Rabu, 16 Mei 2012

PENYEBARAN KEBUDAYAAN CINA KE JEPANG DAN KOREA PADA ABAD KE 3 - 8 M

Abstract

China culture is one of the oldest culture in the world. Until now people in China still  keep their ancestor culture by doing it in their daily life. Because of that, the culture of china can spread widely to another countries and many of that countries adapt the china culture and combine it to their culture. Such as Korean and Japan which adapt the china culture in many aspects of life. The adaptation happens because those countries think that China culture is a modern culture and has a good value for their country.

Pendahuluan
Berkembangnya kebudayaan Cina ke Jepang tidak lepas dari peran orang-orang Tionghoa yang datang dan menetap di Jepang. Mereka mempengaruhi kebudayaan Jepang dengan ajaran yang dibawanya seperti Konfusianisme, Taoisme dan Agama Budha yang sangat erat dengan kebudayaan di Cina yang dibawa ke Jepang.
Orang-orang Tionghoa tidak secara sengaja menyebarkan kebudayaan Cina. Dalam konteks teori difusi budaya yang terdiri dari penetrasi damai dan penetrasi kekerasan, penyebaran budaya Cina ke Jepang pada masa ini tergolong pada penetrasi secara damai, karena proses penerapan budaya Cina oleh masyarakat Jepang tidak berdasarkan paksaan dari orang Cina yang datang ke Jepang.Sebagai pendatang di Jepang, orang-orang Cina ini tetap hidup dengan budaya mereka sendiri.Awalnya orang Jepang hanya melihat cara hidup orang-orang Cina, kemudian lama-kelamaan mereka menganggap cara hidup orang Cina tersebut sebagai sesuatu yang indah dan menganggap tinggi kebudayaan orang-orang Cina, hingga akhirnya mereka menirunya. Pada saat itu kebudayaan Cina dianggap sebagai budaya yang modern, karena bila dibandingkan dengan kebudayaan di Jepang pada masa itu, budaya Cina jauh lebih maju dan dianggap indah oleh orang-orang Jepang yang melihatnya. 
Dari berbagai wilayah yang telah disebutkan diatas, terdapat dua negara yang mendapat pengaruh budaya Cina yang sangat kuat, yakni Jepang dan Korea. Kedua negara tersebut memiliki budaya yang mirip dengan budaya Cina pada umumnya. Hingga kini, kita dapat melihat kemiripan tersebut, misalnya dalam hal arsitektur, bangunan-bangunan tradisional Jepang dan Korea sangat mirip dengan bangunan tradisional Cina. Selain itu dalam hal kepercayaan, adanya pengaruh dari paham Konfusianisme dalam berbagai segi kehidupan bangsa Cina, Jepang dan Korea. Berbagai kemiripan tersebut menimbulkan suatu hipotesis awal bahwa kebudayaan ketiga negara tersebut berasal dari satu wilayah yakni Cina, dalam artian bahwa Jepang dan Korea menerapkan unsur-unsur budaya Cina dalam kehidupan mereka setelah menerima pengaruh dari budaya yang disebarkan oleh orang-orang Cina yang melakukan migrasi ke wilayah mereka.


Akulturasi Kebudayaan Cina Terhadap Kebudayaan Jepang
Kebudayaan Cina yang mengalami akulturasi dengan kebudayaan Jepang diantaranya ialah dalam hal tulisan dan bahasa, bangsa Jepang pada awalnya belum bisa membaca dan menulis, Jepang juga tidak punya system tulis, kemudian mengadopsi dan mempribumikan banyak aksara China serta meramunya dengan sistem tulis temuan sendiri (Jacques, 2009: 126). Dibawanya bahasa Cina oleh seorang sarjana Korea yang bernama Wani sebagai perantara, maka orang Jepang mengadopsi tulisan dari Cina tersebut. Pada awalnya Wani mengajarkan tentang huruf Cina di Jepang, karena pada saat itu banyak yang mempelajari dan memang belum ada sistem penulisan di Jepang. Jepang kemudian mengadopsi tulisan Cina tersebut, mereka menggunakan tulisan Cina dengan dua cara, yaitu cara fonetis dan cara ideografis.
Selain itu hal lain yang mempengaruhi kebudayaan Jepang dari kebudayaan Cina ialah dalam hal kepercayaan atau agama, mayoritas di Jepang menganut agama Shinto. Bila dalam bahasa Mandarin maka menjadi shin dan tou yang bermakna “jalan/jalur dewa”. Shinto merupakan agama resmi yang berasal dari Jepang. Shinto merupakan penyembahan kepada kammi (dewa, roh alam, atau sekedar kehadiran spiritual).Kammi merupakan benda-benda dan proses alam, misalnya Amaterasu, sang dewa matahari.
Ajaran Shinto ini merupakan animisme karena mempercayai banyak dewa.Dalam ritual keagamaannya Shinto melakukan penyembahan pada arwah leluhur/ nenek moyang.
Pada sekitar abad ke 5 masuklah agama Budha dari Cina ke Jepang. Ajaran agama Budha di Jepang mempercayai dewa matahari atau dikenal dengan nama Amaterasu sebagai dewa tertinggi yang dianggap sebagai penjelmaan Budha Daichi Nyorai. Agama Budha di Jepang yang paling terkenal adalah ajaran Budha Zen yang diserap dari China. Setelah masuknya Agama Budha ke Jepang, banyak peziarah dari Jepang pada abad ke-9 datang ke Wihara di Cina (Sen, 2010 : 98).
Tak hanya dalam kepercayaan dalam bentuk agama dan ilmu falak, filsafat pun mulai menyebar di Jepang antara lain Konfusianisme dan Taoisme. Konfusianisme menanamkan pengaruhnya seperti pemujaan terhadap nenek moyang, kesetiaan kepada keluarga, kebaktian anak kepada keluarga, dsb. Loyalitas berikut bakti kepada orang tua dan kewajiban terhadap orang yang lebih senior menurutotoritas, darah, dan umur termasuk karakteristik penentu utama hubungan hierarkis yang menjiwai budaya Jepang (Jacques, 2009: 51). Pengaruh Taoisme masuk pula ke Jepang. Unsur dari Taoisme yang berkembang di Jepang terletak dalam bentuk penggunaan magic atau sihir.
Tenunan dan kerajinan di Jepang pun dapat pengaruh dari Cina, sejak zaman Kofun sudah dikenal sistem menjahit pakaian yang nantinya dikenal dengan nama Kimono. Pada awal perkembangannya Cina mempengaruhi Jepang dengan pakaian yang terdiri dari dua potong pakaian yaitu pakaian atas dan pakaian bawah. Haniwa mengenakan baju atas seperti mantel yang dipakai menutupi kantoi. Pakaian bagian bawah berupa rok yang dililitkan di pinggang. Dari penemuan haniwa terlihat pakaian berupa celana berpipa lebar seperti hakama. Baju atas terdiri dari dua jenis kerah yaitu kerah datar sampai persis di bawah leher (agekubi) dan kerah berbentuk huruf “V” (tarekubi) yang dipertemukan di bagian dada. Kerajinan yang mendapat pengaruh Cina ialah dalam sistem penghalusan keramik pada masa Yayoi juga hasil pengaruh yang dibawa oleh Cina ke Jepang selain itu teknologi perkayuan, pengolahan benang sutra yang banyak dilakukan di Jepang berasal dari Cina.
Dalam hal mata pencaharian tradisional di Jepang, kebudayaan Cina juga telah banyak berdatangan sejak abad ke 3 di daerah Kan di Jepang, dengan masuknya perunggu dan pertanian, maka banyak sekali masyarakat Jepang yang memiliki mata pencaharian sebagai petani.
Pengobatan di Jepang Pijat tradisional China kuno yang dikenal Shiatsuatau juga dikenal sebagai ‘anma’. Anma kemudian diadopsi dan diadaptasi oleh masyarakat Jepang. Terapi anma ini secara bertahap berevolusi dan dipengaruhi oleh kebudayaan dari timur dan barat.Terapi Amma (atau anma dalam bahasa Jepang) dapat menyembuhkan sakit ringan, nyeri, sampai sakit yang serius atau parah.
Hubungan antara Cina dan Jepang secara resmi telah dibuka sejak abad ke-5. Hasil dari hubungan tersebut yaitu banyak kebudayaan Cina yang masuk ke Jepang, seperti: kesusasteraan, ilmu falak, obat-obatan, menenun dan juga agama Budha.  

Akulturasi Kebudayaan Cina Terhadap Kebudayaan Korea
Selain Jepang, kebudayaan Cina juga menyebar ke Korea. Awal mula menyebarnya budaya Cina adalah saat Korea belum terpecah menjadi dua negara, melainkan pada saat jaman Tiga Kerajaan yakni Kerajaan Koguryo, Kerajaan Baekje dan Kerajaan Silla. Budaya-budaya Cina yang masuk ke Korea, tidak semuanya langsung diterapkan oleh orang-orang Korea. Namun, disesuaikan dengan kondisi masyarakat Korea saat itu. Sehingga terjadi proses akulturasi antara budaya Cina dan budaya Korea.
Dalam perspektif teori difusi kebudayaan, penyebaran budaya Cina ke Korea terjadi melalui dua cara, yakni: pertama, penetrasi kebudayaan dengan cara kekerasan (paksa) yang dibuktikan dengan adanya agresi kerajaan Cina ke  berbagai wilayah termasuk ke Korea, yang terjadi pada saat Dinasti Han yang berkuasa. Pada awalnya seorang pemimpin emigran Korea asal Cina bernama Wiman, ia menaklukan raja Kojosun di semenanjung Korea pada awal abad ke-2 SM, namun ini tidak berlangsung lama karenaadanya agresi dari Dinasti Han yang datang dan meruntuhkan Kojosun, sehingga jatuh ke tangan kerajaan Han. Dalam agresinya, Dinasti Han banyak menyebarkan kebudayaan-kebudayaan mereka di wilayah jajahannya, termasuk di Korea. Kedua, penetrasi kebudayaan secara damai. Hal ini dibuktikan denganbeberapa sumber yang mengatakan bahwa kebudayaan Cina masuk ke Korea dengan cara diimpor, maksudnya adalah tanpa adanya pemaksaan. Orang-orang Korea menerapkan kebudayaan Cina dalam budaya-budaya yang dimilikinya dikarenakan adanya keinginan mencontoh kebudayaan Cina yang membuat tata kehidupan menjadi baik, teratur dan maju.
Shamanisme merupakan kepercayaan yang berlandaskan hal-hal mistik atau gaib, dan percaya pada roh-roh yang sudah meninggal. Dalam shamanisme di Korea, banyak dilakukannya gut atau persembahan dalam upacara-upacara seperti penyembuhan terhadap penyakit-penyakit, meminta keberuntungan dalam pertanian dan lain-lain, dan perantaranya melalui orang yang kerasukan. Walaupun bukan berasal dari Cina, namun agama Budha dikenalkan di Korea melalui perantara Cina atau Tionghoa (Sejarah Korea, 1995: 31), yang selanjutnya Korea menyebarkan  agama Budha ke Jepang.
Selain itu juga masuknya filsafat Konfusianisme yang merupakan alirat filsafat yang diajarkan oleh Confucius. Tujuan aliran ini yang sesungguhnya dan paling utama adalah konsepsi tentang langkah pencapaian masyarakat yang ideal. Confucius ingin melanjutkan dan memelihara tradisi pemikiran membela dan mempertahankan masyarakat feodal.  Ajarannya tentang moral diperuntukan untuk golongan atas. Dalam pandangannya, rakyat biasa hanya berfungsi untuk mengabdi pada raja. (Wiriaatmadja, 2003: 112). Di Korea, aliran Konfusianisme merupakan budaya  yang diimpor dari Cina dan pertama kali diterima di kerajaan Goguryeo, lalu berturut-turut ke Baekje dan Silla. Aliran ini diduga masuk ke Korea pada abad ke 4 Masehi, saat ketiga negara telah mencapai tingkat kematangan.
Kaum bangsawan terdiri dari keluarga raja yang memegang hak mutlak baik di bidang politik, ekonomi maupun seni budaya sekalipun. Sebagian besar penduduk awam bekerja sebagai petani yang memiliki tanah sendiri, berkewajiban membayar berbagai pajak dan dipanggil oleh kerajaan. Sementara itu, kaum masyarakat yang paling rendah disebut dengan Bugok. (Sejarah  Korea, 1995: 29).
Dalam bidang kesenian pun ada unsur akulturasi, dengan terdapat banyak tari-tarian dan nyanyian-nyanyian dalam budaya seni Korea. Karena sejak zaman dahulu bangsa Korea dikenal sangat menikmati nyanyian dan tarian.
Dalam seni pahatan, di Korea banyak terdapat karya-karya indah, diantaranya adalah Pagoda batu, patung Budha, lonceng, lukisan dan kerajinan tangan. Di antara pagoda batu, pagoda 7 tingkat di kuil Hyonhwa, pagoda 9 tingkat yang bersegi 8 di kuil Woljong dan pagoda bati 10 tingkat di kuil Kyongchon yang menawan. Patung Budha Amitayorai sojo di kuil Busok dianggap sebagai karya terbaik pada masa Koryo. Terdapat banyak karya seni yang mencolok mengenai Budha, ini menunjukan bahwa agama Budha pada saat itu di Korea dianut banyak orang dan mempengaruhi segala kehidupan.
Terdapat begitu banyak kesenian yang ada di Korea yang terpengaruh oleh kebudayaan Cina. Di Korea tedapat seni kaligrafi yang dinamakan soeye. Soeye merupakan seni menulis indah dalam aksara Cina yang berkembang di Korea.Tulisan yang ditulis satu demi satu dalam gaya khas penulis menggunakan kuas yang sudah dioleskan ditinta sebelumnya dibentuk membuat sebuah kalimat bermakna.

Penutup
Sebuah peradaban besar pasti didukung oleh kebudayaan yang besar pula. Begitu pula halnya dengan peradaban Cina yang memiliki kebudayaan kuat sebagai perlambang identitas bangsanya. Dengan basic yang sangat kuat dan sejarah yang panjang, kebudayaan Cina tersebut pada perkembangannya mempengaruhi kebudayaan-kebudayaan di sekitarnya. Sejarah pun membuktikan bahwa Cina merupakan sumber peradaban bagi bangsa-bangsa tetangganya, seperti Jepang dan Korea. Pernyataan ini dibuktikan dengan ditemukannya unsur-unsur budaya Cina dalam berbagai segi kehidupan di Jepang dan Korea. Selain itu juga dibuktikan dengan adanya bentuk-bentuk akulturasi antara kebudayaan Cina dengan kebudayaan asli setempat.
Hal ini sekaligus membuktikan hipotesis awal, bahwa kebudayaan yang dimiliki oleh Cina, Jepang, dan Korea memang bersumber pada satu wilayah, yakni dari Cina. Kebudayaan Cina menyebar ke Jepang dan Korea dan berakulturasi dengan kebudayaan setempat, sehingga membentuk kebudayaan yang khas bagi Jepang dan Korea. Pada saat ini kita dapat melihat adanya kesamaan antara kebudayaan dari ketiga negara tersebut.

Oleh : Rani Anggia Puspita       (0906689)
          Elfa Michellia Karima     (0907228)
          Dwi Setiyono                 (0908890)



Daftar Pustaka 



Jacques, Martin. (2011). When China Rules the World. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Koentjaraningrat.(2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: RinekaCipta
Sen, Tan Ta. (2010). Cheng Ho. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Taniputera, Ivan. (2007). History of China. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Tanpa nama. (1995). Sejarah Korea. Seoul: Radio Korea International KBS.
Wiriaatmadja, Rochiati dkk. (2004). Sejarah dan Peradaban Cina. Bandung: Humaniora Utama Press (HUP).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar