membangun ekonominya secara mandiri walaupun masih bergantung pada
Inggrias. Bahkan pada tahun 2001 sampai dengan 2010, Malaysia dapat mencapai
pembangunan Negara yang cukup memuaskan.
Diparuh
waktu ini, Malaysia menjadi salah satu Negara perdagangan utama dunia dan
berada diperingkat ke-21 dunia sebagai Negara pengekspor ditahun 2010. Bahkan,
berdasarkan laporan Deutsche Bank
mengenai potensi pertumbuhan 34 negara yang maju dan sedang membangun, Malaysia
dinyatakan sebagai Negara kedua yang pantas membangun setelah India, dan
mengatasi China dalam kurun tahun 2006 hingga 2020 nanti. Tidak itu saja,
berdasarkan laporan AT Kearney, Malaysia berada diantara 15 negara utama untuk
tujuan imvestasi, dan berada pada tangga ketiga dunia sebagai lokasi “outsourching”. Bahkan laporan AT Kearney
bersama majalah Foreign Policy
mendudukkan Malaysia sebagai satu-satunya negara dari Benua Asia yang termasuk
dalam 20 negara yang paling global. Tak hanya itu, situs bisnis Forbes pada 19 Juli 2010 kemarin,
mendudukkan Malaysia di urutan ke-4 di antara 13 negara di Asia yang memiliki
potensi dan peringkat bisnis tertinggi. Penilaian terhadap ke-13 negara
tersebut berdasarkan peringkat yang dimiliki oleh World Economic Forum, Fraser Institute, World Bank dan Milken Institute. Dalam hal ini,
penilaian dari World Economic Forum didasarkan
pada penghitungan peringkat daya saing ke-13 negara tersebut, Fraser Institute
menyatakan tingkat kebebasan dalam melakukan bisnis, Milken Institute ialah
indeks akses para pemodal dan World Bank
menyatakan keamanan dalam melakukan suatu bisnis.
Menurut
Forbes tersebut, Kuala Lumpur, sebagai ibukota negara Malaysia yang merupakan
tujuan bisnis dan pariwisata, negara itu mampu membuktikan tingginya tingkat
pemasukan investasi luar negeri (FDI) sebesar 18,4%. Bahkan tingkat daya saing
bisnis yang dimiliki, Malaysia lebih unggul dibandingkan dengan Shanghai.
Bagaimana dengan Indonesia? Negara kita ini tidak masuk dalam 13 negara yang
berhasil di survey oleh Forbes. Kemajuan Malaysia tak terlepas dari program
atau langkah yang diambil pada masa kekuasaan Abdullah Ahmad Badawi. Beberapa
langkah tindakan yang dilakukan Ahmad Badawi tersebut ditujukan untuk
menyelamatkan perekonomian bangsa, agar tidak terpuruk di tengah persaingan
perdagangan antarbangsa dan harga minyak yang makin menggila waktu itu, sehingga
sangat mempengaruhi perekonomian negara.
Langkah-langkah
itu meliputi, pertama, melakukan
penghematan dan memperketat pengeluaran negara. Segala pengeluaran atau
pembelanjaan negara harus dipantau dengan saksama agar negara tidak menghadapi
defisit yang sangat besar, dan tidak menimbulkan beban bagi negara sebagai
akibat dari besarnya belanja ketimbang devisa yang diterima. Untuk itu negara
juga harus memiki tabungan bagi hari depan.Kedua,
membina ekonomi berasaskan pengetahuan. Hal ini diwujudkan dengan cara memberi
perhatian berat terhadap usaha-usaha yang bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas, kreativitas, dan inovasi, serta memberi fokus kepada
bidang-bidang yang mempunyai daya saing yang lebih kuat. Oleh karena itu,
sumber daya manusia adalah elemen terpenting dalam ekonomi negara dan harus
ditingkatkan nilainya, serta dibinaupaya. Untuk itu, program-program penelitian
dan pembangunan, penguasaan sains dan teknologi, penguasaan ilmu pengetahuan
dan kemahiran, harus lebih digalakkan di kalangan warga masyarakat, agar warga
mampu menghasilkan ciptaan baru, produk baru, pendapatan baru, dan kekayaan
baru.Ketiga, memperkokoh asas dan
fundamental ekonomi negara, serta menciptakan bidang-bidang pertumbuhan baru.
Staretegi ini dapat dicapai melalui bioteknologi dan pertanian modern, karena
sektor pertanian sangat dimungkinkan untuk mencapai hal itu. Selain sektor
tersebut, bidang-bidang lain seperti pariwisata, pendidikan, kesehatan,
keuangan Islam, dan pemasaran makanan halal merupakan potensibesar untuk
menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Hal ini sudah dibuktikan
denganpertumbuhan dunia pariwisata Malaysia yang begitu mengesankan. Bahkan
banyak orang-orang kita yang melancong, berobat, dan bersekolah di negeri jiran
itu.Keempat, memperbaiki sistem
informasi dan menghapus sistem birokrasi yang rumit terutama dalam bidang
investasi agar menjadilebih baik dan cepat. Hal ini sangat berkaitan erat
dengangood governancedangood government. Sistem birokrasi cenderung menyulitkan
investor bahkan mendorong munculnya tindakan suap yang menyebabkan tingginya
biaya investasi. Penghapusan dan pembasmian suap di berbagai sektor, baik
sektor umum, pemerintahan, dan sektor swasta sangat mutlak diperlukan.Kelima, meningkatkan kualitas hidup
rakyat melalui perbaikan sarana dan prasarana rakyat sepertiperumahan,
kesehatan, komunikasi dan informasi, pendidikan, kelistrikan, dan penyediaan
air bersih, terutama di kawasan-kawasan yang masih tertinggal.Keenam, menghilangkan kesenjangan sosial
melalui pemerataan pembangunan antara daerah atauwilayah, perkotaan dan
pedesaan, serta peningkatan pendapatan golongan miskin melalui peningkatan
modal usaha dan budaya seperti keterampilan. Ketujuh, menciptakan stabilitas
nasional yang mantap. Strategi ini dapat diwujudkan dengan cara membina
kemanan, kestabilan, dan kemakmuran serta persatuan dan kesatuan bangsa.
Kestabilan inijuga dapat dicapai dengan melakukan rancangan program ekonomi dan
program sosial yang memuat sikap adil bagi setiap warga yang berbeda suku
bangsa. Di samping itu, iklim investasi harus mampu memberi keyakinan kepada
para investor bahwa negara (Malaysia) merupakan tujuan investasi yang tepat.
Selain langkah-langkah di atas, Badawi juga punyastrategi keislaman dan Agenda
Melayu. (Kompasiana, 2015).
Keberhasilan
pembangunan Malaysia yang telah dijelaskan di atas sejalan dengan teori
dependensi baru dalam tanggapan Cardoso. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
a. Cardoso menyebutnya sebagai
metode historis structural, karena menggunakan analisis sejarah dalam ilmu-ilmu
sosial. Istilah ketergantungan digunakan Cardoso sebagai alat analisis untuk
menjelaskan situasi konkrit di Dunia Ketiga. Berbeda dengan dependensi klasik
yang menganggap keterbelakangan sebagai analisis yang selalu digunakan untuk
menjelaskan semua keterbelakangan di Dunia Ketiga.
b. Cardoso member perhatian yang
cukup terhadap faktor internal (nasional) di samping faktor eksternal (global).
Dalam Dependensi klasik hanya fokus pada factor eksternal (bahwa semua
keterbelakangan dan ketergantungan berasal dari luar/kolonoalis).Tesisnya,
bahwa kekuatan eksternal akan mewujud menjadi kekuatan internal melalui
perilaku sosial dan kelas sosial yang dominan yang akan memaksakan ketercapaian
tujuan dan dominasi asing.
c. Cardoso melihat situasi
ketergantungan sebagai proses yang memiliki berbagai kemungkinan akhir yang
terbuka. Sementara, teori dependensi klasik menekankan kepastian ketergantungan
struktural. Oleh karena itu, Cardoso masih melihat dengan jelas bahwa
Negara Dunia Ketiga masih memiliki peluang untuk apa yang dia sebut sebagai situasi
pembangunan yang bergantung (associated-dependen depelovment). Oleh karena
itu, sekaligus untuk menjawab situasi yang terjadi di Korea Selatan dan Kanada,
bahkan di negara-negara Asia lainnya yang kemudian mencapai pembangunan
ekonominya dengan melepaskan diri dari ketergantungan yang dominan dari negara
metropolis, seperti Cina, Hongkong, Malaysia,Taiwan dan yang paling mutakhir
adalah Vietnam!
Tentang penggunaan modal asing,
bagi negara-negara yang bergantung, menurut Cardoso bahwa dalam batas-batas
tertentu, bersesuaian dengan kemakmuran negara-negara pinggiran. Dalam arti,
perusahaan multinasional (investor asing) diasumsikan membantu proses
pembangunan negara-negara pinggiran.Hal ini dilihat dari aspek bahwa perusahaan
multi nasional lebih berorientasi kepada usaha produksi dan penjualan
barang-barang produksi untuk kepentingan domestik. Kendati demikian, Cardoso
tidak setuju terhadap tesis teori modernisasi, bahwa kondisi ini akan membawa
Negara Dunia Ketiga pada proses kemandirian, karena ongkos sosialnya dan biaya
pembangunan terlalu tinggi. Di samping itu, Cardoso mencoba mengaitkan antara
dinamika politik di negara bergantung melalui penelitiannya di Brazilia.
Menurutnya, terdapat 3 macam kekuatan politik : negara birokratis- teknokratis
militer , perubahan multi nasional dan borjuis lokal.
Referensi
Cipto,
Bambang. (2007). Hubungan Internasional di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Nasution,
Abdi. (2105). Kenapa Malaysia Maju?.
Kompasiana. [Online]. Tersedia di: http://m.kompasiana.com/abdinst/kenapa-malaysia-maju_55002144813311501afa71c0.
[01
November 2015].
Mangandaralam,
Syahduddin. (1987). Mengenal Dari Dekat
Malaysia Negara Tetangga Kita Dalam ASEAN. Bandung: REMAJA KARYA.
Suwarsono
dan Alfin. (2013). Perubahan Sosial dan Pembangunan.
Jakarta : LP3ES.
Oleh
Dea Ulviaturohmah (1205116)
Saya
setuju dengan artikel di atas, terutama dalam penggunaan teori depedensi baru
yang dihubungkan dengan keberhasilan pembangunan Malaysia tahun 2010. Tetapi
didalam artikel saya tidak melihat peran Inggris dalam artikel tersebut.
Padahal dalam teori dependensi baru peran dari Negara bekas penjajah harus
terlihat menonjol, baru kita bisa melihat sejauh mana perkembangan negara yang
dijajahnya.
Menurut
saya, ketekaitan teori dependensi baru dengan perkembangan pembangunan di
Malaysia harus dijelaskan lebih lanjutb lagi, karena jika hanya sejauh ini
pembaca tidak akan mengerti secara jelas tentang maksud dari artikel ini.
Selain itu, sumber yang penulis gunakan minim, sehingga tidak ada bahan untuk
pembanding. Oleh karena itu, saya menyarankan kepada penulis untuk mencari
sumber yang lebih banyak lagi.
BalasHapusApakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!
1"Dikejar-kejar hutang
2"Selaluh kalah dalam bermain togel
3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel
4"Anda udah kem***-m*** tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat
5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
tapi tidak ada satupun yang berhasil..
Solusi yang tepat jangan anda putus asah... KI JAYA WARSITO akan membantu
anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
butuh angka togel 2D ,3D, 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
100% jebol
Apabila ada waktu
silahkan Hub: KI JAYA WARSITO DI NO: [[[085-342-064-735]]]
ANGKA RITUAL: TOTO/MAGNUM 4D/5D/6D
ANGKA RITUAL: HONGKONG 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; KUDA LARI 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; SINGAPUR 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; TAIWAN,THAILAND
ANGKA RITUAL: SIDNEY 2D/3D/4D
DAN D*** GHOIB