Redi
Andryana 1005917
Abstraksi
Gambaran
Umum Negara Libya
Libya terletak dikawasan
utara benua Hitam Afrika. Adapun batas-batasnya sebagai berikut: berbatasan dengan
laut tengah, mesir di sebelah timur, kemudian sudan di tenggara, chad dan Niger
di selatan, serta al jazair dan Tunisia disebelah barat. Ibukota negara Libya
adalah Tripoli. Tripoli sendiri terbagi kedalam beberapa kota, yakni:
Tripolitania, Fezzah, dan Curennaica. Bermula dari kepemimpinan raja Idris
Libya mulai mengembangkan sayapnya dengan Negara-negara tetangga baik barat maupun
dunia Islam secara menyeluruh. Ditambah lagi pada saat ditemukannya sumber minyak
Libya sekitar tahun 1953, dan dimulainya eksploitasi pada tahun 1956, dan Libya
mulai melakukan aksi penjualan minyak ke eropa sejak tahun 1967.
Secara lebih mendasar ekonomi
Libya lebih bersandar pada hasil minyak bumi daripada sumber lain seperti pertanian,
hasil laut, pertambangan selain minyak, dan perdagangan. Melalui hasil minyak inilah
perkembangan Libya Nampak begitu pesat, dapat disaksikan dari keberlangsungan hidup
masyarakat yang semakin mapan, pembangunan yang terus bergilir di setiap tempat,
dan perkembangan lainnya. Kepemimpinan raja Idris ini tidak berlangsung lama,
pada tahun 1969 kepemimpinan raja Idris digulingkan oleh militer Libya dibawah
pimpinan Kolonel Muammar Khadafy. Di masa kepemimpinan otoriter Khadafy inilah
yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini dimana penulis akan mencoba
mengupas pembanguna ekonomi Libya dari sudut teori pembangunan ekonomi:
moderinisasi, dependensi ataupun teori system dunia. Kebangkitan Libya yang sebenarnya baru
terwujudkan di bawah kepemimpinan Moammar Khadafi. Pada tanggal 1
September 1969, sekelompok kecil perwira militer yang dipimpin oleh kemudian Khadafi
melancarkan kudeta terhadap Raja Idris,
Pembangunan Ekonomi Libya Dibawah
Pimpinan Khadafy
Pada masa kepemimpinan Moammar Khadafi
ini, perekonomian Libya cenderung mengalami peningkatan. Prestasi–prestasi ekonomi
yang dicapai selama rezim yang dijalankannya sangatlah banyak. Penduduk pun merasa
puas dalam hal keberhasilan ekonomi ini. Keberhasilan pencapaian ekonomi tersebut
tak luput dari kebijakan yang diterapkan Khadafi sendiri. Adapun mengenai pencapaian
dan kebijakan yang diterapkan Khadafi adalah sebagai berikut:
a. Semua periode pemerintahan Khadafi
- Porsi penjualan minyak Libya dimasukkan
secara langsung kedalam akun bank semua penduduk Libya
- Khadafi menangani proyek irigasi
terbesar di Libya, yang dikenal dengan nama “Great Man- Made River
Project”
- Libya tidak mempunyai hutang luar
negeri dan mempunyai cadangan sebesar $150 miliar
- Di Libya, jika seorang penduduk
Libya membeli mobil, maka pemerintah memberikan subsidi sebesar 50% dari harga
keseluruhan, dan bagi yang mencicil tidak dikenakan bunga
- Di Libya, biaya pendidikan dan pengobatan
gratis
- Tidak ada bunga terhadap peminjaman
di bank oleh masyarakat Libya
- Listrik gratis, tidak ada pajak
untuk listrik
- Penarikan pajak dan restribusi telah
dilarang di Libya
- Biaya pendidikan keluar negeri ditanggung
oleh pemerintah
- Beberapa farmasi mendapatkan
dispense gratis
- Bagi siapa saja yang
memproduksi obat-obat palsu akandihukum mati
- Bagi siapa saja yang menjual bahan
makanan yang sudah kadaluarsa akan mendapatkan denda yang besar
- Penjualan terhadap alkohol
dilarang keras
b. Dalam 10 tahun terakhir pemerintahan
Khadafi
- 40
buah roti di Libya berharga US$0.15
- Seorang ibu yang melahirkan mendapat uang US$5.000
- Semua
pengantin baru di Libya mendapatkan dana US$60.000 oleh pemerintah
- Setiap
anggota keluarga di Libya mendapatkan subsidi sebesar US$1.000 setiap tahunnya
- Gaji
perawat setiap bulannya US$1.000
- Bensin lebih murah dari air. 1 liter bensin seharga
US$0.14
Dari beberapa kebijakan tersebut,
Libya juga berhasil dalam hal ekspor impor, utamanya adalah pada sektor migas. Pada
masa khadafi ini, Libya mampu bersaing dalam pasar internasional.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
dibawah rezim Khadafi dengan gaya kepemimpinan otoritarian ini telah membawa dampak
positif bagi perekonomian Libya. Khadafi yang ber-ideologi sosialis ini mampu memenuhi
kebutuhan masyarakatnya. GDP Libya telah meningkat dari tahun ketahun. Hal
tersebut disebabkan oleh masih produktifnya aktor-aktor dan institusi-institusi
didalam system kepemerintahan Khadafi. Asumsi-asumsi positif telah muncul yang
berguna untuk menangani masalah baik itu politik maupun ekonomi dan juga untuk membuat
kebijakan.
Melihat
dari data pertumbuhan ekonomi Libya di bawah rezim Khadafy terlihat jelas bahwa
perekonomian Libya sangatlah baik. Meskipun pemerintahannya bersifat otoriter
namun dalam segi pembangunan ekonomi Khadafy menjalankannya dengan cukup baik.
Dibawah keadaan politik Dalam Negeri dan Luar Negeri yang cukup buruk dengan
adanya banyak konflik dan perseteruan akibat gaya kepemimpinan Khadafy yang
diktatoris dan memiliki banyak musuh namun dalam segi ekonomi Libya cukup
stabil. Bahkan dalam keadaan tekanan luar negeripun Libya tetap mampu
mempertahankan stabilisasi ekonominya. Seperti halnya embargo minyak yang
dilakukan Negara-negara barat dan juga AS. Belum lagi dengan besarnya
pengeluaran biaya perang yang cukup besar.
Hal ini
memang ditunjang dengan SDA Negara yang sangat berlimpah, dari minyak mentah.
Namun dilain pihak terlihat bagaimana modernisasi yang dibawa oleh Kadafyi ini
berhasil diterapkan. Untuk perbandingan, saat Libya dibawah pemerintahan dinasti
Sanusiah dengan system kerajaannya. Libya belum begitu terlihat sebagai salah
satu Negara kuat di tanah Afrika. Hal ini oleh Khadafy sendiri dinilai bahwa
saat itu Libya berada di masa tradisional dengan system monarchinya.
Sementara
dibawah pimpinannya Libya baru bangkit dengan membawa modernisasi di segala
bidang baik politik, ekonomi, juga teknologi. Hal ini dibuktikan dengan
berhasilnya Libya menjadi salah satu Negara yang disegani di kawasan Afrika dan
Timur Tengah setelah sebelumnya adalah Mesir. Meskipun Khadafy sendiri membenci
bangsa-bangsa barat dan AS. Namun system modernisasi ini ia terapkan sebagai
bentuk pembaharuan dan pengembangan kemajuan Negara bukan sebagai proses
eropanisasi. Hal ini secara lebih jelasnya ia jelaskan dalam buku karangannya
sendiri yang lebih dikenal sebagai “BukuHijau” yang kemudian dijadikan ideology
oleh pemerintah Libya dibawah rezim Muammar Khadafy