Minggu, 05 Februari 2012

NAMA: VEBRI AHMAD. S NIM : 0800965


Judul :
Peranan Chaebol terhadap pembangunan Perekonomian Korea Selatan
1960 – 2002
Penyaji ;
Nama               :Vebri Ahmad Sodikin 
Nim                 :0800965
Korea adalah sebuah semenanjung yang di Asia Timur (di antara Tiongkok dan Jepang). Korea terbagi menjadi dua negara, yakni Republik Korea (Korea Selatan) dan Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara) setelah Perang Dunia II pada tahun 1945. Korea Selatan kemudian berkembang menjadi negara demokratis sementara Korea Utara berhaluan komunis. Bangsa Korea tergolong ras kulit kuning (Mongoloid) dan rumpun Altai-Tungusik. Luas Republik Korea adalah 99.274 km2, lebih kecil dibanding Korea Utara. Keadaan topografinya sebagian besar berbukit dan tidak rata. Pegunungan di wilayah timur umumnya menjadi hulu sungai-sungai besar, seperti sungai Han dan sungai Naktong. Sementara wilayah barat merupakan bagian rendah yang terdiri dari daratan pantai yang berlumpur. Di wilayah barat dan selatan yang terdapat banyak teluk terdapat banyak pelabuhan yang baik dan strategis seperti Incheon, Mokpo, Gwangyang dan Busan.
Korea Selatan memiliki sekitar 3.000 pulau, sebagian besar adalah pulau kecil dan tidak berpenghuni. Pulau - pulau ini tersebar dari barat hingga ke selatan Korea Selatan. Pulau Jeju yang terletak sekitar 100 kilometer di bagian selatan Korea Selatan adalah pulau terbesar dengan luas area 1.845 km2. Gunung Halla adalah gunung berapi tertinggi sekaligus sebagai titik tertinggi di Korea Selatan yang terletak di Pulau Jeju. Korea Selatan adalah negara republik. Seperti pada negara-negara demokrasi lainnya, Korea Selatan membagi pemerintahannya dalam tiga bagian: eksekutif, yudikatif dan legislatif. Lembaga eksekutif dipegang oleh presiden yang dipilih berdasarkan hasil pemilu untuk masa jabatan 5 tahun dan dibantu oleh Perdana Menteri yang ditunjuk oleh presiden dengan persetujuan dewan perwakilan. Presiden bertindak sebagai kepala negara dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan.
Pada masa akhir Dinasti Chosun dikembangkan Pelajaran nasional yang menyebabkan munculnya para kaum terpelajar yang disebut Kuk-Hak (Semacam kaum Gentry di China pada masa Dinasti Han) setelah ini kemudian muncul para sarjana yang mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa, kesenian serta membangun hubungan internasional dalam ekonomi dan politik. Pada perkembangan selanjutnya terjadi kontak langsung dengan Jepang di pulau Tsushima lalu di bukalah Waegwan (perumahan Jepang). Untuk mempermudah hubungan ini maka Korea menempatkan wedana di Dongnae (sekarang Busan), disinilah terjadi kegiatan jual-beli barang-barang ekonomi dengan para konglomerat Jepang yang disebut Zaibatsu (Sejarah Korea. Radio Korea Internasional, KBS, 1995: 124 – 136). Inilah awal mulanya Chaebol muncul di Korea walaupun sempat terputus akibat adanya imperialisme Jepang tetapi peran itu kembali setelah Perang Korea hingga masa modern saat ini.
Chaebol  secara bahasa artinya milyarder atau juga konglomerat. Perang Korea pada tahun 1950 – 1953 telah meghancurkan semua aspek-aspek sosial masyarakat Korea termasuk aspek ekonomi. Dalam perkembangan berikutnya, Korea Utara yang beraliran komunis menganut perekonomian sosialis dalam pembangunan negara mereka dan bersekutu dengan Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina. Sementara Korea Selatan yang bersekutu dengan Amerika Serikat menganut sistem ekonomi liberal dalam pembangunan perekonomian mereka.
Kondisi keadaan alam yang miskin sumber daya alam membuat Korea Selatan memulai pembangunan negara mereka dengan cara melakukan pinjaman utang luar negeri. Pembangunan ekonomi inilah yang kemudian melahirkan konglomerasi dalam sosial masyarakat Korea Selatan. Gejala itu mulai muncul pada tahun 1960-an, di awal masa pemerintahan Presiden Park Chung Hee pada tahun 1961. Untuk mempercepat pembangunan perekonomian Korea Selatan yang modern dan berorientasi industri, Presiden Park Chung Hee mengajak peran serta swasta, dalam hal ini perusahaan-perusahaan menengah yang berbasis perusahaan keluarga. Pemerintah memberikan berbagai macam fasilitas dan kemudahan serta kebijakan bagi para pengusaha menengah ini untuk mendapat kredit pinjamian luar negeri serta menjamin iklim usaha yang menguntungkan. Pemerintah Korea Selatan membuat kebijakan yang menguntungkan para pengusaha dan perusahaannya dan membuat perusahaan-perusahaan terutama konstruksi yang telah berdiri sebelum adanya Perang Korea, seperti Samsung (1938), LG (1947), KIA dan Hyundai (1947) seolah mendapat kesempatan untuk mendapat keuntungan yang besar dengan adanya kebijakan dari Park Chung Hee saat itu dan melahirkan perusahaan keluarga berbasis konstruksi lainnya, antara lain Daewoo, Ssang Yong (1967), Lotte (1969) dan sebagainya. Chaebol merupakan salah satu komponen bangsa Korea yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan Korea Selatan yang menjadikannya sebagai sebuah negara yang maju dan sangat diperhitungan di kawasan Asia Pasifik dan dunia. Korea Selatan memiliki ekonomi pasar dan menempat urutan kelima belas berdasarkan PDB. Pasar bebas adalah pasar ideal, dimana seluruh keputusan ekonomi dan aksi oleh individu yang berhubungan dengan uang, barang, dan jasa adalah sukarela (Apridar, 2009: 19). Sebagai salah satu dari empat Macan Asia Timur, Korea Selatan telah mencapai rekor ekspor impor yang memukau, nilai ekspornya merupakan terbesar kedelapan di dunia. Sementara, nilai impornya terbesar kesebelas. Kemajuan ekonomi ini dikenal dengan nama Keajaiban di Sungai Han (http://id.wikipedia.org/wiki/korea).  
Di sisi lain Chaebol  menyebabkan jatuhnya perekonomian Korea Selatan dengan adanya krisis finansial Asia 1997 membuka kelemahan dari model pengembangan Korea Selatan, termasuk rasio utang yang besar, pinjaman luar yang besar, dan sektor finansial yang tidak disiplin menyebabkan banyaknya kebangktutan perusahaan-perusahaan dan para Chaebol pun akhirnya tidak bisa menggerakkan usahanya karena tidak memiliki modal lagi. Pertumbuhan jatuh sekitar 6,6% pada 1998, kemudian pulih dengan cepat ke 10,8% pada 1999 dan 9,2% pada 2000. Pertumbuhan kembali jatuh ke 3,3% pada 2001 karena perlambatan ekonomi dunia, ekspor yang menurun, dan adanya persepsi bahwa pembaharuan finansial dan perusahaan yang dibutuhkan tidak tumbuh. Perekonomian Korea Selatan mulai bangkit pada awal tahun 2002 dan para Chaebol pun turut serta menstabilkan ekonomi Korea Selatan karena diantara perusahaan yang bangkrut akibat krisis finansial 1997 masih ada yang bisa bertahan, diantaranya Samsung, LG, Hyundai dan KIA Motors untuk kembali membangun ekonomi Korea Selatan yang sempat tidak stabil akibat krisis.
   Dampak yang di timbulkan dengan adanya chaebol terhadap ekonomi korea selatan.
Pembangunan perekonomian yang dikuasai oleh kaum chebol ini tentu saja mempunyai dampak positif dan negatif bagi bangsa Korea. Eksistensi dan peran Chaebol sangat menentukan, terutama setelah krisis finansial Asia pada 1997. Para chaebol juga pernah terlibat skandal punya yang melibatkan Presiden Kim Dae-jung dan Roh Moo-hyun. Artinya, mereka masih memiliki peran penting dalam politik domestik dan global tidak hanya dalam ekonomi.
   A. Dampak Positif.
1.      Menggantarkan Korea sebagai industri baru di Asia dan Pasifik dan dunia.
2.      Besarnya GDP dan pendapatan negara itu naik drastis.
3.      Infrastruktur dan kemajuan teknologi berkembang dengan pesat.
4.      Menggerakkan semangat wirausaha di kalangan masyarakat Korea Selatan.
5.      Mampu melahirkan banyak perusahaan baru yang bergerak diberbagai bidang usaha.
   B.  Dampak Negatif
1.      Menjadi salah penyebab utama krisis ekonomi yang melanda Asia pada tahun 1997.
2.      Terjadinya KKN.
3.      Memusatnya kemakmuran pada sekelompok elit saja.
4.      Banyaknya kredit macet yang dibuat oleh group chebol ini.

Analisis pembahasan :
Nama                           : M. Sadudin
Nim                            : 0800968
      Perang saudara di Korea pada tahun 1950 – 1953 telah meghancurkan dan memporak-porandakan semua aspek-aspek sosial masyarakat Korea, termasuk aspek ekonomi. Dalam perkembangan berikutnya, Korea Utara yang beraliran komunis mengusung perekonomian sosialis dalam pembangunan negara mereka dan bersekutu dengan Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina. Sementara Korea Selatan yang bersekutu dengan Amerika Serikat menganut sistem ekonomi liberal dalam pembangunan perekonomian mereka.
      Korea sendiri dengan kondisi keadaan alam yang miskin sumber daya alam membuat Korea Selatan memulai pembangunan negara mereka dengan cara melakukan pinjaman utang luar negeri. Pembangunan ekonomi inilah yang kemudian melahirkan konglomerasi atau yang disebut juga dengan (chaebol) dalam sosial masyarakat Korea. Gejala itu mulai muncul pada tahun 1960-an, di awal masa pemerintahan Presiden Park Chunghee pada tahun 1961.
      Untuk mempercepat pembangunan perekonomian Korea yang modern dan berorientasi industri, Presiden Park Chunghee mengajak peran serta swasta, dalam hal ini perusahaan-perusahaan menengah yang berbasis perusahaan keluarga. Pemerintah memberikan berbagai macam fasilitas dan kemudahan serta kebijakan bagi para pengusaha menengah ini untuk mendapat kredit pinjamian luar negeri serta menjamin iklim usaha yang menguntungkan. Pemerintah Korea membuat kebijakan yang menguntungkan para pengusaha atau perusahaan tersebut ini. Inilah yang kemudian yang disebut dengan (chaebol).
      Tetapi disisi lain Chaebol  menyebabkan jatuhnya perekonomian Korea Selatan dengan adanya krisis finansial Asia 1997 membuka kelemahan dari model pengembangan Korea Selatan, termasuk rasio utang yang besar, pinjaman luar yang besar, dan sektor finansial yang tidak disiplin menyebabkan banyaknya kebangktutan perusahaan-perusahaan dan para Chaebol pun akhirnya tidak bisa menggerakkan usahanya karena tidak memiliki modal lagi.
Meskipun tiga presiden terakhir (Kim Young-sam, Kim Dae-jung, dan Roh Moo-hyun) telah mencoba untuk merombak Chaebol; terutama setelah krisis finansial Asia pada 1997; mereka tetap memainkan peranan penting dalam ekonomi nasional.



Daftar Pustaka

__________ , (1995). Sejarah Korea. Seoul: Radio Korea Internasional, KBS. National Institute for International Education Development, Ministry of Education of Korea.
__________ , (2008). Fakta-Fakta tentang Korea. Seoul: Pelayanan Kebudayaan dan Informasi kementrian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata.
Apridar, (2009). Ekonomi Internasional: Sejarah, Teori, Konsep, dan Permasalahan dalam Aplikasinya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Woo-Keun, Han. (1970). The History of Korea. Seoul: Eul-Yoo Publishing Co,.Ltd.
Sung-Nyong, Lee. (1970). Korean Studies Today. Seoul: Institute of Asian Studies, Seoul National University.
Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.


1 komentar:

  1. Perang saudara di Korea pada tahun 1950 – 1953 telah meghancurkan dan memporak-porandakan semua aspek-aspek sosial masyarakat Korea, termasuk aspek ekonomi. Dalam perkembangan berikutnya, Korea Utara yang beraliran komunis mengusung perekonomian sosialis dalam pembangunan negara mereka dan bersekutu dengan Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina. Sementara Korea Selatan yang bersekutu dengan Amerika Serikat menganut sistem ekonomi liberal dalam pembangunan perekonomian mereka.
    Korea sendiri dengan kondisi keadaan alam yang miskin sumber daya alam membuat Korea Selatan memulai pembangunan negara mereka dengan cara melakukan pinjaman utang luar negeri. Pembangunan ekonomi inilah yang kemudian melahirkan konglomerasi atau yang disebut juga dengan (chaebol) dalam sosial masyarakat Korea. Gejala itu mulai muncul pada tahun 1960-an, di awal masa pemerintahan Presiden Park Chunghee pada tahun 1961.
    Untuk mempercepat pembangunan perekonomian Korea yang modern dan berorientasi industri, Presiden Park Chunghee mengajak peran serta swasta, dalam hal ini perusahaan-perusahaan menengah yang berbasis perusahaan keluarga. Pemerintah memberikan berbagai macam fasilitas dan kemudahan serta kebijakan bagi para pengusaha menengah ini untuk mendapat kredit pinjamian luar negeri serta menjamin iklim usaha yang menguntungkan. Pemerintah Korea membuat kebijakan yang menguntungkan para pengusaha atau perusahaan tersebut ini. Inilah yang kemudian yang disebut dengan (chaebol).
    Tetapi disisi lain Chaebol menyebabkan jatuhnya perekonomian Korea Selatan dengan adanya krisis finansial Asia 1997 membuka kelemahan dari model pengembangan Korea Selatan, termasuk rasio utang yang besar, pinjaman luar yang besar, dan sektor finansial yang tidak disiplin menyebabkan banyaknya kebangktutan perusahaan-perusahaan dan para Chaebol pun akhirnya tidak bisa menggerakkan usahanya karena tidak memiliki modal lagi.
    Meskipun tiga presiden terakhir (Kim Young-sam, Kim Dae-jung, dan Roh Moo-hyun) telah mencoba untuk merombak Chaebol; terutama setelah krisis finansial Asia pada 1997; mereka tetap memainkan peranan penting dalam ekonomi nasional.

    BalasHapus